●empat belas●

623 94 1
                                    

Pukul lima lewat Adel terbangun dari tidur malamnya yang nyenyak. Ia menoleh perlahan sambil menyentuh tangan Attala yang masih mendekapnya erat. Suhu tubuh laki-laki itu mulai meninggi, disertai dengan bibir pucat yang bergetar menahan dinginnya temperatur ruangan.

Khawatir—Adel langsung mengambil posisi duduk dan menyelimuti suaminya hingga sebatas leher. Kemudian ia beranjak keluar kamar untuk menyiapkan kompres. Pasti akibat hujan-hujanan semalam, jadilah demam hari ini.

Tak perlu waktu lama untuk Adel kembali. Dengan penuh hati-hati ia merawat suaminya itu dengan cara paling sederhana sesuai dengan apa yang diketahui. Tak lupa juga mematikan pendingin ruangan agar lebih nyaman.

"aw.."

Perlahan Attala membuka mata ketika sapu tangan kecil yang direndam air dingin menempel di dahinya. Terlalu dingin atau respon tubuhnya yang memang sedang sensitif. Ia terlihat menggigil hebat.

"kamu pasti demam gara-gara hujan semalem. Hari ini gak usah masuk kerja dulu ya? Kita ke dokter aja." tutur Adel penuh perhatian.

Sambil menyingkirkan benda dingin dari keningnya, Attala menggeleng. "ini dingin banget loh airnya."

"supaya panasnya reda jadi dikompres dulu. Kenapa dilepas?"

"aku bukan anak kecil, Adel. Nanti juga turun sendiri panasnya." balas cowok itu yang kemudian beranjak dari tempat tidur dan menuju kamar mandi.

Karena mendapati sang suami dalam keadaan sakit, Adel pun kembali berusaha untuk terus mendampingi. Ia menghampiri Attala yang sekarang tengah mengeluarkan isi perutnya sambil sesekali mengusap punggung cowok itu.

Pagi buta sudah muntah-muntah, mana mungkin bisa bekerja seharian nanti.

"mau ke dokter sekarang?"

"jam berapa ini?"

"jam lima lewat."

"terlalu pagi, Del."

"ada klinik yang buka 24 jam kok. Kamu pake jaket ya? Aku ambilin sebentar."

Dengan cepat Attala menahan pergelangan tangan istrinya itu. "aku gak apa-apa, lagian juga hari ini aku mau dateng lebih pagi. Ada keperluan yang harus diselesaikan. Gak akan cukup waktunya kalo mesti berobat dulu." tolaknya panjang lebar.

"kamu yang bener aja lagi kayak gini mau masuk kantor, izin satu hari gak masalah kan?" balas Adel dengan nada yang jelas-jelas keberatan kalau suaminya itu tetap memilih bekerja hari ini.

"gak perlu izin segala." timpalnya sembari melangkah keluar kamar mandi.

Adel yang melihat itu langsung menghela nafas panjang, "kamu butuh istirahat, jangan maksain kerja dulu. Sepenting apa sih pekerjaan kamu sampe gak peduliin kesehatan sendiri?"

Sontak cowok itu kembali memutar tubuh. Ditatapnya Adel dengan alis menyatu. "emangnya kamu mau tanggung jawab kalo ada apa-apa sama perusahaan? Aku gak minta kamu buat bertindak sejauh ini, Adel. Semua perhatian yang kamu kasih cuma bikin aku ngerasa semakin berat."

"maksud kamu?" Adel ikut mengerutkan kening, "aku gak paham deh sama kamu, Ta." ia mendengus dengan senyum pahit.

Sementara itu Attala tak ingin membahasnya. Ia langsung menyibukkan diri dengan hal lain. Membiarkan Adel berdiri ditempat sambil memijat keningnya yang mendadak terasa pusing karena ucapan singkat sang suami barusan. Terlalu dini jika mengawali pagi dengan keributan.

Sekali lagi ia menghela nafas sebal, kemudian melangkah keluar untuk mempersiapkan sarapan. Tidak peduli sekuat apapun ia berbicara, Attala tidak akan pernah mendengarkan sarannya. Bahkan untuk berobat ke dokter saja perlu adegan tarik urat segala.

✔ Before We Done;Spin off Attala // NCT TaeyongWhere stories live. Discover now