❬ 30 ❭ Gimana Sih Cara Nemuin Rasa Dalam Cerita?

116 30 0
                                    

Assalamu'alaikum!

Hay halo ... ketemu sama Kak Hime dalam materi ala Member CreaWiLi, kali ini Kak Hime akan membawa sebuah materi yang belum pernah di bawakan oleh teman-teman Admin CW eheem ..., soalnya Kak Hime sudah periksa RdCW di akun CreaWiLi.

Menulis itu mudah, tapi menjadi penulis itu susah. Maksudnya begini, setiap orang bisa menulis. Akan tetapi untuk menjadi seorang penulis itu tidak mudah, selain dasar-dasar menulis seperti tanda baca dan partikel-partikel dalam kepenulisan lainnya, yang tidak kalah penting adalah, rasa atau feel dalam bercerita.

Oke langsung saja, Kak Hime kasih nama materi kita kali ini adalah ...

Menemukan Rasa Dalam Cerita!

Penulis fiksi yang baik adalah yang bisa membuat pembaca terhanyut ke dalam dunia rekaan yang di ciptakannya. Tujuan orang membaca fiksi adalah untuk bersenang-senang, agar bisa berpindah sejenak dari realitas kehidupannya. Artinya, pembaca ingin melupakan diri dan dunianya sebentar untuk menikmati dunia yang ditawarkan oleh cerita fiksi. Jika penulis tidak berhasil memindahkan pembaca, berarti ada yang salah dalam bertutur.

Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana kita mendeskripsikan sesuatu. Hampir semua buku panduan mensyaratkan show, don't tell.

Apa itu show, don't tell?

Show, menunjukkan: adegan, gesture, mimik wajah, dll. Tell memaparkan/bercerita.

Showing berarti kita melibatkan pembaca. Kita menunjukkan dengan cara yang luwes, sehingga pembaca dapat ikut merasakan/membayangkan apa yang dialami tokoh dalam cerita kita, dengan begitu akan terjalin ikatan. Maka pembaca pun akan meresapi apa yang mereka baca dan ini salah satu teknik yang bagus, agar pembaca terus melanjutkan bacaannya.

Sedangkan telling itu berarti memaparkan. Pembaca hanya membaca, tidak ada interaksi antara pembaca dengan tulisan kita. Tidak ada ikatan, pada akhirnya tidak ada kemistri terjalin. Pembaca tidak bisa meresapi apa yang mereka baca, sehingga mereka akan bosan, tidak tertarik dan justru mungkin mereka akan berhenti membaca tulisan kita.

• Contoh narasi Telling:

Pukul 05:30 aku terbangun, kubuka jendela dan aku pergi ke kamar mandi. Setelah selesai mandi aku pergi ke dapur untuk makan karena perutku terasa lapar.

Bayangkan kalau kita membaca buku setebal 300 halaman isinya seperti contoh diatas, bukanya terhanyut dalam adegan tapi malah pusing. Bedakan dengan yang di bawah ini.

• Contoh narasi Showing:

Sinar matahari yang menyilaukan menerobos jendela, membangunkanku pagi ini. Dengan malas aku merangkak turun dari ranjang dan membuka jendela. Di luar sana, burung-burung berkicau. Sayup terdengar suara dari perutku. Oh ..., aku lupa, sejak semalam aku belum makan.

Sampai disini sudah mengerti? Kalau belum mari kita lanjutkan.

Contoh Telling kedua:

Lora membuka pintu dan mendapati ruangan itu kotor.

Kita sebagai pembaca tidak tahu seperti apa ruangan itu. Ada apa saja di sana, bagaimana keadaannya, bagaimana baunya, bagaimana perasaan Lora saat mendapati ruangan tersebut, dll. Ruangan itu kotor dan ya sudah itu saja, bandingkan dengan contoh berikut:

Contoh Showing yang kedua:

Lora membuka pintu dan sontak mengerutkan hidung, aroma sampah dan makanan basi menyeruak menyerbu penciumannya. Lalat-lalat berdengung-dengung di atas keresek hitam yang terburai isinya, memperlihatkan nasi basi yang warnanya sudah berubah oranye kehitaman. Kopi dalam cangkir pun sudah berbusa, ditambah pakaian kotor berserakan dimana-mana.

Recette de CreaWiLiDonde viven las historias. Descúbrelo ahora