KATA HATI

1.4K 90 1
                                    

23. KATA HATI

"Sebab menyuarakan isi hati. Hanya untuk mereka yang berani."

Aku ditarik begitu saja. Meski berjalan terseok-seok dengan ngilu di punggung yang mendera, Arkano tidak berhenti. Dia tetap menarikku hingga kami tiba di koridor sepi. Di dekat gudang sekolah.

Aku melihat sekeliling, betul-betul sepi. Sedangkan tatapan Arkano yang menghunus ke arahku begitu terasa.

"Lo ngapain bawa gue ke sini?"

Kuberanikan diri.

"Aku kira, kita udah sampai ditahap gak perlu kode-kodean lagi, Ra."

Aku tidak suka berada di posisi seperti ini. Dia mengurungku di antara tubuhnya dan tembok. Dalam jarak sedekat ini, aku bisa lihat jika di dekat bibir bawah Arkano yang luka ada sebuah tahi lalat kecil yang samar.

"Gak pernah ada kita. Adanya lo dan gue."

Dia diam.

Aku bukan tipe orang yang suka bertele-tele. Ketika Iris memutuskan percaya padaku, saat itu juga kisah cintaku tamat. Hanya saja, manusia ini membuang semua ajian doktrin yang diberikan padaku. Membuat berantakan perasaanku. Dan nyaris membuat goyah prinsipku.

"Kenapa ngejauh?"

Suaranya melembut. Lututku mendadak lemas.

"Aku ada salah, Ra?"

Sejak awal aku yang salah. Menyalahartikan sekedar kasihan sebagai sebuah perasaan yang disebut cinta. Aku yang salah.

"Lo gak pernah ada salah sama gue," balasku.

"Trus, kenapa ngejauh?"

"Emangnya kenapa harus deket?"

"Ra..."

"Gak ada ikatan pertemanan yang posisinya ambigu kayak gini." Aku sengaja menyinggung posisi kami saat ini. Dia paham.

Tapi bukannya mundur, dia malah semakin maju.

Nyaris membuat napasku berhenti.

"Posisi apa? Hm?"

"Lo...!"

"Ra..."

Nada itu~

"Jangan kayak gini lagi," katanya.

Aku mengenyit. Bingung.

"Maksud lo?"

"Jangan deket-deket Bastian lagi."

Arkano ini~

"Gue gak butuh saran lo untuk hidup gue. Ada fase dimana gue bener-bener capek. Dan lo gak bakal ngerti hal itu," ucapku.

"Kenapa gak cerita sama aku aja?"

Dan bikin gue kayak pengemis perhatian? Cuih, ora sudi!

Meski aku menaikkan nada suaraku, laki-laki ini tetap lembut. Laki-laki gentle yang patut dibanggakan.

"Lo..."

"Ra," dia memotong. "Kayaknya, kamu udah jadi ketidakmungkinan yang akan selalu aku semogakan."

Aku menatapnya lama. Netranya menubrukku dalam. Jika tidak mampu mengendalikan diri, aku bisa tenggelam di sana.

"Ra!"

Aku dan Arkano menoleh bersamaan. Ketika Bastian berlari ke arahku dengan wajah merah padam. "Ikut gue," dia menarik lenganku.

Tapi tanganku yang satunya ditarik Arkano.

ARKANO [COMPLETE]Where stories live. Discover now