0.2

5.5K 779 143
                                    

"M-mas, licin..."

Felix mengeluh sembari berusaha menaikkan tubuh kecilnya di gendongan Hyunjin kembali. Sepasang tangan kecil itu melingkari leher lembab sang kakak erat sementara kaki-kaki kecilnya peluk pinggang lebar Hyunjin.

Yang lebih muda kesusahan untuk mempertahankan posisinya karena tubuh telanjang yang sekarang ia gelayuti dan badannya sendiri sepenuhnya basah oleh bulir bening hangat sisa mandi tadi. Cowok manis itu berulang kali harus bergerak resah memanjati Hyunjin karena merosot terus menerus.

Sementara yang lebih tua sibuk cari baju seragam Felix di lemari. Sebelah tangannya peluk punggung sang adik sementara tangannya yang bebas menyisir puluhan baju dalam hanger yang saling berhimpitan membuat pening. Tubuhnya akan benar-benar polos apabila sehelai handuk hitam gambar Kumamon tidak membebat pinggangnya.

"Sebentar, Fel. Mas cari seragammu dulu." Hyunjin berkata tanpa mengalihkan pandang dari baju-baju beraroma bedak bayi di hadapannya. "Ini hari Rabu, berarti batik ya?"

"Iya. Batik yang warna hijau." Felix berkata lirih sembari menempelkan pipinya pada permukaan kulit bahu Hyunjin. Tubuh kurus yang dibalut bathrope ungu muda itu dekap erat dada Hyunjin agar tidak jatuh.

"Mas, ayo cepet. Udah jam setengah tujuh."

"Tunggu, tunggu. Belum ketemu, Fel." Hyunjin mengernyitkan dahi kebingungan. "Kamu udah masukin mesin cuci, kan?"

"Sudah, kok. Sudah disetrika Bunda juga."

"Oiya ada." Hyunjin menarik keluar satu hanger dengan satu set kemeja hijau dan celana putih dari dalam lemari. Yang lebih tua cepat-cepat mengayunkan tungkai ke kamar sang adik, berkejaran dengan waktu karena waktu yang sudah menujukkan pukul enam lebih tiga puluh lima menit.

Salahkan saja Hyunjin yang menghabiskan waktu di kamar mandi untuk menciumi punggung Felix selama hampir setengah jam.

Salahkan juga wangi minyak telon alami yang tubuh Felix kuarkan dan membuat sang kakak tidak bisa menahan diri untuk tidak mencumbu sekujur tubuhnya.

Tubuh ringan Felix didudukkan di kasur. Hyunjin terlebih dahulu menyodorkan satu tangkup roti isi yang ia sambar dari meja makan sebagai sarapan Felix sebelum berjongkok di depan yang lebih muda. Tangannya dengan gesit mulai memakaikan kemeja hijau itu ke badan ringkih adik laki-lakinya.

"Mas, nanti yang jemput aku siapa?"

Felix bertanya sambil mengunyah roti di genggamannya sementara Hyunjin mulai mengancingkan kemejanya. Cowok berambut blonde lembab acak-acakan itu tatap polos Hyunjin yang fokus pada pakaiannya.

"Pulang jam berapa?"

"Jam setengah dua."

"Mas ke sekolah kamu jam satu."

"Loh?" Felix gigit ujung rotinya. "Kecepetan, Mas. Aku pulang jam setengah dua."

"Perjalanannya lama, sayang. Biar kamu gausa nunggu."

"Perjalanan sini ke sana kan cuma lima menit, Mas."

"Gapapa, Fel, sekalian Mas mau liat sekolahmu." Tangan Hyunjin bergerak mengambil satu botol parfum aroma melon segar dari nakas kamar Felix sebelum menyemprotkatnya pada sekujur tubuh adiknya.

"Mas Hyunjin kuker banget. Kalau aku sih mending main ML."

Felix berkomentar sembari jilat selai coklat di sela roti. Kaki-kaki kecilnya yang berbalut celana putih digoyangkan riang. Hyunjin beranjak sebentar, ambil sepasang sepatu milik adiknya di rak sudut kamar.

"Mas Hyunjin gasuka permainan kaya gitu, Fel. Mas Hyunjin tim PUBG."

"Wah, kalau kaya gitu kita oposisi."

Hyunjin terkekeh. Tangan-tangan kekarnya yang sehari-hari berkutat dengan setumpuk diktat tebal itu bergerak memakaikan sepatu ke telapak kaki adiknya. "Oposisi apa, tho, Fel. Kaya partai politik aja. Kamu kebanyakan ikut Ayah nonton berita."

"Biarin. Aku mau jadi presiden."

"Beneran? Mas Hyunjin mau dijadiin apa kalau beneran terjadi?"

"Mas Hyunjin?" Felix berkedip beberapa kali. Kelereng beningnya tatap ubun-ubun kakak laki-lakinya yang tengah berjongkok di lantai, membentuk tali sepatunya menjadi simpul rapi.

"Mas Hyunjin... ehm.... Mas Hyunjin pengen dijadiin apa emangnya?"

"Jadi kepala rumah tangga kita berdua aja boleh, Fel?"

Jemari Hyunjin terulur, cubit gemas hidung Felix yang ditaburi meises alami kelabu. Yang dicubit berkedip beberapa kali, tidak paham apa yang barusan dituturkan kakaknya. Dahinya mengerut, bibir terbuka setengah dan kepala dimiringkan.

"Maksudnya? Aku gapaham."

"Gausah dipikirin. Ayo berangkat. Bunda udah nunggu di bawah."

Hyunjin ambil tas punggung Felix yang semalam sudah ia isi buku buku pelajaran si blonde hari ini. Ia memasangkannya pada punggung sang adik hati-hati. "Sekolah yang bener, sayang. Kalau mau jadi presiden harus cerdas. Ya?"

"Iyaaa. Aku berangkat dulu."

Felix berdiri dari sisi ranjang. Tangan kecilnya genggam telapak lebar Hyunjin, menariknya kuat. Hyunjin terkekeh sebelum membungkuk, membiarkan Felix kecup singkat pipinya.

"Dadah, Mas."

anyway,

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

anyway,

mind to leave a vote or some comments? (❁'◡'❁)

Broshit [HyunLix]Where stories live. Discover now