0.8

4.6K 593 108
                                    

Dufan terlihat sarat pengunjung hari ini.

Walau tidak sepadat dan seramai sewaktu Felix mengunjunginya beberapa tahun silam - saat dirinya masih menduduki bangku kelas enam sekolah dasar, kalau tidak salah ingat. Felix pernah mendatanginya bersama Hyunjin yang masih SMA kelas dua dan Bunda yang senantiasa mengenggam jemari mungilnya. Bocah itu berlarian kesana kemari, bertekad pada diri sendiri untuk menyambangi setiap permainan di objek wisata kesukaan semua lapisan masyarakat Indonesia itu.

Hanya bertiga saja.

Ayah menolak ketika ditawari 'apakah ingin ikut atau tidak?', melambaikan tangan sembari tersenyum tipis pada si bungsu yang cemberut tidak senang sesaat setelah mendapat jawabnya. Pria paruh baya dengan ketampanan masa muda itu sedari pagi berkutat dengan laptop mahalnya dan kertas-kertas berisi grafik yang tidak Felix pahami sama sekali, bahkan Bunda harus menyeretnya terlebih dahulu agar Ayah mau makan. Terlihat amat sibuk, mungkin ada sesuatu yang melenceng dari yang seharusnya pada perusahaan tempatnya mengabdi beberapa tahun belakangan.

Saat itu Felix sudah berusaha sekuat tenaga untuk membujuk Ayah agar ikut menemani mereka bertiga, bermain bersama di tengah libur semesteran yang seharusnya hangat namun sedikit timpang karena si kepala keluarga yang tidak bisa lepas dari tetek bengek pekerjaan. Si kecil yang tahun berikutnya baru menginjak bangku SMP itu bahkan hampir menangis saat tidak mendapat respon yang memuaskan dari ayahandanya.

Pada akhirnya, Felix harus puas untuk pergi ke Dunia Fantasi bersama kakak dan ibunya saja.

Dan sekarang, Felix harus puas untuk pergi ke Dunia Fantasi tanpa keluarganya, seorangpun - karena tentu, ia tidak diperbolehkan mengajak mereka dalam study tour sekolah.

Felix berkedip beberapa kali. Manik cerah itu menekuri sekitarnya, berusaha memindai keadaan lalu lalang manusia di sekelilingnya. Sesekali, bibirnya akan terbuka, menyambut satu sedotan yang terhubung dengan kotak susu cokelat.

Ramai.

Terhitung padat karena ini belum memasuki musim libur atau masih terhitung hari kerja. Felix bisa melihat beberapa anak kecil - mungkin masih SD atau TK - berlarian antusias mengitari wilayah Dufan, menarik tangan orang tua masing-masing dengan tidak sabaran. Teman-teman sekolahnya sudah berpencar menurut kelompok masing-masing, mencari wahana yang menarik perhatian dan masuk ke dalam antrian.

Beberapa guru nampak ikut berkeliling, memantau keadaan sembari memperhatikan anak didiknya yang menyebar ke seluruh penjuru Dufan.

Sementara Felix berdiri, menyedot susunya sembari celingukan. Jisung di sebelahnya juga turut celingukan, mengunyah Chitato dengan gigi tupainya dengan kamera dikalungkan di leher. Dua bocah itu melangkah perlahan, mengelilingi tempat itu tanpa tujuan.

"Felix."

"Hum?"

"Lihat deh." Jisung cengengesan, menuding satu titik dengan dagunya. "Ganteng ngga?"

Yang lebih pendek mengernyitkan dahi. Menatap lurus pada objek yang dimaksud Jisung, berusaha menelitinya dengan retina. Itu Jaemin, anak kelas sebelah. Sedang muntah-muntah sehabis naik rollercoaster.

"Hah?" Felix menatap Jisung dengan hidung mengerut. "Yang muntah?"

"Bukan! Itu mah si Jaemin." Jisung mendengus, kesal. "Yang lagi ngurut lehernya Jaemin biar muntahnya keluar semua."

Si blonde berpindah atensi. Menyorot cowok tinggi bersurai kelam - sejenak mengingatkan Felix pada kakaknya - yang berdiri di belakang Jaemin, memijat perlahan tengkuk cowok itu sembari menggerutu perlahan.

"Oh itu." Felix mengangguk perlahan. "Minho, kan?"

"Iya. Hehe." Si tupai cekikikan, menggigit keripik kentangnya malu-malu. "Ganteng, kan?"

Broshit [HyunLix]Where stories live. Discover now