Author's POV
Putra berjalan santai di bawah nya hujan, payung dari Angel engga dia buka. menurut nya percuma, dia sudah basah kuyup. Putra berhenti, melihat payung yang dia pegang. teringat soal Angel,cewe itu peduli pada nya. Putra tersenyum kecil jika mengingatnya.
"lah anjir engga boleh begini" Putra menggelengkan kepala cepat. dia harus melupakan Angel. kalau terus memikirkannya, pasti dia makin suka. udah mah di tolak mentah mentah sama Angel, terus perasaan makin dalem kan nyesek.
Putra memutuskan untuk ke Tasya kebanding pulang. dia yakin Raka sedang bersemayam di sana. sampai nya di rumah sakit, Putra langsung masuk ke dalam ruangan Tasya.
Raka kaget melihat penampilan Putra, "lo abis berenang?"
"engga"
"terus?basah banget anjir! lo mau mati kedinginan?"
"engga" Putra menyenderkan payung nya di tembok. saat Putra ingin duduk di sofa buru buru Raka mencegahnya.
"lo basah, engga boleh duduk di sofa"
Putra mengangguk, memutuskan untuk duduk di lantai tapi lagi lagi Raka mencegah. "jangan duduk di lantai, dingin"
"banyak ngatur" gerutu Putra. ia akhirnya duduk di sofa,engga peduli Raka mengomel.
"bego banget eh! itu sofa buat gua tidur terus basah gara gara lo"
"lo tidur di lantai" ucap Putra datar.
"dingin goblok"
"bawa selimut dari rumah"
"ada handuk di dalem laci kecil noh"
Putra hanya mengangguk pelan, Raka berdecih. mengambil handuk kecil lalu melempar nya ke wajah Putra. "bersihin wajah dekil lo tuh" perintahnya.
"hm"
"sejak kapan lo jadi pendiem?" tanya Raka heran. ia ikut duduk di sebelah Putra.
"kenapa?keren?"
"najis" Mata Raka mengarah ke payung yang tadi di bawa Putra. "payung siapa?"
"hm?"
"itu payung siapa?punya lo?" Putra ikut melirik ke payung tersebut, setiap melihat payung itu Putra terbayang wajah Angel. cowo itu tersenyum dengan sendiri nya. dia agak senang kalau Angel perhatian pada nya.
"heh" panggil Raka.
"apa?"
"malah senyum sendiri, gila lo ya?"
Putra terkekeh pelan, sibuk menyeka wajah dan rambutnya yang basah. "itu payung siapa bego"
"Angel"
"tuh gitu doang kek jawab, lama banget"
"lagian" Putra melempar handuk ke wajah Raka membuat temennya menggerutu kesal.
"laper engga?" tanya Putra.
satu tangan Raka memegang perut nya,"banget,beli makanan gih"
"oke" Raka lagi dibuat terkejut, Putra jadi sedikit pendiam dan penurut. "Put, tapi gua engga gantiin uang nya kan?" tanya Raka ragu.
"harus"
"hilih" Putra pun keluar untuk membeli makanan. kalau soal uang Putra engga akan pernah berubah, dia hitungan sama temennya sendiri.
Raka menyenderkan punggung ke sofa, melirik ke arah Tasya dan seketika cowo itu berteriak takut karena kini Tasya sedang menatap nya. "ANJIR!" pekiknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
IPA VS IPS [END]
Fiksi Remaja"ANAK IPS KEBANYAKAN PADA GOBLOK !!!" -kata anak IPA "DARIPADA ELU ANAK IPA PADA CULUN SEMUA !! DASAR BOCAH BELER." -Kata anak IPS stop !! please deh, jangan ada perselisihan di antara kita. Lo IPA, gue IPS. Lo Pinter, Gue bodoh. kita emang berbeda...