0.6

5.2K 687 106
                                    

Hyunjin memejamkan kedua matanya, membiarkan bulu matanya menyapu kulit wajahnya. Ia membiarkan kepalanya tergeletak pasrah di atas meja, di atas tumpukan buku tulis terbuka yang penuh dengan coretan rumus maupun hitungan rumit dan alat tulis yang tersebar tidak tentu arah. Earphone menyumpal lubang telinganya, mendengungkan lagu klasik Barat yang Hyunjin tata dalam playlist -nya.

Lelah. Hyunjin berniat untuk sekedar terlelap barang sepuluh menit saat merasakan kabel earphone -nya ditarik pelan dua kali. Ia mengerjap beberapa kali sebelum menoleh.

Ada Felix di sisi meja belajarnya. Berdiri mengacungkan buku paket yang terbuka. Halamannya ditandai di beberapa nomor dengan tulisan 'PR' full huruf kapital di atasnya. Hyunjin meliriknya sekilas, mencoba melihat beberapa soal sebelum beralih pada adiknya.

"Pitagoras?"

"Huum." Felix mengangguk dua kali. "Mas bisa ajarin aku? Besok aku ulangan sama ada PR."

"Bisa, kok. Kakak masih inget pelajarannya." Hyunjin menyanggupi. "Tapi kenapa kamu bawa kutek segala?"

Satu botol kecil penuh cairan ungu cerah dengan glitter berkilauan yang digenggam jemari mungil itu dituding Hyunjin. Empunya cengengesan sembari menggaruk tengkuk.

"Mas jadi model aku ya? Ini bisa dicuci, kok."

Hyunjin tertawa. "Kamu dapet darimana?"

"Aku colong dari kamar Bunda."

Hidung Felix dicubit pelan. Felix mengaduh sambil berusaha melepaskan diri. "Udah berani bandel ya kamu sekarang. Udah gitu mau jadiin Mas kelinci percobaan?"

"Bisa dicuci kok!" Felix memajukan bibir bawah. "Mau ya, Mas? Sekali doang deh, janji."

"Kamu ngejadiin pitagoras sebagai kedok buat ngutekin Mas?" Hyunjin geleng-geleng kepala sembari mengacak surai halus terang berponi nyaris sentuh garis alis milik adiknya. "Bilang aja dari awal, Fel."

"Beneran mau minta ajarin, kok!" Felix menggeleng ribut, menyangkal. "Udah diajarin beberapa kali, tapi Jisung ajak aku buat baca komik terus. Makanya gaada yang masuk ke otak."

"Lain kali jangan nurut dong," Hyunjin menegur.

"Jisung jelmaan setan, Mas. Bujukannya dia selalu manjur."

"Yaudah kamu pindah tempat duduk aja."

"Mas!"

"Iya, iya. Bercanda, kok."

Hyunjin terkekeh, menggerakkan jemari panjangnya untuk merapikan rambut Felix yang semula ia acak. Ia tahu dengan jelas bahwa adiknya memang gampang diatur dan selalu menuruti segala pintanya, namun Jisung adalah pengecualian. Felix lebih memilih memusuhi kakaknya sendiri daripada menjauhi cowok jelmaan tupai mungil itu. Mereka sudah terlalu dekat -terlalu terlambat bagi Hyunjin untuk memisahkan mereka.

Hubungan yang terbentuk antara Jisung dan Felix terlalu kuat, terkadang bisa membuat Hyunjin sedikit-

-terganggu.

"Sini."

Tubuh mungil Felix diangkat dengan dua tangan dan didudukkan di atas pangkuan si cowok bersurai kelam. Felix hanya diam di atas paha Hyunjin, mengamati bagaimana Hyunjin menggunakan sepasang lengannya untuk membenahi meja yang berantakan, membuatnya kosong dalam beberapa saat saja. Setelahnya, bocah itu menaruh bukunya sendiri di atas meja belajar.

"Yang ini." Satu soal ditunjuk. "Gimana caranya, Mas?"

Alis Hyunjin saling terpaut. "Ini yang paling dasar, loh, Fel."

Broshit [HyunLix]Where stories live. Discover now