0.1. lee han gyul

1.3K 87 0
                                    

"Ta-da!! Gyul, bagus kan?"

Kamu ngasih liat sticky notes yang iseng kamu gambarin doodle ke Hangyul yang kebetulan ngeliatin kamu gambar juga.

Hangyul cuma senyum, keliatan kalo dia berusaha nunjukkin senyum terbaiknya. Kentara banget sama muka lelahnya, seharian duduk di depan laptop dan tumpukan-tumpukan kasus. Itu Hangyul, pengacara.

Baru aja kamu mau lanjut gambar, Hangyul ngambil sticky notesnya, "Sayang aku anter pulang ya? Udah jam setengah sebelas loh. Gak enak sama bundamu. Ayo, sekalian cari makan. Martabak ini gak cukup buat isi perutmu."

Kamu nopang dagu, "Sebelum kesini aku udah ijin bunda pulang bareng kamu sampai kamu selesai. Dan aku lagi gak laper, Gyul."

Hangyul ngelus rambutmu penuh kasih sayang, "Ini udah kemalaman, sayang. Aku pasti lembur. Mungkin dua jam atau tiga jam lagi selesai. Kamu gak mungkin kan mau nungguin aku selama itu? Udah aku anter pulang, ya?"

Kamu ambil tangan Hangyul yang keliatan kalo tangan itu butuh istirahat, "Enggak, Gyul. Alasan aku kesini gak cuma ngobatin rasa rindu, aku juga pengen nemenin kamu kerja. Kamu pasti kesepian karna sehari hari kamu lembur sendirian. Gak boleh emangnya kalo pacarmu nemenin kamu kerja?"

Hangyul kalah dibuatmu, "Yaudah, habisin gih martabaknya. Kalo bosen bilang ya, kita pergi keluar cari angin bentar."

Kamu ngangguk kecil, natap Hangyul yang mulai sibuk berkutat dengan laptop dan kertas-kertas bergantian.

Kamu ngerapiin rambut Hangyul yang lepek, "Harus banget ya kasusnya dilaporin besok pagi?"

Hangyul ngangguk pelan, masih fokus sama kegiatannya. "Iya, sayang. minimal 4 kasus harus dilaporin besok pagi. Dan rata-rata kasusnya berat semua."

"Aku bantuin ya? Aku emang gak sepinter kamu, tapi aku sedikit banyak tau cara mecahin kasus, aku juga pengen belajar banyak tentang kasus, Gyul. Biar pengalaman aku di FH juga banyak."

Hangyul langsung geleng pelan sambil natap kamu, "Kan kamu bilang tadi kesini cuma temenin aku, kan? Udah diem aja, kamu pasti kan juga capek abis nugas. Aku tau beratnya kuliah hukum gimana."

Ujung-ujungnya kamu ngepoutin bibir, "Yaudah deh."

Hangyul melihatmu, habis itu nyubit hidung kamu gemes, "Jangan lucu-lucu, dong. Akunya gak fokus kerja, nih."

"Apaan sih, Gyul. Gak usah alay deh."

"Beneran, loh. Kamu kalo lucu aku cium, mau?"

"Gak usah macam-macam ya. Sini aakk dulu." Kamu sembari nyuapin martabak ke Hangyul.

Hangyul juga nyuapin kamu balik, "Martabaknya beli di pak Malik? Ngapain kamu jauh-jauh kesana?"

"Bukan martabaknya Pak Malik. Itu yang di seberang gedung kamu. Kayanya baru dagang deh, soalnya sebelum-sebelumnya aku gak pernah liat ada jual martabak depan gedung ini."

"Oh gitu? Rasanya kok mirip banget sama martabaknya Pak Malik, ya?"

"Gak dong, Gyul. Masih lebih enak martabak punya Pak Malik. Lebih gurih terus isiannya lebih banyak. Terus ada ruko parfum yang baru buka-Oh, ini.."

Kamu ambil sesuatu dari tasmu, dua botol parfum yang masih dibungkus rapi.

"Aku tadi mampir ke ruko parfum yang juga baru buka tadi, terus tertarik sama dua parfum yang direkomendasikan sama penjualnya. Ternyata aromanya mirip sama wangimu." Kamu ambil tangan Hangyul, nyemprotin parfum itu ke pergelangan tangan Hangyul.

"Cium deh."

"Apanya? Bibir kamu?"

Kamu ngelotot langsung, "Hangyul ih, jangan bercanda. Ini kita masih di kantor ya."

Hangyul cuma ketawa pelan, habis itu nyium pergelangan tangannya, "Hmm, enak wanginya."

Kamu ngangguk setuju "Iya, kan? Wangi kamu banget, yang seger kayak wangi sabun mandi."

"Ngapain kamu beli-beli beginian buat aku, stok parfumku kan masih ada, sayang."

"Sesekali kan gak papa, Gyul."

"Thank u, honey." Hangyul mencium keningmu, turun ke mata, lalu ke hidung.

Hangyul menggenggam tanganmu, "Ini tahun keempat kan? Happy anniversary, honey. Maafin aku ya kalo aku belum bisa jadi orang yang sempurna buat kamu?"

"Gyul, aku tuh suka kamu apa adanya. Aku gak pernah nuntut kamu buat jadi orang yang sempurna. Cukup kita yang menyempurnakan hubungan ini."

Hangyul senyum hangat, senyum yang belum sama sekali hari ini dia buat di bibirnya.

"Aku cuma mau kamu tetep disisiku sampe takdir yang misahin kita. Ayo kita sama-sama sukses nanti, ya? Ayo sama-sama jadi pribadi yang lebih baik lagi.  Kita capai impian kita dan menyempurnakan hubungan ini sebagaimana yang kita inginkan. Tetep jadi duniaku yang indah ya, sayang?"

Air mata perlahan turun dari matamu, Hangyul mengikis jarak diantara kalian, terus dia nyium dan magut teratur bibir kamu.

Selang sampe kamu kehabisan nafas, kamu mukul dada dia supaya berhenti. Kamu ngambil tisu dan mengelap bibir dia yang ketauan banget abis ciuman, ada lipstik kamu nempel soalnya.

"Ngapain dihapus coba? Kan kita ngga lagi backstreet."

"Ya tetep aja kan nan-hmph."

Masih aja dia nyium bibir kamu.

x1 imagineWhere stories live. Discover now