Wild (2)

1.8K 271 45
                                    

Warn!Mature content

BoyxBoy

slight!seungyul

Typo bertebaran

Jangan lupa vote dan comment.

.

.

.

Jemari kecil seungyoun sepenuhnya tenggelam dalam genggaman seungwoo. Lelaki itu mengeratkan pelukannya pada yang lebih muda untuk saling berbagi kehangatan di tengah dinginnya malam dengan kondisi seungyoun yang jatuh pingsan dalam pelukannya karena tak kuasa menahan rasa sakit yang menjalari tubuhnya.

Sebuah pola rumit yang sekilas terlihat seperti sebuah mahkota, tercipta di perpotongan leher seungyoun dan seungwoo. Ah, bukan. Tanda itu hanya tercipta di perpotongan leher seungyoun karena seungwoo sudah memilikinya sejak ia lahir. Tanda itu sebelumnya tak terlihat sama sekali pada seungyoun, itulah yang menyebabkan seungwoo kesulitan menemukan matenya.

Dalam pikirannya begitu banyak pertanyaan. Salah satunya adalah, bukan masalah bila kedua orang tua seungyoun sengaja melupakan identitas mereka sebagai shifter atau manusia serigala, tapi mengapa harus memberi segel sekuat itu pada sang anak?

Apa mereka lupa jika si anak bisa saja sudah memiliki mate dan hal itu sangat mempersulit pertemuan antar keduanya? Jika bukan karena kebetulan mencium aroma matenya yang tercampur dengan bau pendominasi, seungwoo mungkin tidak akan pernah bisa menemukan seungyoun seumur hidupnya.

Ia ingin bertarung dengan shifter liar yang berani mencium matenya, tapi tanpa bajingan itu, seungwoo akan kehilangan harapannya untuk hidup.

"Ugh...." lenguh seungyoun, matanya mengerjap pelan, membiasakan diri denagn cahaya dari api yang menusuk indra penglihatannya.

"Apa aku mengganggu tidurmu, mate?" tanya seungwoo, jemari panjangnya menyingkirkan poni yang menutupi sebagian manik hitam milik pasangannya.

Seungyoun menggeleng, tubuhnya meringkuk semakin rapat pada seungwoo, menghabisi setiap jarak yang masih tersisa diantara keduanya, membiarkan tubuh polosnya bersentuhan dengan tubuh setengah polos seungwoo, jarinya bergetar menyentuh sumber rasa sakitnya beberapa jam lalu.

"Disini, tadi sakit sekali," adunya, dibalas senyum simpul.

"Maaf aku menyakitimu, terima kasih sudah menahannya sampai batas terakhirmu," jawab seungwoo, mengecup singkat kening seungyoun.

"Seungwoo," panggilnya.

"Hm?"

"Apa yang kau maksud dengan mate? Dan dan kenapa setelah itu aku akan menjadi milikmu? Aku sudah punya kekasih, kami akan bertunangan," ujarnya.

Rahang seungwoo mengeras, tanpa sadar meremat kuat jari-jari seungyoun yang masih berada dalam genggamannya, membuat sang pemilik meringis pelan. Seolah tuli, seungwoo sama sekali tak melepas cengkramannya, tak peduli dengan matenya yang hampir menjerit sakit karena tulangnya serasa di remukkan.

"Kau mate-ku,"

Seungwoo melepas cengkramannya, menyentuh dagu seungyoun, menarik lelaki itu dalam bius mematikan manik kecoklatannya, menjebaknya sejauh mungkin, menguncinya dalam-dalam agar tak lagi dapat terbebas dari jeratannya.

Nafas keduanya bertabrakan, degub jantung berpacu begitu kerasnya, menikmati suara deguban aneh itu dalam perasaan asing.

Seungyoun meletakkan tangannya di dada seungwoo, memberi jarak ketika lelaki yang lebih tua darinya itu berada di atasnya, menariknya dalam panggutan mesra.

Thinking Out LoudTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang