Bab 17 : Penjaga Taman

71 26 0
                                    

Empat pertanyaan. Tinggal empat pertanyaan tersisa dan aku bisa keluar dari sini. Aku harus cepat memilih agar semua ini segera selesai.

Tanganku bingung untuk menentukan karena semua yang tersisa kelihatannya sulit. Kristal yang ada terus berputar menunggu untuk dipilih. Kututup mata dan membiarkan jariku memilih kristal yang kebetulan tepat melayang di depanku. Kristal kuning: Fisika.

Lagi-lagi, patung bayi malaikat di air mancur retak dan asap berwarna putih masuk ke dalam tanah di depanku. Tanah itu bergetar lantas mengeluarkan tangan besar yang terbuat dari tanah. Perlahan, tangan lainnya muncul dan keluarlah sosok besar lainnya di hadapanku. Seonggok golem tanah.

"Seorang gadis kecil," katanya sambil mengamatiku. Suaranya menggelegar bagai petir di siang bolong. "Beraninya kau menginvasi taman yang kujaga."

Makhluk aneh yang lain.

Aku menggeleng sebal. "Jadi, kau penjaga lainnya—"

"Ya. Jadi, sekarang pergilah."

"Dengar, ya. Aku memang mau keluar dari sini. Tapi katanya aku harus menjawab soal darimu terlebih dahulu."

"Ya, memang itu peraturannya." Ini bukan aku yang bodoh, tetapi sepertinya mereka memang diprogram agak tolol. "Baiklah, aku akan mengujimu terlebih dahulu apakah kau pantas hidup atau tidak."

Aku menunggu. AI makhluk itu sepertinya agak cacat.

"Jika berat satu tanganku ini 100 N dan tinggimu yang 150 cm itu aku tumbuk, berapa kali pukulan yang harus kedua tanganku berikan agar kau terkubur seperti paku yang dipalu ke tanah?"

"Apa?!"

"Jawaban yang salah!" Golem besar itu memukulkan tangannya ke arahku. Dia sama sekali tidak memberiku waktu untuk berpikir. Untungnya aku berhasil menghindar dengan melompat ke belakang. Padahal kalau diam pun aku tidak akan apa-apa karena ada sistem pelindung. Gerak refleks.

Aku protes. "Tinggiku 160 cm!"

Makhluk itu tidak menggubris dan terus berusaha mengejar. Dia terus memukulkan tangannya ke tanah saat aku berada di jarak serangannya. Si golem sepertinya ingin menjawab sendiri soal yang dia berikan.

Aku bersembunyi di salah satu pilar sambil berusaha menjawab soal Fisika yang diberikan untuk memberi poin kerusakan pada si monster.

"Clowny, alihkan perhatiannya," perintahku pada avatar yang sedari tadi ada di bahuku.

Clowny melompat sesaat sebelum reruntuhan pilar mengenainya. Aku mematung, terkejut ketika tempat persembunyianku ketahuan. Untungnya aku tidak terkena serangan si makhluk besar. Pilar persembunyianku kini hanya tinggal setinggiku.

Clowny menggerincingkan loncengnya untuk menarik perhatian si golem. Ia berlari menghindari kejaran makhluk itu yang terus menghancurkan pilar-pilar yang menghalangi. Sementara Clowny melompat-lompat mengelak dari setiap serangan, aku memilih setiap soal yang sekiranya dapat kuselesaikan dan mendapat poin kerusakan yang banyak.

"Clowny, serang!" Avatarku keluar dari persembunyiannya di balik pilar. Tiga bola warna-warni melayang ke arah muka si golem. Makhluk itu menahan semua serangan dengan tangan besarnya. Walaupun begitu, hit point makhluk itu tetap terlihat berkurang.

Aku mengubah mode serangan Clowny dari bola menjadi pisau-pisau raksasa agar kerusakan yang ditimbulkan menjadi lebih besar. Clowny melemparkan pisau-pisau yang ada dan serangan itu ditahan kembali oleh tangan si golem. Pisau terlempar ke segala arah merusak pilar dan dinding serta tangan si makhluk.

Aku mencoba skill yang lain milik Clowny: Napas Api. Skill ini ternyata memiliki biaya yang besar, tetapi poin kerusakannya juga tinggi. "Clowny, bersiaplah!" Setelah aku selesai menjawab soal yang lumayan sulit untuk mendapatkan skill, muncul obor dan botol minyak tanah di kedua tangan Clowny.

Avatar System: Juvenile State (END)Where stories live. Discover now