12. Bangga Memiliki Sesuatu.

18 12 2
                                    

Aku mundur beberapa langkah, tubuhku bergetar, kedua kakiku lemas. Hampir jatuh jika Erlan tidak menopangku.

"Apa yang terjadi, Kayla?" Erlan memeluk dan mengusap punggungku. Berjalan pelahan mendekati kursi taman yang tidak jauh dari kursi tempat anak itu berada.

"Apa yang terjadi?" tanyanya, lagi.

Aku diem, mencuri pandang pada anak itu. Mungkinkah dia masih hidup atau benar-benar sudah tak bernyawa.

"Aku akan memeriksanya, kamu diam di sini dan jangan kemana-mana." Erlan meninggalkanku, dia berlari pada anak itu.

Entah apa yang dia lakukan, aku tidak bisa melihatnya dengan jelas karena semakin banyak orang mendekati kami. Lebih tepatnya, mereka—Erlan dan anak itu.

Suara orang berbicara, bertanya-tanya semakin menggema di telingaku. Pandanganku beralih menatap kedua telapak tangan berwarna merah dari darah anak itu. Suara teriakan penuh keputusasaan terdengar, berhasil membuat kepalaku berdenyut. Kedua tanganku beralih menutup telinga. Mataku terpejam, dengan bulir bening meluncur bebas.

"Pacar, kamu di mana? Aku butuh kamu, calon suamiku. Aku tidak sanggup membuka mata dan telinga. Aku tidak ingin melihat semuanya." Aku mengucapkannya berulang kali, aku tidak percaya dengan Erlan.

Kupikir dari awal pertemuan kami—pacar sekaligus calon suami. Dia membuatku nyaman juga aman, dia pula yang menjadi harapan untukku mengubah nasib. Namun, mengapa setelah aku mengetahui namanya, nasib sial seolah datang secara tiba-tiba.

"Hey, Kayla. Buka matamu, jangan takut, aku di sini. Aku, Erlan, Pacar sekaligus calon suamimu."

Mataku terbuka ketika mendengarnya berbicara berulang kali. Kini aku benar-benar melihatnya, dia—Erlan. Pacar sekaligus calon suami yang aku temui di malam itu. Tato bintang di punggung tangannya terlihat jelas saat dia menggenggam jari-jemariku.

"Erlan, Pacar sekaligus calon suamiku?

Dia mengangguk, mengiyakan.

Aku memeluknya erat, tidak ingin kehilangannya, takut dia pergi dan ketika kutemui sudah tak bernyawa seperti anak itu.

Di tengah rasa takut, aku bersyukur memilikinya, dia datang di saat yang tepat. Terima kasih Tuhan.

Kayla

12, November 2019

Kayla [Raws Festival 2019]Where stories live. Discover now