KEPERCAYAAN

1.4K 88 1
                                    

14. TENTANG PERCAYA

"Coba tanya ke mereka yang kau titipkan rasa percaya. Karna, beberapa rasa percaya yang dititipkan ke seseorang itu bisa jadi beban di pundaknya. Beban yang susah dimusnahkan karna hanya satu kata, percaya."

"Makannya pelan-pelan, Ra."

Pelan-pelan ya?

"Gak gitu juga, Ra."

Trus, gimana?

"Ra, kapan kelarnya kalau makan butir perbutir?"

Aku meletakkan garpu dan sendok, suasana kantin sedang ramai. Tapi meja panjang yang kami tempati cuma diisi Arkano dan aku. Tidak ada yang berani menambal apalagi menjadi setan dadakan.

"Trus gimana cara makannya?" aku mendorong piring nasi gorengku ke depannya. "Nih, contohin sekalian. Nanti gue videoin sekalian bikinin tutorial."

Dia mendorong nasi goreng itu lagi ke arahku. Aku tahu ini tidak baik, mendorong makanan sama saja menghina makanan. Tapi Arkano banyak rewel, sedari tadi ia berkata ini itu.

"Makan lagi," katanya.

"Udah kenyang, gue mau beli minum dulu. Tadi kelupaan."

Baru ingin beranjak, suara kakanda menghentikanku.

"Yakin mau antri segitu panjangnya?" aku melihat kode pandangnya. Di sana semua orang sedang antri dan antriannya terbilang cukup panjang. Aku melihat Arkano lalu duduk tenang di kursiku lagi.

"Aku aja yang beliin, kamu duduk aja di sini."

Tidak perlu bersikap jaim dengan menolak malu-malu sambil berkata, aku bisa sendiri kok!

Aku mengangguk dan ia berlalu. Ia begitu perhatian untuk setiap hal kecil tentangku. Seperti hal kecil ketika perutku kesakitan waktu itu, saat aku mengantuk di perpus, dan dia begitu repot ketika aku sedikit menjauh. Semua perhatiannya itu, membuatku mengerti, ada laki-laki lain kok yang bisa dipercaya selain ayah dan kak Bayu.

Setidaknya, itu pikirku saat ini.

"Hai, Ra!"

Aku menoleh, mendapati Iris menyapaku dengan ramah dan duduk di sampingku.

"Lagi makan ya, Ra?"

Kambing congek juga tau kalau gue lagi makan!

"Hei, tumben sendiri. Temen-temen lo ke mana?" tanyaku. Biasanya dia akan bersama teman-temannya ke kantin atau pergi menginvasi di koridor kelas sepuluh.

Iris tersenyum. Senyumnya manis, wajah cewek ini sebenarnya sangat kalem. Tapi jika bersama teman-temannya aku merasa jika dia juga ikut terpengaruh.

"Lo sendiri, sendirian juga kan?"

Aku melirik kursi di depanku. Tempat Arkano duduk tadi lalu menggeleng, "gue bareng Arkano."

Iris diam. Dia tersenyum seadanya. Beda dengan yang tadi.

Memang faktanya gue lagi bareng Arkano kan?

ARKANO [COMPLETE]Where stories live. Discover now