Chapter 8

35 16 1
                                    

Hari ini adalah hari minggu, sekolah libur. Affan sedang duduk di meja makan bersama dengan keluarga barunya tepat di jam enam pagi. Hari ini adalah kali pertama Affan merasakan masakan ibu tirinya. Dengan pelan Affan menyuap sesendok nasi goreng dan mengunyah perlahan.

Affan merasakan rindu kepada sosok ibu kandungnya, nasi gorengnya pun tak kalah enak dengan buatan ibu tirinya.

"Fan, mungkin selama seminggu ini papa mau cuti dari kerjaan kantor dan honeymoon sama mama kamu" ucap Papa.

Affan sejenak menghentikan aksi kunyahnya dan menelan nasi yang memenuhi rongga mulutnya sebelum berbicara. "Apa? Honeymoon? Gak salah pa, kan papa uda tua juga ngapain pakek begituan segala?" Bantah Affan.

"Gak ada salahnya kan Fan lagi pula ini wajar buat pengantin baru" jelas papa.

Affan menghela nafasnya dan hanya bisa pasrah dengan keputusan oerang tuanya.

"Oh iya Fan, jagain adek kamu juga ya. Sebenarnya si Anto ini punya kelebihan, dia bisa melihat makhluk astral dan bisa berbicara dengan roh yang sudah mati. Jadi jangan heran kalo dia suka berbicara sendiri" ucap mama.

"SERIUS?" Ucap Affan dengan lantang saking terkejutnya. "Emm maksud aku, serius ma?" Sambung Affan.

"Iya Fan yauda lanjut dulu makannya" ucap mama.

•••

Aku bangun dengan perlahan membuka mataku dan menoleh ke ranjang ibu. Aku terheran, semalam aku tidur di kursi dekat ranjang ibu tapi sekarang aku malah tidur di sofa dekat tembok. Aku mengucek mataku dan duduk agar nyawaku segera terkumpul dan agar tidak gontai saat aku berjalan.

"Pagi" ucap seorang dokter yang baru saja masuk dari balik pintu.

Dokter berjalan mendekat kepada ibu dan mengecek kondisi saat ini, seofang suster datang dengan membawa sepiring makanan yang di sediakan oleh rumah sakit untuk pasien.

Suster tersebut menaruh piring di atas meja dan keluar dari ruang rawat ibu. Dokter menjelaskan tentang kondisi ibu yang sudah baik serta di perbolehkan untuk pulang.

Aku nampak kegirangan dan langsung memeluk ibu begitu dokter meninggalkan kami berdua. Seorang lelaki paruh baya muncul dari balik pintu yang tak lain adalah ayahku dengan membawa kantung kresek berwarna hitam.

"Udah pelukannya? Sini Airin makan sama ayah" ucap Ayah.

Aku langsung menghampiri ayah dan duduk disofa bersamanya untuk menikmati satu nasi bungkus dengan lauk telur yang dimasak dengan bumbu berwarna merah dan sedikit pedas.

Tok tok tok!

Terdengar suara ketukan dari luar dan langsung membuka pintu untuk masuk ke dalam ruang rawat.

Muncullah sosok pria berparas tampan dengan perawakan tinggi dan senyum yang menawan, yang tak lain adalah Affan. Aroma parfumnya memenuhi ruangan yang mendominasi bau obat menjadi wangi khas parfum Affan yang harganya cukup mahal. Dengan sopan Affan menyalami tangan ibu dan ayah.

"Om tante, saya mau pergi sama Airin boleh kan?" Ucap Affan.

"Iya boleh Pan" ucap ibu.

Ayah hanya mengangguk menyetujui ucapan Affan untuk mengajakku pergi. Aku mengelap mulutku dengan tissu dan bergegas menyalami ayah dan ibu sebelum keluar bersama Affan.

Send(u) ✔Where stories live. Discover now