Chapter 6

43 19 5
                                    

Affan mengambil charger yang tergeletak di atas kasur dan memberikannya ke Anto.

"Oh iya Revan itu...."ucapan Anto menggantung saat ada sosok Revan yang berada di belakang Affan dan memberi isyarat untuk diam.

"Lo kenal?" Ucap Affan.

"Emm maksud gue, ya pasti semua tau lah kan kita satu sekolah. Oh iya gue besok gak sekolah kan siang mau ada acara pernikahan papa lo dan mama gue" ucap Anto.

"Terserah lo, bodoamat lo mau sekolah apa gak. Yang bayarin sekolah lo juga bukan gue" ucap Affan.

Anto menaikkan satu alisnya dan berjalan menuju pintu.

Brakk! Lagi-lagi pintu yang dibuat sasaran untuk balas dendam kepada Affan karena telah membanting pintu kamar Anto.

Affan menutup bukunya dan mematikan lampu. Merebahkan dirinya diatas kasur dan menatap langit-langit kamar yang berwarna putih natural. Affan merasa semenjak ada Anto dirumahnya, ada sesuatu yang berbeda.

Seringkali Anto bertingkah aneh, apa memang dia aneh?. Entahlah, Affan membuka lock layar ponselnya dan membuka aplikasi whatsapp.

Sekarang Affan memang sudah memiliki pacar namun sama saja tak ada yang membuat ponselnya terus berdering dan notifikasi chat dari pacarnya. "Jam sembilan apa Airin udah tidur ya? Ah bodoamat kan besok gue jemput dia" ucap Affan.

_______________

Pagi muncul ditandai dengan terbitnya matahari yang mampu menerangi dunia dan merubah dari gelap ke terang benderang. Sinarnya menembus kaca dan gorden kamar sehingga membuat mata silau karenanya alhasil tubuh harus bangun dan memulai aktivitas rutin.

Seperti biasa aku, ayah dan ibu sedang duduk di meja makan untuk sarapan pagi. "Airin dianter ayah?" Ucap Ayah.

"Enggak yah Airin di jemput sama Affan. Oh iya nanti kan ada acara pernikahan orang tuanya Affan, pulang sekolah Airin langsung kesana" ucapku.

Ayah menyeruput tehnya yang masih cukup panas dan meniupnya terlebih dahulu. "Iya Rin hati-hati ya. Affan itu calon menantu yang baik ya, dia bisa buat kamu senyum-senyum sendiri" goda Ayah.

Tiin tiin!

Suara klakson berbunyi yang bersumber dari luar rumah. "Tuh baru diomongin, Apan udah dateng" ucap Ibu.

"Apan? Siapa apan? Maksud ibu itu Affan" ucapku.

"Iya itu maksud ibu. Yauda buruan berangkat kasian dia nungguin" ucap ibu.

Aku berdiri dari tempat duduk dan berpamitan menyalami kedua orang tuaku dan tak lupa mengucapkan salam agar selalu selamat. Aku mengantongi ponsel di saku rok dan berjalan menuju Affan yang sudah menunggu diluar.

Apa ini rasanya punya pacar? Selalu bahagia bahkan tanpa syarat. Tapi bagaimana jika suatu saat aku harus patah hati seperti aku kehilangan Revan. Lagi-lagi pemikiran tentang Revan terlintas di otakku saat aku sedang bersama dengan Affan.

Aku duduk di kursi depan dan memasang sabuk pengaman agar aman. Aku mengelapkan tissu kering di wajahku karena sedikit berkeringat setelah sarapan. Maklum, segelas susu yang ku minum masih cukup panas.

"Udah kan?" Tanya Affan.

"Udah kok" ucapku sambil tersenyum lebar.

Affan menggenggam tanganku dan menciumnya sebelum melajukan mobilnya. Aku tersipu malu dan entah mengapa malah ku usap pelan rambut Affan saat ia menunduk. Sepersekian detik Affan bertahan dalam posisinya karena aku masih mengelus rambutnya.

Bibirku seketika melengkung dan aku tersadar ini sudah waktunya berangkat sebelum terlambat sekolah. Aku segera menarik tanganku dan melihat keluar jendela untuk menetralkan detak jantungku yang sudah seperti mau copot dari tempat singgahnya.

Lagi-lagi Affan membuatku deg-degan dan tersipu malu. Mungkin aku memang sudah membuka hati untuk Affan.

Affan menginjak pedalnya dan mobil mulai melaju dengan kecepatan sedang. Sesaat suasana menjadi canggung karena keduanya yang malu atau alasan yang lain.

"Aku boleh kan manggil kamu dengan sebutan sayang?" ucap Affan yang sedang fokus menghadapkan wajahnya ke depan.

Aku terlalu gugup harus menjawab apa, hampir saja detak jantungku normal. Setelah Affan mengucapkan kalimat tersebut, jantungku kembali berdegup kencang. Aku hanya bisa mengucap "Iya" tanpa menoleh ke arah Affan.

Hari ini adalah hari sabtu, sekolah akan pulang lebih cepat dari biasanya yaitu jam dua belas siang. "Nanti ke salon dulu ya buat ngerias kamu, aku tau tipe cewek kayak kamu itu gak bisa dandan" ucap Affan.

"Iya Fan terserah lo, emm maksud gue terserah kamu" ucapku gugup.

•••

Anto sedang duduk di tepi ranjang, jarum jam menunjukkan pukul tujuh. Karena hari ini Anto memang tidak sekolah jadi bangun cukup terlambat dari biasanya. Anto menyibakkan selimutnya dan mendudukkan dirinya diatas ranjang. Mengusap matanya agar tidak menabrak ketika berjalan ke kamar mandi dalam keadaan mata belum melek.

Di pojok ranjangnya terlihat dengan jelas sosok anak laki-laki yang duduk disana. "Fan" ucap Anto namun tidak ada jawaban sama sekali.

Anto berpikir mungkin itu bukan Affan, bahkan Affan sudah berangkat sekolah satu jam yang lalu. Anto menggeser posisinya dan duduk di sebelah sosok anak laki-laki tersebut.

"Lo Revan?" Ucap Anto sambil mengucek matanya memastikan itu benar Revan atau bukan.

"Kenapa lo gak pergi ke alam akhirat aja kenapa lo masih berkeliaran disini. Apa tujuan lo?" Ujar Anto.

"Lo harus bisa yakinin polisi dan buka kembali kasus kematian gue" ucap arwah tersebut dan hilang dengan tiba-tiba.

"Sial" pekik Anto. "Selalu aja tuh anak bikin gue bingung, tiba-tiba muncul terus ngilang lagi" ucap Anto.

•••

Aku bersama dengan Affan, Dira dan Nando duduk di kursi kantin untuk makan setelah melewati tiga jam pelajaran.

"Makin lengket aja kalian, kemanapun selalu berdua" ucap Nando.

"Sebenernya sih Affan yang gak bisa jauh dari gue" ucapku sambil tertawa kecil dan mengangkat kedua jariku membentuk huruf V.

"Resek" ucap Affan sambil mencubit pelan pinggangku. Aku tertawa kecil karena kegelian dan menjauh beberapa senti dari Affan.

"Oh iya kalian nanti ikut kan ke pernikahan papanya Affan?" Ucapku.

Sontak Dira dan Nando menghentikan makannya sejenak. "APAH?" Ucap mereka secara bersamaan.

Mon maap ya itu cuma penampakan tangannya doang :v

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mon maap ya itu cuma penampakan tangannya doang :v

Gelang couplenya Airin dan Affan.

Jangan lupa ada bintang di bawah ☆

Salam santuy.

Send(u) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang