- Part Three

251 33 3
                                    

Pada akhirnya, disaat segelanya telah terwujudkan, aku harus melepaskannya secepat aku bisa merengkuhnya❞―Akaashi Keiji


.

.

.

ESOKNYA, di hari Minggu.

(Name) melihat layar ponselnya. "Aku harus menelponnya. Aku harus bertemu dengannya. Supaya tak ada penyesalan yang aku bawa." (Name) menekan nomor kekasihnya itu.

Ada dua kali dering, sebelum diangkat. "H-halo, Keiji."

"Hai, (Name)," ucap Akaashi. Terdengar bahwa dia sedang menguap

"A-apakah aku menganggu tidurmu?"

"Nggak kok. Kenapa?" balas Akaashi.

"Hari ini, aku mau ke taman. Bisa temanin aku?" tanya (Name). "Aku mau berkencan denganmu hari ini." (Name) merasakan wajahnya memanas saat mengatakan kata 'kencan'.

"Boleh," balas Akaashi. "Aku akan segera kesana ya."

"Iya, makasih Keiji-kun," ucap (Name).

 "Tapi dalam satu syarat; kalau kamu memanggilku dengan akhiran '-kun' lagi, kuberi hukuman loh," ucap Akaashi.

"Hah?" Lalu, sambungan telpon diputus.

Wajah (Name) memerah saat  Akaashi mengatakan itu. Tetapi, (Name) membuangnya jauh-jauh. Dengan segera, dia menukar pakaiannya, dan setelah setengah jam bersiap-siap. Dia mendengar bel rumah ditekan oleh seseorang.

"Iya!" serumu sambil berjalan turun dari tangga. (Name) membuka pintu dan tampaklah sosok Akaashi. "Hai."

Akaashi memberikan sebuah senyum kecil. "Ayo."

Mereka saling bergenggaman taman sembari berjalan menuju taman. Di hari Minggu seperti ini, taman sangat sepi. Hanya ada beberapa orang yang berada di taman, termasuk Akaashi dan (Name).

"Udaranya sangat menyejukkan ya!" ucap (Name). "Uwaa, ada kucing!" Dia mendekati kucing itu, mengelus puncak kepalanya. "Manisnya."

(Name) duduk di rerumputan, dan Akaashi duduk di sampingnya.

"Sebenarnya, aku masih tak percaya atas segalanya," ucap (Name). "Aku bertemu kembali denganmu, dan kita berpacaran. Ini lebih dari apa yang aku imajinasikan."

Wajah Akaashi memerah. Dia bangkit dari tempat dia duduk, mengumpulkan beberapa mahkota bunga yang bertebaran, lalu menaburkannya diatas rambut (Name). "Justru aku gak percaya bahwa kamu masih menerima lelaki brengsek yang menolakmu dua tahun lalu."

(Name) terkikih pelan. "Keiji-ku―maksudku. Keiji." (Name) teringat akan ucapannya ditelpon tadi.

Akaashi mencubiti pipi (Name). "Dasar."

(Name) meringis sedikit, tapi (Name) tersenyum.

Semilir angin berhembus pelan.

Haikyuu!! Character × ReaderWhere stories live. Discover now