Eleven; Memory and Melody

1.2K 141 21
                                    

Eleven; Memory and Melody

"hei, kau benar benar tidak mengingatku?" ucap pria hazel dengan khawatir untuk yang ke sekian kalinya--yang sendari tadi juga menungguku di samping tempat tidur tempatku berbaring.

Setelah kejadian itu, aku sama sekali tidak mengingat apapun kecuali tujuanku bersama seseorang yang bahkan tidak bisa kuingat pula namanya.

"tidak" ucapku datar tanpa membalas tatapannya.

"hidoi..." sahutnya sambil menangis lebay dan tetap meyakinkanku apakah aku masih mengingatnya. Ia bercerita tentang masa lalu ku, katanya aku pernah berkeinginan untuk menjadi seorang dokter dan menyelamatkan banyak orang. Pemikiran kekanak kanakan macam apa yang ia perbuat, huh?

Aku bisa merasakan kebohongan dari mulutnya, pikirku.

Tapi tidak kuungkapkan begitu saja pada manusia yang terbalut perban dari bawah kaki hingga leher seperti mumi itu, yang kulakukan hanyalah memutar kedua bola mataku dengan bosan dan akhirnya membuang tatapanku ke sisi ruangan lain.

Ah, aku belum bertanya dimana aku sekarang kan?

"ngomong ngomong... Kenapa aku bisa disini?" tanyaku polos

"soal itu, bisa kita bahas nanti? Aku sedang sibuk berbicara dengan teman lamaku yang sudah sangat lama tidak bertemu"

"maksudmu, aku?"

Dan ia mengangguk cepat dan setelah beberapa menit kita terhening, akhirnya aku mulai berani membuka pembicaraan kembali. Entah kenapa aku tidak mau mendengar omong kosongnya dan leluconnya karena otak ku belum mampu menerima semua itu, kepalaku masih setengah sadar dan setengah pusing.

"sebenarnya, aku siapa?" tanyaku pelan dan hampir tidak terdengar olehnya.

"hmm... Kau itu satu satunya perempuan yang bisa membuat seorang pria jatuh dalam dekapan dan tidak bisa keluar. Aku merasa kasihan pada pria itu karena posisi nya sekarang sama seperti burung yang terjebak dalam sangkarnya. Namun kiasan itu nampaknya sangat berbeda. Pria itu selalu tersenyum walau dalam sangkarnya, walau tidak bisa keluar selamanya asalkan kau, perempuan itu tidak meninggalkannya"

"siapa nama pria itu?"

"tidak seru kalau aku ungkap sekarang~! Yang terpenting kau harus banyak istirahat. Kurasa perjalanan panjang sudah kau tempuh dengan baik dan atasanmu pasti setuju"

Akupun kembali bingung akan pernyataannya yang dari tadi tidak bisa kumengerti. Hampir semua kata katanya sangatlah hiperbola ataupun menggunakan kiasan.

Jadi yah... Aku tidak paham ia bicara apa dari tadi.

"jadi, maksudnya aku sekarang sedang bekerja pada seseorang?" tanyaku.

"hahh~ sudah kubilang istirahat, jangan banyak berpikir. Urusan itu akan kuurus pada atasanmu jadi kau santai dan istirahat saja, mengerti?"

Aku mengangguk paham, setelah itu ia beranjak dari kursinya dan pergi keluar.

...

Rasa bosan melandaku sendiri diruangan serba putih disini. Diluar masih turun salju, sedangkan didalam sini masih hangat seperti biasa. Aku memandangi ruangan ini sekeliling dengan kedua mataku dan tidak ada apapun yang bisa menarik pandanganku sampai aku melihat ke sebuah gitar yang tergeletak berdiri di ujung ruangan.

Entah kenapa aku seperti terpanggil untuk menghampiri gitar itu dan memainkannya walau aku sepertinya tidak bisa memainkannya.

Aku duduk di ujung ruangan tempat gitar itu tergeletak dan mulai memetik senarnya secara asal.

"percuma yah.., ini sama sekali tidak membantuku untuk mengingat apapun" gumanku pesimis menghadapi keadaanku yang tidak karuan ini.

Tapi di sisi lain, aku masih ingin mengingat kembali kenangan manis sebelum tadi malam. Benar sekali, hal yang kuingat hanyalah kejadian semalam dimana aku terjerat pada kemampuanku sendiri, kemampuan yang tidak kuduga dan akhirnya aku dapati diriku di dalam ruangan hotel yang berbeda dengan tadi malam.

Aku benci mengakuinya, tapi aku terbangun dengan pria mumi itu di sampingku.

...

"oh~ belajar menggunakan gitar?" tanya tiba tiba pria hazel itu ketika ia masuk mendadak, dan aku hanya mengangguk singkat kemudian aku kembali bertanya

"kau bisa memainkannya?" dan pria itu menggeleng

"...kalau begitu boleh aku keluar? Disini sangat sesak" sambungku dan pria itu malah menggeleng kuat dan mencengkram kedua pundak ku dengan kedua tangannya yang terbalut perban dengan kuat namun tidak kasar.

Ia menatapku lekat lekat dengan dekat, sontak aku menutup kedua mataku.

"dunia luar sangat berbahaya" ucapnya dengan matanya yang serius dan menatapku tajam, kemudian ia memberi ruang padaku untuk bernafas lebih leluasa dan berdiri meninggalkanku yang masih duduk di ujung ruangan dengan gitar yang berada di sebelahku.

Dunia luar berbahaya?

Aku sepertinya sering mendengar kata kata itu, tapi dimana??

Pria yang tidak ku tau namanya itu pergi ke arah pintu dan keluar lewat sana. Setelah beberapa detik, aku mendengar suara pintu yang terkunci dari luar.

Tunggu! Berarti ini bukan hotel?! Lalu ini tempat apa?! Hotel di zaman sekarang tidak pakai kunci manual kan?!!

Akupun sadar jika aku terkunci didalam ruangan yang membuatku sesak ini dan berlari ke arah pintu serta mengedor dengan kasar ketika aku sampai disana berharap untuk dibukakan kembali, namun semua tenaga yang kukerahkan sia sia, yang ada aku semakin lelah dan tambah pusing.

Tergeletak di lantai ruangan yang dingin adalah ingatan terakhirku, setelah itu pandanganku kembali buram dan gelap seketika.

"kau bilang kau ingin menyelamatkanku, tapi kenapa malah begini?"

"dunia luar berbahaya, ya...? Lucu sekali"
—tbc

Warning! - 警告: Bungou Stray Dogs x Reader FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang