Bab 3 : Pertunjukan Pembukanya Hebat, Sayangnya Avatarku ...

353 51 59
                                    

Kupikir aula penyambutan akan terasa sesak, tetapi nyatanya tidak. Ruangan ini sangat luas. Dindingnya didominasi warna putih. Lampu-lampu gantung indah menghiasi langit-langit. Hal ini mengingatkanku seperti sebuah acara mewah di hotel bintang lima yang pernah kutonton di televisi. Di depan sana, berdiri sebuah panggung dengan podium berwarna cokelat yang masih kosong. Di belakangnya, sebuah layar besar terpampang dengan tulisan "Selamat Datang Siswa-Siswi Pilihan".

Aku hampir tidak bisa tidur semalaman karena memikirkan acara ini. Acara penyambutan murid baru sekaligus open house bagi para orang tua. Aku melihat ke kiri dan ke kanan. Hanya ada para murid di sini. Tidak ada orang tua. Tidak ada Papa. Aku yakin mereka berada di ruangan yang berbeda.

Katanya, acara ini akan memaparkan hal-hal yang berkaitan dengan sekolah, sistem, cara belajar dan tetek-bengek lainnya yang akan membuat siapa saja berharap tidak pernah datang karena saking bosannya acara tersebut. Aku juga pasti akan melakukan itu, kecuali karena acara terakhirnya: penentuan avatar.

Seseorang menyentuh pundakku. "Hai," sapanya. Seorang gadis berambut hitam lurus sebahu dengan senyum indah di wajahnya. "Boleh kenalan?"

Aku mengangguk. "Aku Chloe," sahutku sambil bersalaman.

"Aku Anastasia," timpal kenalan baruku. "Aku sudah tidak sabar mengetahui bagaimana penampilan avatarku."

"Aku juga."

Lampu ruangan tiba-tiba redup. Suara berisik yang sedari tadi terngiang di udara tiba-tiba berhenti. Kerlip cahaya biru serupa bintang di langit tiba-tiba muncul perlahan kemudian bergerak membentuk sebuah bangunan bersamaan dengan musik yang mulai terdengar.

Kulihat jam di tangan kanan. Pukul sembilan tepat. Acaranya sudah dimulai.

Bersamaan dengan kerlip cahaya yang berganti-ganti, suara narator yang sesekali mengagetkanku terdengar untuk menjelaskan apa yang kami lihat. Beberapa kali cahaya biru itu melintas di depan wajah membuatku sangat ingin menyentuhnya. Kebanyakan dari penjelasan dan gambar-gambar hologram yang kami lihat adalah tentang sejarah sekolah dan prestasi apa saja yang sering diraih serta kesuksesan alumninya.

Sepuluh menit berselang, kerlip biru itu pun memudar ke segala arah bersamaan dengan suara dentuman yang membuat jantungku melompat. Tak lama kemudian, ledakan berupa asap keluar dari sisi-sisi panggung menampilkan sosok pria dan wanita dengan pakaian formal. Mereka berdua berjalan ke tengah panggung sambil menyambut para audiens. Lampu ruangan perlahan terang kembali.

"Selamat pagi, Semua!" sapa kedua orang itu yang merupakan MC. Para hadirin menjawab dengan tiga per empat antusias dan seperempat malas. "Bagaimana tadi pertunjukkan pembukanya? Keren, ya? Keren dong."

Suara antusias lebih terdengar dari yang lain, kebanyakan dari mereka berkomentar, "Keren!", "Keren sekali!", "Indah, jadi ingin menangis!" Sedangkan aku hanya bergumam, "Sangat keren."

"Tadi itu adalah salah satu penggunaan solid hologram yang termaju. Salah satu teknologi yang tengah dikembangkan agar bisa masuk ke semua kalangan," jelas MC pria. "Dari sekian banyak pengguna di dunia, hanya kita, sekolah yang menggunakan sistem ini dalam pendidikan. Tepuk tangan, dong, Semua!" Ruangan seketika bising dengan suara tepukan dan sesekali ada suara suitan.

"Sebelum kita melanjutkan ke acara selanjutnya, ada baiknya kita perkenalan dulu, Kak," ujar MC wanita. Tak lama kemudian, mereka pun memperkenalkan diri dengan antusias. MC pria bernama Michael dan yang wanita bernama Michelle. Waw, sangat kebetulan nama mereka mirip.

"Sebelum kita beralih ke agenda selanjutnya, di sini kami akan membacakan urutan acara hari ini," kata Michelle sambil melihat ke arah tablet di tangannya.

Avatar System: Juvenile State (END)Where stories live. Discover now