8

41 1 0
                                    


Kellisa baru saja duduk di kursinya. Tiba-tiba Derry muncul dengan senyuman riang, menghampiri mejanya.

"Sendirian aja, Kel?"

"Hm."

"Lagian ngapain? Gimana udah belajar tadi malam? Katanya mau ulangan ya?"

Kellisa mengangguk saja.

"Tadi udah sarapan belum?"

"Udah."

"Sarapan apaan?"

"Roti."

"Tadi diantar siapa?"

"Bang Trian."

Kellisa sibuk membalik halaman buku paketnya. Sementara Derry mengamati gadis itu lekat-lekat.

"Lagi sariawan ya?"

"Nggak."

"Lagi sakit gigi?"

"Nggak."

"Lah terus kenapa jawabannya singkat-singkat gitu?"

"Kellisa." Panggil seseorang membuat Derry dan Kellisa menoleh ke arah sumber suara.

Bagas berdiri di depan meja Kellisa. Dia menatap Kellisa datar. "Bantuin ambil buku paket di perpus."

Mata Kellisa membulat, "Eh, oke." Lantas berdiri dan mengikuti langkah Bagas keluar dari kelas.

"Sorry ya, Der." Ucapnya pada Derry yang masih bengong di kursinya.

Mereka sudah ada di perpustakaan saat ini. Kellisa mengikuti langkah Bagas. Mengambil buku-buku paket matematika di rak paling atas. Membuat Kellisa harus berjinjit karena cewek itu tidak sampai mengambil buku.

"Ish." Gerutu Kellisa, bersusah payah mengambil buku.

Bagas menoleh, tangannya mengambil buku yang hendak Kellisa ambil.

"Apa gunanya punya mulut sih? Tinggal bilang tolong ambilin kan bisa?" Bagas berkata membuat Kellisa jadi sungkan.

"Mm. Maaf."

Setelah mengambil semua buku paket. Kellisa menunggui Bagas yang masih berdiri di depan pustakawan. Meminjam buku-buku tersebut.

"Gas. Ulang tahun sekolah bentar lagi ya?" Tanya Kellisa membuka pembicaraan ketika mereka melewati koridor sekolah yang mulai ramai.

"Iya." Jawab Bagas tanpa menoleh.

"Emangnya tanggal berapa sih?"

"22 Desember."

Kellisa mengangguk dan ber-oh ria. Dia berusaha menyamai langkah Bagas yang lebar-lebar.

"Ada acara apa aja di ulang tahun sekolah?"

"Ada lomba-lomba sama nanti ada malam pentas juga dari anak teater sama anak band."

"Rame dong?"

"Iya. Datang aja kali aja kamu bisa ketemu Derry." Gumam Bagas.

Kellisa mengernyit. Dia menghentikan langkahnya. "Emang kenapa, Gas? Kalau ada Derry emang kenapa?" Kellisa bertanya dengan nada tak suka.

Bagas menoleh, "Ya, kan kamu suka sama dia. Tapi jangan dekat-dekat Derry deh."

Kellisa terdiam. "Tau ah. Siapa juga yang suka sama Derry. Lagian aku mau deket sama siapapun bukan urusanmu."

Kellisa mendahului Bagas, berbelok menuju kelasnya.

"Derry spesial kan, Kel? Kamu pikir aku nggak tau." Gumam Bagas, melangkahkan kakinya pelan.

***

KellisaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora