🌃 23. Hangyul dan Lidahnya

4.3K 763 94
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.







“Om Sewu Om Sewu, Om Sewu kok bisa gambar-gambar di sini sih?” Tanya Hangyul menunjuk-nunjuk tato di pundak kanan Seungwoo dengan telunjuk kecilnya.

“Bukan Om yang gambar.” Jawab Seungwoo.

“Terus kalau bukan Om, siapa? Kok Om bolehin orangnya coret-coret di badan Om sih? Kalau Papa katanya badannya dicoret-coret sama Mama, jadinya Papa gak marah. Kalau Om dicoretin sama siapa? Om kan sendirian.”

Kalau Seungwoo sekarang gak lagi megangin Dohyon, mungkin bocah yang lagi nempel di punggungnya kaya tokek itu udah dia smackdown ke atas kasur.

“Yo, Yohan, ini si Hangyul kamu ajak main dong.” Pinta Seungwoo ke Yohan yang sedang sibuk cilukba-in si bontot.

Yohan menaikkan wajahnya, memandang si Om tetangga, terus pindah ke muka Hangyul yang ada di atas pundak Seungwoo.

“Gyul, Gyul, main petak umpet yuk?” Ajak Yohan.

Hangyul malah menaikkan hidung, menyengir tak suka. “Gak ah, entar ada yang tepuk-tepuk lagi pas aku nyari.” Tolaknya, kebanyakan nonton film horror sih, makanya begini.

“Siapa yang tepuk-tepuk? Kan kita main petak umpet. Kalau main petak umpet terus tepuk-tepuk ya langsung ketahuan.” Balas Yohan.

“Kamu sih waktu diajak Papa nonton Konseling langsung lari, jadi gak tau kan siapa yang tepuk-tepuk.”

“Konseling?” Ulang Yohan.

“Iya, film setan.”

Conjuring, bocah.” Ralat Seungwoo, gemes sendiri tapi menahan diri biar tangannya gak naik dan mites hidung Hangyul.

“Tuh, Om Sewu aja tau.”

“Konjuring? Yohan gak tau Konjuring itu apa.”

Seungwoo menghela napas. Gak habis pikir kenapa Seungyoun bisa kepikiran untuk ngajak anak-anaknya yang masih TK ini nonton film horror yang jelas bisa buat bocah sawan.

“Konseling aja gak tau! Coba-coba ini, Lengkok tau gak?”

“Lengkok?” Bukan cuma Yohan yang bingung, tapi Seungwoo juga tambah bingung.

“Iya, superero yang itu loh, yang gak disukain sama orang-orang soalnya hobinya beler, terus terus terus terus...” Hangyul mikir. “itu tuh, yang ada perempuan ditusuk tapi tusukannya yang bekok.”

“Bekok? Bengkok kali, Gyul.” Ralat Seungwoo.

“Iya, itu, bekok.” Hangyul menunjuk poni Seungwoo, tapi jarinya malah hampir menusuk mata Seungwoo. Yang sabar ya Om.

“Bengkok, Hangyoooolll!” Gas Yohan.

“Be-kok!” Sambung Dohyon sambil menepuk-nepuk tangannya.

‘Astagfirullaaaah! Ini bukan anak-anak gue kenapa kepala gue udah berasa mau pecah sih?!’ Jerit batin Seungwoo.

“Yang Lengkok-Lengkok tadi superhero yang mana sih, Gyul? Coba ceritain ke Om, tapi yang jelas.” Tanya Seungwoo, masih sabar ternyata.

Hangyul melompat turun dari punggung Seungwoo, buat si empunya punggung langsung bernapas lega. Bocah lima tahun itu berjalan pindah berdiri di sebelah Yohan, menatap si Om tetangga, bersiap untuk menjelaskan superhero yang ia maksud.

“Gini loh, Om, jadi supereronya itu hitem, kaya Woojin anaknya Om Yongmin yang rumahnya di depan rumah Om.”

‘Ini anaknya Seungyoun ada dendam kesumat apaan sih sama anaknya si Youngmin?’ Seungwoo kembali membatin.

“Terus supereronya pernah dimasukin ke kotak yang pakai pager besi gitu, dia bisa terbang gak pakai bantuan apa-apa, terus terus dia tuh...” Hangyul mikir lagi. “...bisa cukur jenggot pakai kukunya sendiri.”

“Hancock?” Tebak Seungwoo.

“Iya! Itu! Lengkok!” Seru Hangyul mengacungkan dua ibu jarinya pada Seungwoo.

Dan demi apapun, rasanya sekarang Seungwoo mau pingsan saja.

“Hangyul lo kasih makan apaan sih kok dia ngomong aja harus typo terus?” Gemas Seungwoo saat Seungyoun dan Silvia pamitan pulang.

Seungyoun mengejap polos. “Ya dikasih makan nasi. Typo gimana?” Tanyanya balik, seolah gak tahu apa-apa.

“Ya kaya selentitif tadi. Terus tadi pas main dia nyebut Conjuring aja Konseling, Hancock Lengkok, Bengkok bekok. Dapet kamus dari mana sih dia?”

“Namanya juga anak kecil, Bang. Lidahnya masih pendek. Entar tambah umur juga gak bakalan typo lagi. Gue pam—”

“Bentar.” Seungwoo menahan kerah belakang kaos hitam Seungyoun. “Lo juga ngomong apaan waktu anak lo nanya soal tato yang ada di badan lo? Kenapa lo bilang ke Hangyul kalau itu yang coret-coret Mamanya?”

Seungyoun mengejap-ejap. “Ya masa gue bilang kalau ini gue bikin di tattooist pas masih muda, pas belum ketemu Mama mereka, terus bikinnya kaya digigit semut rangrang, cara hilanginnya pakai laser yang panasnya warbyasah?”

“Ya gak gitu juga kampret. Lo tuh jangan ngajarin yang aneh-aneh dong ke anak-anak lo. Apalagi ke si Hangyul. Kayanya cuma dia yang paling tercemar kelakuan lo. Si Yohan sama Dohyon doang yang masih normal.”

“Lah, gimana gak tercemar kalau dia tiap hari nempel ke gue terus?” Seungyoun dengan tampang tanpa berdosanya.

“Berarti Yohan sama Dohyon lebih nempel ke istri lo dong?”

“Kalau Yohan sih emang anak Mamanya,” Kemudian Seungyoun jadi tersenyum miris. “kalau Dohyon sih sengaja Silvi jauhin dari gue, katanya takut ketularan sifat aneh gue. Dia bilang cukup visual sama fisiknya Dohyon aja yang mirip sama gue, sifatnya jangan.”

“Syukurlah ya lo nikah sama Silvia. Hidup lo jadi ada yang ngontrol. Tapi gue kasihan sama Silvi, kok bisa-bisanya dapet suami kaya lo? Dosa apa coba dia di masa lalu sampai harus sandingan sama lo?”

“Bang, halaman luas tuh, main smackdown yuk?”

Gak usah aneh-aneh Youn, menang si Om Uwu kemana-mana.

⚬────────⚬

⚬────────⚬

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

◦◌◦

Wednesday, October 16, 2019

NOTE:

Karena Yohan masih nempel sama Mamanya, makanya dia masih anteng, coba deh nanti kalau kecipratan kelakuan Papanya...

SON-IN-LAW ✓Where stories live. Discover now