Episode 5

11.9K 433 54
                                    

[BUDAYAKAN VOTE + KOMENTAR SESUDAH MEMBACA♡]
.
.
.
.
.
.
_________________________________________
.
.
.
.
.
Jimin sedari tadi menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri mencari seorang gadis berkuncir kuda yang ia tunggu sedari tadi. Ia menolehkan pada satu kotakan cantik berpita merah muda yang ada ditangan kirinya, tak lupa tersenyum ketika pikirannya berhalu membayangkan reaksi dari gadis yang tengah ia tunggu.

"Wuaw, ternyata kau lebih menyeramkan saat tersenyum seperti itu tuan Park!" Ketus seorang gadis cantik yang tengah berdiri dengan kedua tangan yang melipat didepan dadanya. Jangan lupajan wajah cantiknya yang terlihat tajam menatap pria sipit didepannya.

"Wuaw, ternyata ada bidadari yang tengah perhatian padaku." Ujar Jimin sambil menyesap putung rokoknya.

Seulgi hanya memutar kedua bole matanya dan memperhatikan tangan kiri Jimim yang menggenggam sebuah kotakan cantik berwarna coklat. Ia menduga itu sebuah hadiah yang buaya cebol ini akan berikan untuk jerapah lenjeh itu.

"Ish! Dasar buayaaa! HIIHHH!" Sebal Seulgi sambil menggerakkan tangannya seolah-olah tengah menjambak rambut brunette Jimin dan berlalu dengan wajah merah padam.

Jimin speechless melihat tingkah Seulgi yang sangat random itu,
"Kenapa sih dia?" Tanya Jimin sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
.
.
.
.
.
"Apa sudah lama menunggu?" Tanya CEO cantik yang tengah menaruh jas nya digantungan sebelah mejanya, sengaja membelakangi calon pegawainya yang rupawan itu.

Irene terkikik kecil dalam kegiatannya saat tidak mendengarkan jawaban dari Sehun, melainkan hanya suara nafas yang tengah ditahan.

"Hm?" Irene membalikkan tubuhnya kepada Sehun yang tengah menegakkan tubuh tegapnya dengab wahah merah tegang seperti tengah menahan sesuatu.

"Apa kau gerogi dengan interviewnya?" Irene mendudukkan dirinya dikursi singgahsananya dan memangku kepalanya hingga menatap lebih intens pada Sehun yang tengah berkucuran keringat dingin

Sehun gelagapan dan sedikit nyengir kecil karena tak ada sepatah kata yang mampu ia lancarkan untuk menjawab pertanyaan calon CEO-nya.

Sehun meletakkan kedua telapak tangannya diatas meja, kebiasaan masa Mahasiswanya ketika sedang gerogi. Tidak lupa pria tampan berdada bidang itu menarik nafasnya dalam-dalam lalu menghembuskannya.

"Tidak, Ssajangnim-ssi." Ujar Sehun dengan senyuman tampan, smrik lebih tepatnya.

JDAAAARR!!

'SIALAN!'

Sekarang gantian Irene yang menegangkan tubuhnya, pria didepannya yang semula bertingkah gerogi, kini malah stay-cool dengan keringat yang mengalir halus dari dahi hingga rahang tegasnya.

'Apa-apaan ini, sialan keringat itu!'

GLEK!

Irene menelan ludahnya berat dengan bola mata yang menilisik bagaimana indahnya tubuh berkeringat pria'nya' dengan secara langsung seperti ini. Mimpi yang sangat indah

"Ssajangnim?"

Irene tersadar dari hayalannya yang mulai liar, wajahnya juga sudah merah dengan tubuh yang sudah sedikit maju seperti ingin menyosor pada Sehun.

"Ah ya, mulai dari mana ya?" Kikuk Irene yang gelagapan dan mulai mencari-cari lembaran interviewnya.

Eh!

Irene mendadak menghentikkan kegiatannya dan ingin sekali rasanya memukul kepalanya.

'Interview untuknya kan 'khusus', lalu apa yang kucari!?' Geram Irene dalam hati.

RENE-CEO | HUNRENETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang