0.2. cha jun ho

706 64 1
                                    

"Gak ketemu, Junho.. Eh?"

Kamu yang baru kelar cari buku fisika yang pengen dipelajari sama Junho pun kaget ngeliat Junho yang udah anteng aja tiduran di meja perpustakaan sekolah kalian.

Hari ini sekolah kalian tuh ada pentas seni, ngerayain hari ulang tahun sekolah. Karna di seluruh sekolah ramai dan cuacanya juga lumayan panas, kalian berniat ngadem di perpustakaan. Sebenernya kamu yang ngadem, Junho emang niatnya mau belajar.

Kamu senyam senyum sambil ngusak rambut dia, "Kebo aja masih ganteng,"

"Udahlah nikmati aja. Ciptaan Tuhan itu selalu indah, apalagi Cha Junho." Junho tiba-tiba bicara, tapi matanya masih terpejam.

"Kok bangun, sih?"

"Ya emang siapa yang lagi tidur?" Junho langsung menatapmu begitu matanya terbuka.

Begitu kamu mau narik tanganmu dari kepalanya, Junho malah nahan tanganmu, di bawanya lagi buat ngelus kepalanya.

"Lagi dong, cantik~"

Kamu senyum kecil, "Dasar manja." tapi kamu tetep ngelus kepala Junho.

Ketika kamu sadar kalo kalian lagi tatap-tatapan, kamu jadi salah tingkah dan mengalihkan pandangan, "Diluar udah waktunya dance cover, kamu gak mau nonton, Jun? Keliatannya seru, sih."

"Males, yang. Pengap banget diluar sana, udah gitu malah desak-desakan. Gak betah aku, yang."

"Tapi kalo kamu mau nonton, ya gak papa. Kita keluar gabung sama yang lain. Tapi jangan banyak ngeluh ya kalo kamu kepanasan." lanjut Junho sambil ikutan ngeliat situasi diluar sana.

"Gak, kok. Siapa juga yang mau nonton, lagian nanti kan bakal di upload di situs sekolah, aku bisa liat disitu aja."

"Yakin? Bukannya lebih seru ya kalo bisa liat langsung?" goda Junho sambil mengerlingkan matanya.

"Udah aku mau disini aja. Ngadem disini sama kamu."

"Bucin."

"Dih, ngatain bucin? Faktanya kamu yang lebih bucin, Junho."

"Aku gak bucin, ya. Aku cuma nunjukkin rasa sayangku ke kamu itu gimana. Jangan disalah artikan sebagai bucin, dong."

"Terserah kamu deh."

Junho tertawa kecil sambil menatap buku buku yang baru kamu ambil dari rak, "Buku yang aku bilang mana, sayang?"

"Gak ada."

"Gak ada? Bukunya?"

"Iya, aku udah nyari dari ujung ketemu ujung, gak dapet. Mungkin masih dipinjam sama anak-anak lain,"

"Dipinjam? Buku itu gak boleh dipinjam, sayang. Limited edition, makanya dijaga banget sama pengawas perpusnya. Tempatnya sih pasti selalu di awal rak khusus fisika, beneran gak ada?"

Kamu ngangguk ragu. Kamu terlalu malu buat jujur karna sebenernya kamu gak nyari dengan baik, soalnya baca judul-judul setiap buku fisika bikin otakmu pusing.

"Yaudah kalo gitu aku cari dulu." Junho bangun dari duduknya, tapi kamu tarik Junho supaya duduk lagi.

"Eh, kamu mau ngapain? Kan aku udah cariin setiap rak, tapi gak ada."

Junho natap kamu curiga, "Kalo gitu aku mau nanya ke pengawas perpusnya apa ada yang boleh minjam buku itu."

"Ih, Junho. Gak usah repot-repot gitu, lah. "

"Kok dibilang repot-repot? Itu bukunya limited edition loh, terjemahan luar negeri juga. Aku butuh banget buat olimpiade fisika ku nanti."

Junho nyolek-nyolek pipimu, "Jujur aja, kamu gak cari betul betul, kan?"

Kamu diem mikir, habis itu ngepoutin bibir waktu ngeliat Junho yang menatapmu intens, "Iya iya, aku bohong. Aku gak nyari betul-betul. Kan kamu tau sendiri aku anti fisika, malah disuruh cari buku fisika yang berjejer secara nyebelin itu."

"Tapi beneran gak ada, Junho. Aku udah mutar 4 kali di rak fisika, kamu bilang sampul bukunya tebal dan warnanya merah mencolok gitu. Ada beberapa yang mirip, tapi judulnya bukan yang kamu cari."

"Namanya juga nyarinya gak betul-betul."

"Ih kamu gak percaya sama aku?"

"Sekarang ayo ikuta aku, kita cari bareng-bareng. Kalo ketemu, kamu kena hukum."

"Gak mau, kamu kalo ngehukum suka ngga masuk akal. Ih Junho.." tanpa basa basi Junho langsung bawa kamu pergi ke bagian rak materi fisika.

Kamu yang udah terlanjur pasrah cuma bisa nyender di salah satu rak, merhatiin Junho yang telaten banget cariinnya.

Sewaktu Junho berhasil dapet buku yang dia mau, kamu makin cemberut ngeliatnya.

"Hayo, ini apa coba?" Junho girang sendiri sambil nunjukkin bukunya ke kamu.

"Itu warnanya bukan merah mencolok kali, merah bata. Kamu buta warna apa gimana, sih?"

"Lah kok jadi salahin aku?"

"Ya kalo kamu bilang warnanya lebih detail, pasti aku juga bisa ketemu. Harusnya kamu bilang ke aku warna buku yang kamu cari merah bata, bukan merah mencolok."

Junho tiba-tiba mengurungmu dengan kedua tangannya, "Tetep kamu yang salah karna gak cari betul betul."

"Junho, jangan terlalu dekat ih. Nanti diliat pengawas perpusnya, bisa bahaya." kamu berupaya dorong badan dia yang sebenernya justru gak ngaruh sama sekali.

"Kamu dapet hukuman."

"Iya, aku tau. Tapi gak usah begini posisinya, kita kan bisa bicara sambil jalan atau duduk di kursi tadi."

"Kamu siap emangnya mau dihukum?"

"Iya." Kamu memutar bola matamu malas.

"Kalo gitu coba kamu keliling sambil hi-five semua orang diluar sana. Gak ada yang boleh ketinggalan,"

"Yaudah." kamu berusaha lagi buat keluar dari Junho yang masih mengurungmu, "Lepas, aku mau keluar."

"Aku ganti hukumannya deh."

"Ganti apalagi?"

"I want a kiss. In ur lips."

Kamu melotot kaget, "No.."

"Why not? We can do it here. No one will see, just u and me."

Kamu semakin gak bisa berkata-kata, apalagi waktu Junho yang tanpa ijin pun mengecup bibirmu sekilas. Hanya sekilas.

"Junho.." ucapmu masih berusaha mengerti apa maunya Junho.

"Sweet. And i want one more." Begitulah kata terakhir Junho sebelum memagut bibirmu lembut di perpustakaan yang sepi kala itu.

x1 imagineWhere stories live. Discover now