🌃 20. When You Love Someone

5.4K 786 30
                                    

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.







Seorang laki-laki turun dari motornya, sambil membuka helm ia berjalan masuk ke pekarangan rumah keluarga Cho setelah melihat seorang bocah yang tampak duduk di atas tanah dengan sepeda kecil beroda dua yang tergeletak di sebelahnya.

“Gyul?” Merasa terpanggil, bocah yang duduk di rerumputan taman itu menoleh, buat si laki-laki berjaket denim itu membelalakan mata dan otomatis berjongkok di depan si anak.

“Ini kamu kenapa bisa berdarah gini mulutnya?!” Panik si lelaki.

Tak lama berselang, keluarlah Seungyoun dan Silvia dari sarang mereka, berlari dan ikut berjongkok di dekat si anak tengah.

“Sayang, kamu kenapa? Ya Tuhaaaann... Mulut kamu kenapa bisa berdarah begini??” Silvia panik gak ketulungan.

“Kamu berdarah kok gak nangis sih, Bang?” Tanya Seungyoun yang langsung dapat geplakan keras di lengannya oleh Silvia.

“Kamu mah!”

“Tapi iya, kan— eh, Gyeom? Sejak kapan di sini?” Heran Seungyoun saat melihat sosok Yugyeom yang tak lain dan tak bukan ya si laki-laki yang berjaket denim tadi.

“Dari tadi. Ini anak lo bisa berdarah gini mulutnya gimana ceritanya??”

“Gak tau, ini juga tadi si Yohan yang ngasih tau kalau Hangyul jatuh dari sepeda.”

“Ih, kalian kenapa jadi pada ngobrol sih?! Ini anak kamu masih berdarah loh, Pa!” Omel Silvia, kesal dengan aksi convo dua pria di hadapannya sekarang ini.

Silvia mengangkat tubuh Hangyul, menggendong, membawa bocah lima tahun itu masuk ke dalam rumah, meninggalkan suaminya dan Yugyeom.

“Eh, Ma! Kok Papa ditinggal?!”

“Pacaran sama Yugi sana!” Seru Silvia dari dalam rumah.

“Ealah...”

“Ahe, jadi galak nih si Silvi hahaha!” Ejek Yugyeom.

“Bukannya galak, lagi panik dia tuh.” Bela Seungyoun seraya bangkit berdiri. “Ayo masuk.”

Sementara itu Silvia sudah panik di dalam kamar mandi. “Ini, Bang, ayo kumur dulu.” Ucap Silvia sambil membantu Hangyul berkumur dengan air hangat.

“Buang, Bang, jangan ditelen.” Wantinya, ingat sekali saat pertama kali dulu mengajari Hangyul sikat gigi saat disuruh berkumur malah airnya ditelen. Untung gak keracunan.

Menurut, Hangyul membuang air di dalam mulutnya, kemudian Silvia bantu mengelap bibir putranya tersebut dengan handuk.

Silvia agak merunduk, memeriksa bibir Hangyul kecil, tapi nihil. Ia tak menemukan luka apapun. Terus darah tadi datangnya dari mana?

“Bang, coba nyengir.” Titahnya.

” Titahnya

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.
SON-IN-LAW ✓Où les histoires vivent. Découvrez maintenant