SEBUAH FAKTA

1.4K 99 1
                                    

20. SEBUAH FAKTA

"Jangan terlalu jatuh dalam rasa. Jangan terlalu mendamba untuk dicintai. Jika kamu tidak diberi tahta dalam hatinya. Berhenti saja!
Mundur secara tegas, lepaskan dan biarkan dia membusuk dengan pilihannya."

Saat jam istrahat tiba, dari bangkuku aku melihat Iris menghampiri meja Arkano dengan sebuah kotak bekal di tangannya. Arkano menerima lalu mengucapkan terima kasih pada gadis itu.

Benar-benar tidak ada tempat, ya?

Uchy dan Naura kompak absen lagi ketiga kalinya dalam bulan ini. Katanya, mereka tidak berani masuk karna Pak Amir pasti akan menagih tugas mereka yang satu semester belum dirampungkan. Aku meraih botol vitamin dari dalam tas, menegaknya tanpa minum lalu membaringkan kepalaku di meja.

Sejak kejadian seminggu lalu, saat Arkano dan Iris pulang bersama. Mereka semakin dekat, sementara Bastian semakin sinting. Bisa-bisanya dia malah mengungkit soal lamaran terus menerus.

Membuat Sari, mulai menatap dengan pandangan berbeda kepadaku.

Aku mencoba tidak peduli. Toh, hidupku baik-baik saja sebelum semua masalah yang mereka bawa muncul. Iris dengan kepercayaannya, Arkano dengan perhatiannya, Sari dengan pernyataan cintanya, dan Bastian dengan kegilaannya.

Seperti sampah yang menampung semua masalah mereka, itulah aku.

Beruntung, Sari tidak berkata dia percaya padaku. Sebab, aku tidak akan tahu harus bagaimana lagi menjadi mak comblang untuk dua pasangan sekaligus.

Entah ini perasaanku saja atau tidak, Arkano sempat melihatku saat aku memasukkan botol vitamin itu kembali ke dalam tas. Ini bukan drama korea, aku bukan cewek penyakitan yang butuh dikasihani. Kisah hidupku saja sudah menyedihkan, itulah kenapa aku benci dikasihani lagi.

Dikasihani terlalu berlebihan, sangat tidak baik.

Saat Arkano melangkah keluar tanpa diikuti Iris, aku menghela napas kasar. Lalu memejamkan mata singkat sebelum bangkit dan keluar dari kelas.

Toilet, aku butuh menyemburkan air ke wajahku agar berhenti berkhayal.

Langkahku terhenti, ketika samar-samar aku melihat di bawah tangga ada siulet mirip Arkano di sana. Bersama seseorang.

"Gue mungkin emang pendiem. Tapi gue mengamati, Man!"

Itu, Mozil?

"Mau lo apa?"

Aku mendekat, berusaha mendengar lebih jelas.

"Kara itu bego. Jangan dibegoin lagi."

Mozil itu, aku berjanji akan mencincangnya nanti.

Aku tidak mendengar ada balasan dari kata-kata Mozil. Cowok itu masih setia mengusek-ngusek ujung sepatunya di lantai.

"Jangan jadi brengsek kayak gue. Lo bakalan nyesel."

Apa maksudnya?

"Gue gak pernah begoin dia." Kali ini, aku mendengar suara Arkano.

ARKANO [COMPLETE]Where stories live. Discover now