"Assalammualaikum" salam Hadi memasuki rumah yang ditempatinya bersama keluarga kecilnya itu. Dan pandangannya langsung tertuju pada anak laki-lakinya yang kini sudah beranjak remaja sedang asik menonton acara favoritnya.
"Seru banget bang nontonnya sampai salam Papa enggak dijawab" ucap Hadi mengusap rambut Raka guna menyadarkannya akan kehadiran Papanya.
Raka langsung noleh, "eh iya, waalaikumsalam, Pa" jawab Raka dengan cengiran lebarnya, "maaf, abang enggak kedengaran. Duduk, Pa" sambung Raka mempersilahkan Papanya untuk duduk di sebelahnya. Dan setelahnya, kembali melanjuti acaranya nontonnya.
Melihat tampang Raka yang serius menonton acara yang disiarkan salah satu station TV, membuat Hadi mengerutkan keningnya.
"Apa serunya ini acara bang? Papa sampai sekarang masih enggak paham, loh" ucap Hadi. Sementara matanya matanya ikut menonton acara yang di tonton oleh Raka.
Ya, acara yang dimaksud itu merupakan acara MotoGP yang di mana selalu di tayangkan setiap minggu sorenya.
"Seru enggaknya, ya tergantung orang yang nontonnya sih, Pa. Kalau menurut abang, seru aja. Karena bisa lihat orang bawa motor gede ngebut-ngebut gitu" jawab Raka yang sudah membagi fokusnya antara nonton dan menjawab pertanyaan Papanya.
Hadi mengangguk, tapi pertanyaannya tidak sampai di situ, dia kembali mengajukan pertanyaan untuk anaknya itu.
"Jadi abang pengen bawa motor ngebut-ngebut?" Tanyanya.
Raka menoleh sekilas, lalu kembali pada layar lebar itu, "pengen dong, tapi kalau di arenanya sendiri. Kan legal, Pa" jawab Raka masih berusaha santai.
"Bang ja—"
"Pa, bentar ya, abang nonton dulu. Nanti aja nanyanya. Nanggung ni, dua putaran lagi" potong Raka yang tanpa menoleh sedikitpun.
Mendengar ucapan anaknya itu membuat Hadi memajukan bibir bawahnya cemberut, "minta di blacklist kayanya ni acara" gumam Hadi, tapi kembali ikut menikmati acara itu.
"Pa, abang dengar, loh" sahut Raka tanpa melihat atau mengarahkan pandangannya pada Hadi.
Belum sempat Hadi membalas ucapan Raka, tiba-tiba Raka sudah berteriak heboh.
"Yeeeaaay! Tuh kan, memang sudah feeling kalau Marques bakalan menang lagi di musim ini" teriak Raka dengan kemenangan idolanya tersebut.
Sementara Hadi cuma melihat anaknya tak minat. Mungkin karena dia memang tidak terlalu tertarik sama acara yang ditonton oleh anaknya tadi.
"Sudah besar, loh. Tapi masih juga heboh kayak adek" celetuk Hadi melihat anaknya.
Mendengar ucapan Papanya membuat Raka menghentikan kehebohannya lalu melirik ke arah Papanya dengan mencibir, "Papa kemarin waktu MU menang, hebohnya lebih parah dari abang perasaan" jawab Raka tak mau kalah.
Mengaku dirinya seorang Papa yang baik dan dijaksana, mau tak mau Hadi harus mengalah. Tapi kalau saja dia lupa, dia seoarang Papa, mungkin dia bakal melanjutkan omongan anaknya tadi sampai dia benar-benar menang debat tersebut.
"Oke, Papa ngalah, bang" ucap Hadi pasrah dengan mengangkat kedua tangannya ke atas dan membuat Raka tertawa dengan mengacungkan jempolnya ke atas.
"Oya, Papa tadi mau ngomong apa?" Tanya Raka.
"Enggak ada, pengen ngobrol aja. Sudah lamakan kita enggak ngobrol begini" jawab Hadi membenarkan posisi duduknya dengan menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi.
"Mama mana, bang? Suara adek juga enggak kedengaran" Tanya Hadi mencari keberadaan orang yang ditanyanya itu.
"Mama sama adek pergi ikut Bibi ke mini market, Pa" jawab Raka setelah mematikan TV yang menyala tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Perfect Father (REVISI) - ((SEASON-02 / ARKANA))
RomanceFOLLOW DULU SEBELUM BACA :) A PERFECT FATHER UDAH END YAH. INI CERITANYA DI GABUNG, DENGAN JUDUL ARKANA :)) so happy reading !! ...