7

56 0 1
                                    


"Kaki kamu kenapa?" Trian yang melihat kaki adiknya itu dibalut perban, jadi panik.

Kellisa menjawab dengan santai, "Kena pecahan kaca tadi. Aku nggak papa kok, Bang. Lagian lukanya udah diobatin, Abang nggak perlu khawatir."

"Nggak usah khawatir gimana? Kena kaca loh! Ayo pergi ke rumah sakit aja! Nanti kalau kalaunya tambah parah gimana?" Ajak Trian kemudian.

Kellisa menggeleng pelan, "Aku serius nggak papa."

Trian mengalah. Dia mengelus rambut Kellisa dengan lembut. "Lain kali telpon Abang, kalau kamu ada apa-apa. Abang kelamaan ya tadi? Kamu lama nunggunya?" Trian bertanya.

Kellisa memberikan seulas senyuman, "Nggak, Bang. Pulang yuk!" Ajak Kellisa kemudian.

"Bisa jalan nggak?" Tanya Trian ketika Kellisa berusaha bangun dari duduknya.

"Bisa, Bang." Langkah Kellisa tertatih, Trian dengan sigap membantunya berjalan. Menyamai langkah Kellisa yang sangat pelan.

"Nggak usah sekolah ya, besok!" 

"Yaelah, kenapa Bang?"

"Kelas kamu kan diujung. Kaki kamu juga sakit. Kasian kamu, kalau jalan kayak gini ke kelas. Kalau kakimu sudah sembuh, baru nggak papa ke sekolah." Sahut Trian sambil memperhatikan langkah Kellisa.

"Aku nggak papa, Bang. Besok juga udah mendingan. Lagian kalau aku izin sakit, aku bakalan ketinggalan pelajaran. Aku paling nggak suka ketinggalan pelajaran, dengerin guru secara langsung aja belum tentu paham. Apalagi, kalau harus ketinggalan pelajaran, terus nanya materi sama teman." Kellisa bersikukuh.

"Iya deh, iya. Besok Abang antar sampai kelas pokoknya." Trian mengalah.

"Hah?" Kellisa kaget, tak setuju tentu saja.

Kellisa memang terbiasa diantar ke sekolah sama Trian.

Tapi kalau sampai diantar ke kelas? Apa kata cewek-cewek yang biasanya memperhatikan mereka?

"Nggak ada penolakan!" Tegas Trian.

Dan mau tak mau, Kellisa hanya mengangguk patuh.

***

Kellisa merebahkan tubuhnya diatas kasur. Tidak seperti biasanya, jika dia biasanya menonton TV dan mengobrol dengan Bang Trian sepulang sekolah. Kini dia hanya ingin berbaring dan melupakan kejadian yang menganggu pikirannya.

Ponselnya berdering, membuatnya cepat-cepat menekan tombol hijau. Menerima panggilan itu.

"Halo, Kel?" Sapa Mamanya diujung sambungan telpon.

"Iya, Ma?"

"Kamu nggak papa?" Tanya Mama terdengar cemas disetiap katanya.

"Nggak papa, Ma. Aku udah mendingan kok. Mama nggak perlu khawatir, Aku nggak mau buat Mama jadi kepikiran."

"Kalau besok masih sakit, nggak usah masuk sekolah. Nggak usah dipaksain ya, Kel!"

Kellisa mengangguk patuh, meskipun tau Mamanya tidak akan melihat apa yang dia lakukan. "Mama lanjut kerja aja lagi. Aku nggak papa kok."

"Oke."

Dan sambungan telpon itu terputus, membuat Kellisa menjauhkan ponselnya dari telinga dan memandang lama benda pipih itu.

Sebenarnya, aku selalu pengen. Mama dan Papa ada di rumah. Pengen ngobrol leluasa sama mereka. Kapan ya, Mama dan Papa ada waktu luang untuk Aku dan Bang Trian?

***

Derry
Kellisa, kamu nggak papa? Aku denger tadi kaki kamu luka? Kamu nggak papa?

KellisaOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz