4

78 0 0
                                    

Derry duduk dibangku panjang. Dia sedang menunggu Kellisa datang. Tadi gadis itu mengiriminya chat, kalau dia akan mempercepat urusannya dengan Bu Widya. Derry hanya mengiyakan.

"Nunggu siapa?" Tanya Yansen. Dia ikut duduk di samping Derry.

"Kellisa. Dia masih ada urusan sama Bu Widya."

"Kamu beneran suka sama Kellisa?" Yansen bertanya.

Derry menoleh sebentar, lalu beralih ke ponselnya. Tidak menjawab pertanyaan Yansen.

"Jangan dimainin kayak yang sebelum-sebelumnya loh!"

"Ngapain aku mainin dia? Emang dia mainan apa?" Tanya Derry ketus.

"Terus Sasha, Icha, Rosy itu apaan kalau bukan mainan?" Balas Yansen kemudian.

"Dia teman aku." Jawab Derry datar.

"Der, Der. Setelah ngebaperin anak orang kamu bilang mereka teman kamu? Emang mereka sekarang mau temenan sama kamu?"

"Emang kenapa dengan aku? Mereka tetap ramah kok sama aku."

"Kalau mau ngejar satu ya satu aja, Derry. Gak usah ikut-ikutan anak basket yang lainnya."

"Wah, apaan nih kok bawa-bawa anak basket?"

"Biar kamu nyadar, Der. Kalau Kellisa bukan seperti orang-orang yang pernah kamu php-in."

"Maksud kamu apaan?" Derry berkata, nada suaranya naik beberapa oktaf. Dia jelas tidak suka, kalau sahabatnya ini membawa-bawa nama Kellisa.

"Intropeksi diri, Der." Jawab Yansen acuh, seraya berlalu dari pandangan Derry.

"Ck, apaan?" Derry bergumam.

***
Kellisa merasakan kakinya seperti kehilangan pijakan.

"Benarkah Derry orang yang seperti itu? Benarkah Derry hanya memainkan hatinya? Benarkah yang dikatakan Yansen tadi?" Batinnya bertanya-tanya.

Kellisa baru saja keluar dari ruang guru. Dia sengaja tidak mengabari Derry kalau urusannya sudah selesai. Dia ingin langsung menghampiri Derry ke kelasnya, tetapi setelah beberapa langkah menuju depan kelas Derry, gadis itu menghentikan langkahnya.

Dia bersembunyi di balik pilar, mendengarkan apa yang sedang Yansen dan Derry bahas. Kini Kellisa berlari cepat, meninggalkan Derry yang masih tidak mengetahui kalau dia sudah berada disana beberapa saat yang lalu.

Kellisa mengetik cepat di room chat. Dia meremas ponselnya. Mengusap wajahnya. Memandang wajahnya didepan cermin. Dia berada di Toilet sekarang.

Kellisa
Maaf ya, Der. Aku masih lama sama Bu Widya. Kamu pulang duluan aja.

Derry
Barengan aja Kel? Aku tungguin kok.

Kellisa
Nggak usah, Der. Tadi aku udah bilang ke Bang Trian kalau pulang agak lambat. Nanti dia aja yang jemput.

Derry
Oke, kalau gitu. Hati-hati, Kel.

Kellisa meremas ujung roknya. Dia tidak mau dipermainkan. Biarlah, Kellisa dianggap plin-plan soal ini tetapi dia hanya melindungi perasaannya.

***

"Kenapa mukamu ditekuk gitu? Kusut banget kayak baju belum disetrika." Kata Bang Trian yang menjemput Kellisa di depan gerbang sekolah.

"Nggak papa." Balas Kellisa datar.

Trian terdiam sejenak, ikut bingung dengan adiknya itu.

"Ada masalah apaan?"

KellisaWhere stories live. Discover now