Meyakinkan

3.5K 207 16
                                    

Sesuai dengan permintaan nyonya Dian Erlangga selaku ibunda dari Evan Erlangga, Niki membawa mamanya berjumpa dengan Dian. Awalnya Niki berencana untuk membawa beserta papanya juga. Tetapi mendapat telfon dari Dian, kalau dia cukup membawa Mamanya saja. Masalah Papanya biar itu urusan Devan, begitu pesan dari Dian mamanya Devan.

Selama pertemuan itu, pembahasan antara kedua ibu sosialita itu tidak lepas dari gossip-gossip anak muda zaman sekarang, sehingga sampailah ketahap permasalahan yang membuat Niki duduk disebelah Mamanya mulai menampakkan wajah pucatnya. Devan sendiri yang melihat pemandangan itu cuma terlihat santai. Dia tau mamanya percaya sama dirinya, sehingga tidak mungkin menyampaikan hal aneh-aneh kepada Mamanya Niki.

"Jadi Mbak, untuk menghindarkan hal yang tidak diinginkan kedepannya, saya ingin meminta Niki menjadi menantu saya. Saya tertarik melihat anak Mbak, begitu juga dengan Devan. Iyah kan Bang?" Tanya Dian

Devan yang tidak menduga pertanyaan dari mamanya cukup kaget. Secepat mungkin memberi jawaban dengan senyuman manisnya.

"Tertarik?" Batin Devan

Dia menatap kearah Niki yang duduk tepat di depan nya, melihat dengan lekat wajah perempuan yang sekarang sedang memasang senyum manis kepada mamanya disertai dengan tawa yang sangat jarang diliatnya.

"Mungkin" sambung Devan lagi

"Saya si yah terserah anaknya saja mbak, kalau Devannya mau serius, yah bisa jumpai Papanya Niki" jawab Lina khas ibu-ibu rumahan.

"Tuh bang, Mamanya Niki udah setuju" teriak Dian heboh "tinggal izin sama Papa nya Niki aja lagi.

"Ma? Tapi Niki nya kan belum ada bilang mau" ucap Devan menenangkan kehebohan mamanya yang membuat Devan malu di depan Niki Dan juga mamanya.

"Niki nya mau kok, orang kemarin udah bilang sama mama" kekeh Dian gak mau kalah

"Lah kapan gue bilang mau?" Batin Niki

"Udah deh bang, intinya kamu segera jumpai papa nya Niki terus buat janji biar Mama sama Papa bisa ngelamar Niki. Mama gak mau kecolongan kali ini"

Devan cuma membalas ucapan mamanya dengan deheman. Ucapan mamanya emang gk bisa di bantah, pengen rasanya dia punya orang tua yang sedikit lebih kalem, tapi sayang tuhan memberi orang tua yang kelewat aktif dalam kehidupan anaknya. Dia bersyukur, tapi kadang-kadang rasa ingin melakban mulut mamanya pernah terbesit di otaknya, tapi mengingat dia memiliki surga di kaki mamanya, pikiran jahat tersebut hilang entah kemana.

****

"Kamu kenapa dari tadi melamun? Saya gak mau yah hal seperti di Bandung ke ulang lagi" ucap Devan setelah memberhentikan mobilnya di area parkiran.

Mereka telah sampai kembali ke kantor setelah menghadiri acara gossip ala ibu-ibu

"Eh maaf Pak" Niki tersadar akan lamunannya

"Lagi mikirin yang tadi?" Tanya nya yang membenarkan posisi duduknya menghadap Niki

"Bapak beneran mau jumpai Papa saya?" Tanya ragu-ragu

"Kalau kamu mengizinkan kenapa tidak" jawab Devan dengan yakin

"Bapak ngapain jumpa Papa saya?"

"Yah mau minta izinlah, kan tadi udah di bahas" jawabnya santai, melepas seat belt yang bertengger di dada Niki

"Bapak serius?" Tanya Niki meyakinkan

"Emang saya pernah bercanda hmm?" Tatap Devan kearah bola mata Niki yang hitam pekat. Dia baru sadar kalau perempuan didepannya ini memiliki bola mata yang cukup itam untuk ukuran orang dewasa.

Get Married With My BossWhere stories live. Discover now