6

74 0 0
                                    


"Mau kemana, Kel?" Tanya Trian saat Kellisa sudah memakai sepatunya dan tampak merapikan bajunya yang sedikit keluar dari celana jeans.

"Ke rumah Dwi sebentar. Ada kerja kelompok." Jawabnya tanpa berbalik.

"Naik apa?"

"Naik angkot."

"Ngapain mesti naik angkot, kalau ada Abang di rumah? Abang anterin ya! Ntar kalau kamu naik angkot, jangan-jangan mampir ke rumah Derry. Bukan ke rumah Dwi."

"Yee.. Apaan sih! Bawa-bawa nama Derry." Kellisa berdesis.

"Si Derry-Derry itu anak basket kan?" Tanya Trian mengalihkan topik pembicaraan.

Alis Kellisa bertautan, "Tau darimana? Perasaan aku nggak pernah ngomong."

"Abang kan banyak teman di SMA Sinar Harapan. Ya, tanya-tanya aja ke mereka."

Kellisa ber-oh ria. "Ish. Sampai kapan sih Bang Trian begini?"

"Sampai kamu ngaku, kalau kamu suka sama Derry."

"Aku nggak pernah bilang gitu tuh! Abang harus belajar jangan terlalu ikut campur urusan orang lain deh."

"Emang kamu orang lain? Kan kamu adek Abang. Bukan orang lain." Tegas Trian.

"Tau ah, susah memang ngomong sama Abang. Bawaannya keki mulu!"

Kellisa melangkahkan kakinya menuju jalan besar didepan rumahnya. Hendak memberhentikan angkot yang lewat.

"Kel. Kel. Beneran nggak mau Abang antar nih?" Tanya Trian lagi.

"Ya, kagak. Bye!"

Trian mengamati Kellisa yang naik ke dalam angkot. Dia duduk di samping ibu-ibu yang sedang membawa belanjaannya. Mungkin ibu itu, habis dari pasar. Mengingat belanjaannya yang tidak sedikit.

Trian tersenyum tipis, ketika angkot itu bergerak menjauhi rumahnya. Pikirannya sibuk memikirkan kenapa Kellisa di rumah tadi, kenapa gadis itu lebih banyak diam dan hanya menjawab seadanya ketika dia tanyai.

***

"Si Tiara belum datang?" Tanya Kellisa yang sudah duduk bersila di atas tikar.
Dia sedang berada di rumah minimalis milik Dwi.

Rumah itu berwarna jingga, saat pertama kali masuk ke rumahnya ada aroma lavender di setiap ruangan. Wajar saja Mama Dwi memang suka bunga lavender. Tampak ada empat kamar di rumah itu, ruang tamu,  kamar mandi dan juga dapur. Di belakang rumah Dwi ditanami aneka bunga seperti lily, lavender, anggrek dan mawar.

Kellisa selalu suka datang ke sini. Rumah ini selalu mengingatkannya, betapa keluarga Dwi sangat ramah dan rukun. Mama Dwi dengan senang hati, membuatkannya kue bolu rasa cokelat dan menyuruhnya untuk membawa pulang kue tersebut.

"Belum, Kel. Katanya macet jalanan." Balas Dwi menjawab pertanyaan Kellisa tadi.

"Oalah, oke. Kita bagi tugas aja, Wi. Kamu bagian cari materi bab 1 sama 2, ntar aku yang ngetik materinya. Kalau Tiara dah datang, nanti gantian sama aku. Lanjutin ketikkanku."

"Oke, siap bos!" Serunya menurut.

Dwi tampak serius di depan laptop, mencari materi untuk tugas makalah PPKN yang harus selesai minggu depan. Sedangkan, Kellisa mengamati foto-foto di kamar Dwi.

"Eh, Kelli. Lama banget nggak ke sini?" Sapa Mama Dwi, kedua tangannya membawa tiga gelas minuman berisi Es Jeruk dan cemilan dengan nampan.

"Ah. Iya tante." Kellisa berdiri, hendak menyalami punggung tangan Mama Dwi.

KellisaWhere stories live. Discover now