●sembilan●

667 101 24
                                    

"Mas, Adelina gak masuk kerja hari ini. Kecelakaan."

"Adelina siapa?"

"Adel, Mas. Ealah sama temen sendiri lupa."

Kedua mata Attala langsung terbelalak setelah mendengarnya. "hah, Adel? Kecelakaan gimana?"

"belum tau, posisinya masih di UGD. Tadi saya ditelepon perawat kayaknya. Sekarang baru mau ke rumah sakit."

"saya boleh ikut gak?"

Sudah lebih dari satu tahun kala Attala memilih untuk ikut ke rumah sakit bersama rekannya juga yang bernama Aldo. Semua terjadi di Palembang sewaktu ia ditugaskan disana. Bak lembaran dalam sebuah buku yang tersibak angin, berganti dengan cepat sambil memutar segala memori yang ada didalamnya.

Disanalah semuanya dimulai..

Putri Dewi Adelina, seorang wanita berusia dua puluh tujuh tahun yang waktu itu terlibat sebuah masalah internal dengan mantan kekasihnya. Cintanya dikhianati secara terang-terangan melalui sebuah perselingkuhan yang sudah cukup lama berjalan dibelakangnya selama ini.

Sedikit banyaknya semua itu terjadi dalam waktu singkat. Sakit hati Adel memuncak, membuatnya jadi melampiaskan amarahnya itu pada hal-hal lain yang ada disekitarnya. Bahkan ia nekat menyetir mobil dengan kecepatan yang luar biasa sampai tergelincir dan sempat kehilangan kendali hingga berakhir menghantam tembok sebuah ruko dipersimpangan jalan.

Sebagai teman kerja sekaligus salah satu orang yang cukup dekat dengan Adel, Attala jelas prihatin dengan keadaan perempuan itu. Attala pula yang selama ini bolak-balik rumah sakit dan berperan sebagai pengganti keluarga untuknya. Hingga lambat laun kondisi Adel mulai pulih dan akhirnya diperbolehkan untuk beristirahat di rumah.

Semua keluh kesah cewek itu, serta kisah menyakitkan yang juga sedang dialaminya—Attala lah yang paling paham. Sampai suatu ketika, Adel ditemukan di rumah kosnya dalam keadaan setengah sadar dengan empat botol minuman beralkohol tergeletak disana.

Panik, Attala yang datang dengan tujuan mengantar berkas pekerjaan langsung membangunkan rekannya itu. Menepuk pipi atau mengguncang bahunya cukup keras, demi menyadarkan kembali Adel pada dunia nyata. Saat itu yang ada dibenak Attala hanya menolongnya, tak ada lagi. Takut juga kalau sampai Adel sampai tewas karena mendapat stresor yang begitu hebat.

Mendapati Adel masih bernyawa, Attala kemudian mencari cara lain untuk membuatnya semakin sadar. Hingga lima belas menit kemudian, barulah Adel dapat diajak bicara meski masih kesulitan karena memang sedang mabuk.

Apa sebegitu terpuruknya jika cinta seseorang disia-siakan, batin Attala kala itu.

"siapa yang beli minuman kayak gini sampe empat botol, Del?"

Attala bertanya sambil membereskan bekas-bekas botol yang dimaksud kemudian melihat Adel sekilas. Cewek itu terlihat masih berusaha untuk sadar sambil sesekali memijat keningnya yang terasa pusing.

Selesai dengan pekerjaannya, Attala kemudian memilih duduk pada kursi lain didepan Adel. Kemudian menyodorkan sebuah aromaterapi sebagai solusi penghilang sakit kepala karena hanya itu yang ada disana.

Bukannya menjawab atau menerima, Adel malah terdiam. Tak lama setelahnya ia mulai menunduk dengan isakan tertahan.

"kenapa saya harus ngerasain kayak gini sih? Saya pacaran sama dia itu hampir lima tahun, kita kenal sejak kecil, tapi semudah itu dia ngerusak semuanya?" oceh Adel frustasi.

Sementara Attala hanya bisa menyimak dan menemani.

"kamu sejak kapan disini, Aldo?" tanya Adel.

✔ Before We Done;Spin off Attala // NCT TaeyongOnde histórias criam vida. Descubra agora