Bab 16 : Elementalis

84 25 5
                                    

Aku sudah berlari cukup jauh, tetapi belum terlihat tanda-tanda persimpangan. Hal yang berbeda terjadi pada suasana lingkungan sekitarku. Entah ini hanya perasaanku saja atau memang rasanya sedikit lembap. Kuputuskan untuk berhenti sebentar dan mengamati sekitar.

Ada lumut-lumut di sekitar dinding, mungkin karena lingkungan yang mendukung untuk tumbuh. Berjalan sedikit, aku menemukan beberapa bunga berwarna putih tumbuh.

"Hei, Clowny, kau ingin satu?"

Aku dengan iseng mencoba memetik bunga itu. Ada antarmuka berisi pertanyaan saat aku mencoba menyentuhnya. Dasar, ingin memetik bunga saja dipersulit.

Setelah berhasil menjawab pertanyaan yang diberikan, kusematkan bunga berwarna putih itu di wajahnya. Aku lantas mulai mencari penanda soal. Saat aku sibuk fokus pada benda tersebut, aku mendengar orang minta tolong. Suaranya tidak jauh, maka aku langsung mendekati suara itu.

Suara minta tolong tersebut berasal dari sesosok perempuan bersisik hijau-biru. Ada penanda soal di atas kepalanya. Aku langsung ragu karena itu adalah soal fisika.

Kuambil bunga yang kusematkan sebelumnya dari Clowny kemudian kucabuti sambil berkata "Ya" atau "Tidak" untuk setiap kelopak yang jatuh. Hal jadul untuk menentukan sesuatu. Dan kelopak terakhirnya bilang "Ya"! Baiklah akan kulakukan.

Kudekati gadis sekarat itu kemudian ada antarmuka muncul. Instruksi yang ada aku harus membawa gadis ini ke suatu ruangan.

"Akan kutuntun kau ke sana," kata si gadis yang membuatku terkejut.

"B-baik."

Kami pun pergi—dengan aku menggendong si gadis yang ternyata ringan—melewati beberapa belokan dan pertigaan sampai akhirnya kami berhenti di depan sebuah pintu. Pintu itu memiliki ukiran rumit sampai kutelaah lebih lanjut, pintu tersebut memiliki kata kunci untuk membukanya.

"Kata kuncinya adalah 'air'," si gadis dalam gendongan berkata lemah.

Air? Aku bahkan tidak melihat huruf latin untuk menyusun kata tersebut atau tabel periodik unsur untuk menyusun rumus molekul. Yang kulihat hanyalah bola-bola berhuruf. Oh! Mungkinkah. Aku mencoba menyusun bola-bola itu menjadi sebuah molekul, terdiri dari satu atom O dan dua atom H. Namun, pintu itu tidak mau terbuka. Mungkin ada satu hal lagi yang terlewatkan. Aku berpikir sejenak. Sudut! Molekulnya harus memiliki sudut yang pas agar menjadi kata kunci yang benar. Kucoba memasukkan sudut yang benar. Pintu itu terbuka.

Aku membawa gadis di gendonganku ke dalam. Ruangan yang ada begitu luas. Banyak ukiran air dan gelombang pada dindingnya. Terdapat juga kotak-kotak marmer putih berjajar menghias. Ada kolam besar kosong dengan empat patung wanita duyung memegang kendi di atas kepalanya di setiap ujung kolam. Lantai kolamnya terbuat dari tegel marmer putih.

"Kurang dari lima menit, bisakah kau mengisi kolam itu dalam waktu kurang dari lima menit? Jangan sampai berlebihan karena akan menyebabkan banjir." Aku terkejut. Bagaimana mungkin? Kurang dari lima menit aku harus menghitung volume kolam yang ada, setelah itu menghitung debit air yang keluar dari empat patung duyung.

Baiklah, aku harus mulai dari mana?

"Cepat ... aku sekarat."

Kumulai dengan berlari mengitari kolam untuk mengetahui volume. Aku tidak tahu konversi ke satuan meter, aku perlu petunjuk. Aku melihat sekeliling. Tegel di dinding memilik warna yang sama dengan tegel kolam. Ada angkanya pula. Harusnya aku sadar.

Aku mulai menghitung. Semua yang harus diperhitungkan sampai aku membuka katup di ujung ruangan. Seperti sekarang! Air mengalir dari empat kendi patung putri duyung. Aku harus memastikan air yang keluar tidak berlebihan.

Avatar System: Juvenile State (END)Where stories live. Discover now