Chapter 2

77 33 32
                                    

Aku masuk ke sebuah kamar mandi kecil, terdapat 5 barisan kamar mandi dan aku masuk di barisan ke 2. Tempatnya gelap sehingga aku harus menyalakan senter di ponselku dan mulai mengganti baju yang basah dengan baju yang kering. Sementara Dira menunggu di depan pintu dan memangku dagu dengan tangannya.

Aku membuka pintu pelan sambil menenteng kresek hitam berisi baju basahku dan berkata "udah!".

Kemudian kami kembali ke air terjun dan menikmati aliran air terjun bersama Affan dan Renando.

Setelah puas bermain air, kami semuapun mulai memakan bekal yang dibawa dari rumah dan duduk melingkar untuk menikmati makanan berasama-sama.

"Rin, kamu cemot banget kalo makan selai" ucap Affan.

"Masa sih?" Ucapku dan kemudian membersihkan daerah mulutku dengan tissu kering.

"Rin, lo kenapa sih masih inget sama Revan mulu?" Tanya Nando.

"Bukannya inget Nan tapi tadi tuh gue lihat dia di bawah sambil senyum" ucapku.

"Udahlah udah jangan di bahas" ucap Dira.

"Iya-iya dek galak amat" Cengir Nando.

"Bodo" ketus Dira dan meneruskan memakan sebuah snack rasa coklat.

Kubuka resleting tas pelan pelan dan meraba-raba sesuatu di dalamnya. Tanganku keluar dari dalam tas membawa sebuah kertas berwarna merah muda.

"Lah ngapain lo bawa nota belanjaan Rin?" Tanya Dira.

"Nggak tau nih" ucapku lalu dengan pelan kubuka kertas nota itu. Kuremas dan kulempar seketika setelah membaca tulisan di nota tersebut.

1 Nyawa = Nyawamu dan totalnya adalah 1 Nyawamu.

"Kayak gak ada kerjaan aja yang nulis ini" ucapku berusaha tenang.

"Gue tau sebenernya lo takut Rin tapi gue gak mau memperpanjang masalah Revan" Batin Affan.

"Yauda lanjut aja makannya, bentar lagi kan kita juga balik ke bus dan pergi ke pusat oleh-oleh" ucap Dira.

"Iya dedek" Ucap Nando.
.
.
.
Kami semuapun sampai di sebuah pusat oleh-oleh. Dengan spontan Affan menggandeng tanganku dan memaksaku mengikuti derap langkahnya menyusuri barang dagangan.

Kaki Affan berhenti disebuah toko yang menjual gelang dan accesoris semacamnya. Dia mengambil dua gelang dan langsung membayarnya.

"Lo mau beliin apa buat ibu lo?" Tanya Affan.

"Gak tau dan ibu juga gak minta apa-apa deh Fan" ucapku.

"Beliin aja makanan lah atau sovenir kan bagus buat dipajang di ruang tamu atau beli bunga gitu buat taruh di taman" tukas Affan.

"Kayaknya bunga aja deh Fan, ibu gue suka bunga dan gue juga" ucapku sambil menyusuri jalanan menuju ke penjual bunga.

Sementara Dira dan Nando, mereka berjalan terpisah denganku dan Affan. Mereka memang kembar tapi hampir tak pernah akur, meskipun Nando bersikap lebih dewasa tapi Dira masih suka memarahinya. Maklumlah cowok selalu salah. Anehnya Nando selalu memanggilnya dengan sebutan dedek tapi Dira tak pernah memanggilnya kakak atau abang. Entahlah akupun tak mengerti jalan pikiran kedua sahabatku itu.

"Eh dek dek, beli buah aja ya kan gue suka makan buah" ucap Nando.

"Ngapain beli buah kan di mall jakarta juga banyak buah tinggal beli aja" sewot Dira.

"Beli cemilan aja" ucap Dira.

"Cemilan mulu, kan bikin gendut" kekeh Nando.

"Apasih lo, serah gue elah" ucap Dira.

"Terserah dedek" ucap Nando.

Dan akhirnya Nando terpaksa ikut kemanapun Dira pergi. Terserah Dira ingin belanja apa yang terpenting waktu mereka tidak habis buat perdebatan tiada ujung yang akhirnya Nando harus selalu mengalah.

Dira berhenti disebuah toko pakaian dan menyentuh jaket biru dengan aksen garis putih di leher dan lengannya. "Jadi inget Revan" lirih Dira.

"ENGGAK, REVAN UDAH MATI RA" ucap Nando nadanya meninggi.

Dira mendengus kesal dan memilih meneruskan belanja oleh-oleh.

Dira memang suka dengan Revan, tapi tiada yang tau kecuali Renando saudara kembarnya. Saat Revan meninggal, orang pertama yang menangisinya adalah Dira. Dan kami semua mengira itu wajar karena kami sudah lama bersahabat. Semasa hidup, Revan suka bercanda denganku bahkan senyum menawannya selalu di berikan padaku. Aku dan Revan tidak pernah pacaran, hanya saja seperti ada rasa yang tak biasa dan hanya memilih bungkam sampai akhirnya Revan meninggal dan aku merasa sangat kehilangan.

Tidak berhenti disitu, bahkan Dira seperti tidak memiliki semangat setelah meninggalnya Revan. Tapi keadaan berangsur membaik saat kami naik ke kelas 12.

•••

Aku duduk di sebuah bangku dan memesan minum karena merasa lelah dan dehidrasi setelah keliling mengikuti Affan. Affan duduk di sampingku dan memainkan dua gelang yang tadi dibelinya. Affan terlihat sumringah melihat kedua gelangnya itu. Sampai jiwa kepo ku muncul dan memutuskan bertanya.

"Emang ada apa di gelang itu?" Tanyaku.

"Gapapa Rin cuma suka aja" ucap Affan dan dua gelas minuman telah datang di hadapan kami.

Tanpa pikir-pikir aku langsung meminumnya hingga tersisa hampir separuh gelas karena sangat haus.

"Balik yuk Fan bentar lagi bus berangkat" ajak aku.
.
.
.
Bus melaju dengan kecepatan sedang hingga membuatku terkantuk dan terlelap dalam tidurku.

Aku terbangun saat jalanan tak lagi mulus tapi naik turun menukik hingga membuat posisiku tak nyaman. Entah sejak kapan Affan duduk disampingku, karena seingatku saat berangkat tadi Dira yang disampingku. Aku mengusap mataku yang masih agak buram "Fan!" Sapaku dan melihat sesuatu melingkar di pergelangan tanganku saat aku mengusap mataku.

"Ini kan gelang punya lo tadi Fan?" ucapku.

"Iya Rin, bagus kan dipakek sama lo" Cengir Affan.

Aku mencoba melepaskan gelang itu tapi simpulnya terlalu kuat mengikat.

"Gak usa dipaksain kalo emang gak bisa dilepas Rin. Itu buat lo aja" ucap Affan.

Aku mendengus kesal "Yauda terpaksa"

Affan malah terkekeh geli melihatku yang mengerucutkan bibir.

"Lo ngapain sih Fan kok duduk di tempatnya Dira?" Ucapku.

"Tadi kan lo tidur jadi gue aja yang ngasih bahu gue buat sandaran lo. Tuh Dira tidur sama Nando, lagian lo kan uda sering deket sama gue dan apa yang perlu di masalahin Rin?" Ucap Affan.

"Lo nggak capek ngejar gue mulu?" Ucapku.

Entah apa yang ada dipikiranku hingga aku mengeluarkan kalimat tersebut. Hingga membuat Affan diam dan wajahnyapun berubah badmood seketika. Aku cuek dan memilih memasang earphone di telingaku dan mendengarkan lagu yang santai.

Jangan lupa vote ya 💕

Agak maksa.

Jangan lupa comment juga ✔

Comment kalau mau. Gua gak maksa.

Salam santuy.

Send(u) ✔Where stories live. Discover now