KARA DAN CEMBURU

1.4K 93 3
                                    

12. CEMBURU ITU, BAGIAN DARI CINTA KAN?

"Sebab luka tak selamanya berdarah. Karna ada luka, yang sakitnya tertata amat rata tapi tak berdarah."



Lihat meja yang di sana? Dua meja dari sisi kananku?

Iya, yang sedang dihuni oleh satu cowok dengan sikap abstrak yang berhasil membuat moodku berantakan.

"Ra, lo udah ngerjain tugas Jerman belom?"

Suara Pita mengingatkanku, aku menoleh padanya lalu menggeleng. "Belum," kataku.

"Trus, tugas kita gimana? Katanya bakal dikumpul pas jam istirahat."

"Serius, Pit?" tanyaku heboh. Pita mengangguk, "seriuuuuuussss demi rumah batu Patrick!

"Trus, gimana? Gue lagi gak mood mikir, Pit!"

Pita membola, dia menjitak kepalaku keras-keras. "Ada ya, gak mood mikir?"

Aku meringis. "Iya, ada. Gue contohnya."

Semua ini gara-gara aku melihat Arkano dan Iris di depan Lab tadi. Membuatku berpikir jika Arkano tipe laki-laki yang suka menebar harapan saja.

"Kenapa?"

Suara itu~

"Tugas jerman gue sama Kara belom selesai. Mana mau dikumpul pas istrahat lagi," ucap Pita. Aku diam saja.

"Ra, mau aku bantu nggak?" tanyanya.

Bantu aja si Iris, pasti pipinya bakal merah-merah gara-gara lo baperin! Hussss sana. Gak sekalian lo nawarin, 'boleh nggak, aku patahin hati kamu?'  dasar cowok buaya! Cowok tukang tebar pesona! Tukang PHP! Sukanya baperin anak orang! Dasar cowok aset Majapa-

"Ra?"

Nada itu lagi.

Aku menghela napas kasar, menatap Pita lalu mengangguk. "Gue bakal kerjain, lo tenang aja."

Agaknya, Pita sadar diri. Agaknya, dia sadar ada yang salah di sini. Agaknya, dia tahu kalau kerajaan pasir imajinasi Kara sedang gonjang-ganjing saat ini.

"Terserah lo deh, Ra. Gue mau ke Uchy sama Naura dulu. Good luck ya, ngerjainnya!" ucapnya sambil lalu.

Aku mengambil beberapa kamus, mulai mencari partikel-partikel kata yang perlu digunakan. Sementara manusia yang tadi berdiri di sampingku malah beranjak duduk di bangku Pita barusan.

"Aku bantuin ya," katanya.

"Gak usah. Makasih atas bantuan tuan. Hamba bisa sendiri!" kuambil kamus yang dia pegang tadi. Lalu menyingkirkan semua buku milikku dari jangkauannya.

Dasar aset Majapahit! Selera musiknya gak mirip gue, tapi simpenan ceweknya udah bombayah banget. Belum lagi fans-fansnya yang liat dia aja udah teriak kalau rahimnya anget. Ieuuuuwww! Gak ya, gak! Gue gak mau berbagi. Lebih baik gue mundur daripada harus bagi-bagi!

"Beneran gak mau dibantuin?"

Lembut sekali~

"Gak," ketusku.

ARKANO [COMPLETE]Where stories live. Discover now