0.9

6.4K 664 331
                                    

Celah bibir tipis itu merekah, empunya menguap lebar suarakan kantuk dan letihnya.

Felix berkedip beberapa kali dengan netra cerah yang dirambati garis-garis samar sewarna darah mengundang ngilu -dipengaruhi faktor bahwa bocah blonde itu sudah sukses terlelap di dalam bus ketika tiba-tiba saja Jisung menggoyang pelan bahunya dan mengatakan bahwa mereka hampir tiba di sekolah. Si bungsu Lee menjilat bibir bawahnya sendiri yang mengering karena terlampau sering terpapar udara dingin AC, mengedarkan pandang sembari mengucek kelopak matanya sendiri.

Teman-teman satu busnya tengah sibuk berseliweran, mengemasi barang ataupun jajan milik masing-masing yang tersebar di lantai maupun di lemari kecil pada bagian atap bus. Suasana terasa ramai, didominasi satu pertanyaan yang sejenis dengan 'liat chitatoku, ngga?' atau 'liat tas selempangku, ngga?' dari mulut para murid yang setengah linglung karena dipaksa bangun dari tidur mereka. Bus masih berjalan, dan ketika Felix menyibak gorden di samping kursinya, ia pun menyadari bahwa mereka sudah memasuki area kota kelahirannya. Waktu di jam tangan Felix juga sudah menunjukkan pukul 4 pagi.

Seingat Felix, sebelum maniknya memejam, mereka baru sampai di tol dekat kota Bandung.

Mereka sudah kembali dari study tour. Liburan singkat tiga hari bersama teman-teman sudah berakhir.

"Fel, kamu lihat Taro aku ngga?" Jisung yang duduk di sebelahnya bergerak resah, sembrawutan mengobrak-abrik bagian bawah kursinya yang penuh plastik sampah jajan. "Masih sisa banyak, aku baru makan sedikit. Sayang."

"Euhm?" Felix yang sibuk bereskan botol minum dan susu kemasannya yang ia beli di Dufan tadi siang menoleh. Ia berkedip beberapa kali. "Taro?"

"Huum." Jisung mengeluh. "Dimana ya?"

Yang lebih pendek memutar leher, menatap sekeliling pada lorong bis yang terang benderang - berbanding terbalik dengan keadaan beberapa jam yang lalu, dimana lampu bis dimatikan total hingga nyaris tidak ada pencahayaan selain dari sinar bulan di luar jendela - dan teman-teman sekelasnya yang melintas kesana kesini walau beberapa masih terlelap di bangku tidak terganggu dengan keributan di sekitarnya. Si bocah blonde berkedip beberapa kali sebelum tarik dua kali jaket kawannya.

"Ji, ji."

"Hum?" Jisung yang sibuk obrak-abrik tas punggungnya menoleh saat si bocah berambut blonde tarik dua kali jaket abu-abunya. "Kenapa, Fel?"

"Taro kamu-" Felix mengulurkan jari telunjuknya, tuding tempat sampah di tengah lorong bus yang terlihat penuh, "-kebuang."

"Hah?!" Si tupai mungil terkejut, menggerakkan leher menuju arah yang ditunjuk kawan sebangkunya. Menatap nanar pada bungkus chikinya yang teronggok pasrah di dalam tumpukan sampah.

"Siapa orang jahat yang berani buang Taro aku?"

Felix menguap lebar, beranjak dari tempatnya duduk untuk menghampiri lemari kecil di atap bus. "Relain aja. Nanti minta beli lagi sama Mama. Barang kamu udah dikemas semua? Sekolah udah deket, kita turun sebentar lagi."

Si blonde sedikit berjinjit, menumpu berat tubuhnya dengan jemari kaki. Kedua tangannya terulur ke atas, meraba-raba di sana coba temukan tas punggungnya dari sana. Ia mengernyit saat tidak kunjung mendapat jawab dari sahabatnya.

"Ji?"

Masih tidak ada jawaban.

"Jisung."

Tidak ada satu sahutan.

Felix menghela nafas. Secara otomatis, lehernya bergerak memutar pandang menuju satu titik.

Ada Jisung di sana. Di dekat tempat sampah. Dengan diam-diam meraih bungkus Taronya kembali dari sana, berusaha mati-matian agar tidak ada orang yang menyadari pergerakannya. Setelah dapat, chiki itu dipeluk erat di depan dada.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 16, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Broshit [HyunLix]Where stories live. Discover now