●tiga belas●

605 89 2
                                    

"gimana bisa proyek ini gagal? Kalian tau berapa banyak biaya yang udah perusahaan keluarkan supaya kita bisa kerja sama dengan Audi Jerman?"

Semua karyawan yang sedang dibentak habis-habisan hanya bisa menundukkan kepala dalam-dalam. Hubungan baik yang selama ini dibangun untuk menjalin kerja sama dua negara itu gagal karena suatu hal.

Pintu ruangan terbuka, membuat semua yang ada disana perlahan mendongakkan kepala untuk melihat siapa yang datang. Attala baru saja tiba hampir empat puluh menit lewat dari jam kerja yang sudah ditentukan. Dadanya naik turun, terlihat jelas habis berlari. Lift yang biasa digunakan untuk naik ke lantai atas lumayan antri, sehingga membuatnya tak sabar dan memilih menaiki tangga darurat untuk sampai disini.

Ia memperhatikan satu persatu anak buahnya dengan mata membulat. Bersamaan dengan itu seorang direktur utama langsung menghela nafas kesal. Bahkan sampai memejamkan mata untuk meredam emosinya sendiri.

"kalian keluar, saya mau bicara sama Attala."

Mereka menurut, satu persatu melewati pintu sambil melirik Attala. Seolah-olah memberi isyarat bahwa direktur sedang mengamuk, dan siapapun yang masuk ke ruangan ini pasti tidak akan keluar dalam keadaan baik-baik saja.

Setelah semuanya pergi, Attala menutup kembali pintu lalu menghampiri meja direktur dan berdiri dihadapannya.

"selamat pagi pak, maaf saya terlambat. Tadi ada kecelakaan dijalan dan saya harus nolongin dulu." ucap Attala memberi alasan mengapa dirinya terlambat.

Direktur menatapnya santai, namun tetap terlihat tajam. "kecelakaan mobil?"

"iya, pak."

"ada korban?"

"semoga saja tidak. Saya sudah berusaha panggil ambulan secepat mungkin, dan korbannya sudah dibawa ke rumah sakit."

Attala melihat atasannya itu mengangguk beberapa kali sambil memainkan pulpen diatas meja. Kemudian keduanya kembali bertukar tatap.

"anda tau kenapa anak buah anda saya panggil semua tadi?"

Sejenak Attala terdiam sebelum akhirnya mengangguk. "tau, pak." jawabnya.

"dan anda masih bisa pake alasan terlambat karena menolong orang kecelakaan?" tanya direktur tajam, "logis alasan itu ya?"

Cowok itu menarik nafas tak kentara, mulai tersulut emosi mendengarnya. Tapi sebisa mungkin ia tahan karena bagaimanapun juga posisi direktur ada diatasnya.

"logis, pak. Mereka butuh pertolongan—"

"ya, memang logis. Saya juga gak ngebantah. Yang gak logis adalah disaat ada pertemuan penting dan seorang pemegang tanggung jawab utama selalu datang terlambat. Anda pikir membangun hubungan antar perusahaan itu gampang ya sampai bisa seenaknya begini?"

Attala menunduk dan urung membalas perkataan direktur karena baginya akan sia-sia.

"lagi ada masalah?" tanya direktur lagi, "seberapa dewasa usia anda sekarang untuk bisa menyikapi suatu masalah, dan tidak membawanya pada urusan kantor. Saya gak peduli ya Attala, mau punya masalah seperti apa dan dengan siapa, setiap kali anda berada disini, artinya tanggung jawab anda sudah berbeda. Tolong untuk bersikap profesional."

"maaf, pak."

"anda tau kenapa perusahaan Jerman menolak kerja sama dengan kita?" ia terdiam sesaat, "karena pemimpinnya saja tidak disiplin dan nama anda yang paling pertama mereka ingat."

Hening, Attala hanya bisa terdiam mendengarkan. Seolah menerima semua amarah yang diluapkan kepadanya itu dengan lapang dada.

"baru jadi manajer sudah banyak gaya. Kecewa pasti yang dulu mengangkat anda jadi manajer. Tidak bisa dipercaya."

✔ Before We Done;Spin off Attala // NCT TaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang