Si brengsek

2.6K 220 13
                                    

"Jadi bagaimana?" suasana sedikit sunyi ketika mereka bertujuh berkumpul bersama, ditambah banyak staf yang juga ikut dalam ruangan tersebut. Sedikit aneh, karena biasanya- sudah dipastikan akan ricuh, rusuh.

"Masih tetap sama. Hujan, walau tidak selebat tadi" ucap salah seorang- eum, manager?

Namjoon, sang leader mengangguk. "Lalu mantel? apakah sudah dibagikan?" tanyanya. Sang manager menangguk sambil tetap terfokus pada HT yang tengah berbunyi nyaring.

"Kalian bersiap lah. 20 menit lagi sebelum kalian naik. Kalian- jangan berikan anak-anak aksesoris yang membahayakan. Minimalisir tali yang tidak penting. Dan jangan berikan sepatu yang licin!" titahnya untuk para stylist. Setelahnya ia pergi, memantau yang lain sembari anak-anaknya bersiap.

"Hyung"

"Hmm?"

"Janji kau akan selalu di dekat ku, oke?" Sang lawan bicara menyeringit. Matanya yang semula terpejam membuka, menatap pria jakun di depannya.

"Kenapa, Kook?"

Jungkook mendengus. "Di luar hujan, stage akan sangat berair dan licin. Dan kau, paling suka ceroboh" katanya. Sedikit sebal dengan kebiasaan sang kekasih.

Jimin sang kekasih hanya terkekeh. Lalu menggeleng geli, "aku baik-baik saja. Kau tidak usah khawatirkan aku, okay. Khawatirkan saja Army. Aku takut mereka kedinginan dan sakit" ucapnya.

Jungkook mendengus sekali lagi. Prianya memang sedikit bebal soal dirinya sendiri. "Aku mengkhawatirkannya kok! Tapi aku juga khawatir soal kamu hyung. Kebiasaan mu yang suka jatuh itu-"

Jimin mendengus. "Iya Kookie iyaa. Sudah, ih. Jangan mengomel. Kita harus bersiap untuk naik stage" ucapnya. Jungkook hanya menghela nafas. Mencoba percaya dan berjanji akan terus mengawasi pria mungilnya.

.
.
.

Penampilan demi penampilan telah di tampilkan dengan apik, tanpa celah untuk di hujat, sempurna. Ya begitulah mereka. Mencoba semaksimal mungkin untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan baik, sangat-sangat profesional.

Kali ini, penampilan lagu lama. Lagu lama yang bahkan tak akan dilupa sampai kapan pun. Pada awalnya semua sangat lancar. Hujan juga sedikit mereda. Namun mungkin hujan juga sedang ingin ikut merasakan euphoria untuk menonton dan meneriakkan fanchat bersama Army.

Baru awal lagu We are bulletproof di mulai, hujan semakin lebat. Stage yang semula licin sekarang menjadi bertambah licin. Hal ini membuat Jungkook, pria jakun yang posesif dan pencemas mulai mengawasi Jimin, was-was dan waspada minta ampun.

"Setelah ini break dance" lirihnya. Memikirkan bagaimana ia bisa melakukan break dancenya dengan sempurna tanpa harus lengah dalam menjaga kekasih cerobohnya.

Ketika di tengah lagu, disaat Jungkook dan kekasih mungilnya, Park Jimin,  harus mengambil topi yang di gunakannya untuk break dance di belakang sana, ia mulai melirik kekasihnya. Terengah dan sedikit terlihat takut- tapi tetap sangat profesional.

"Hyung" Panggil Jungkook. Jimin mendengar kok, hanya saja dia mencoba mengabaikan.

"Jimin Hyung!" Jungkook sedikit berteriak dan menengokan kepalanya. Memberi tanda untuk si mungil menghadap kepadanya.

"Apa?"

"Tangan mu" ucapnya penuh ambigu. Ditambah lagi tangannya yang seolah meminta sesuatu, tapi tentu saja Jimin tidap paham.

"Kenapa?" tanyanya. Jimin menatap tangannya. Semua baik- pikirnya.

"Cepat dan pegang tangan ku!" suara Jungkook yang sedikit meninggi, walau tetap saja tidak terdengar oleh yang lain membuat Jimin dengan reflek memberikan tangannya untuk di genggam Jungkook erat.

"Apasih?" waktunya tidak tepat, bodoh- Jimin meruntuki apa yang sedang Jungkook lakukan.

"Lantainya licin Hyung. Kamu harus hati-hati" Katanya.

Si sialan Jungkook- Jimin mengumpati bagaimana bisa Jungkook membuatnya memerah di tengah konser dan di tengah puluhan mata yang bisa saja menatapnya.

"Kau memerah" Ledek Jungkook lalu terkekeh.

Jimin hanya mengumpat. Tapi serius hatinya menghangat. Di tengah ketakutannya akan stage yang licin, yang mungkin saja menciderai dirinya dan mamber lain dan backdancer yang lain. Jungkook dengan kurang ajarnya mengerti dan peka atas apa yang di butuhkan.

"Jung!" Panggilan yang tak pernah Jimin ucapkan. Jungkook reflek menolah, otomatis. Terlampau aneh akan panggilan itu.

"Terimakasih, brengsek. Aku memerah" ucapnya.

Jungkook masih sama. Terkekeh gemas akan kekasih mungilnya. Terlampau bahagia akan hal kecil yang bisa mereka lakukan diatas stage yang megah ini.

Tanpa sadar baik Jimin ataupun Jungkook saling menggenggam tangan. Mengeratkan genggaman satu sama lain. Lalu tersenyum bersama sebelum melepaskan tautan tangannya dan mulai melakukan break dance yang biasa mereka lakukan.

Oh, dan tentu saja Jungkook dibelakang sana tengah menahan mimik wajah khawatirnya. Takut-takut Jimin terjatuh dan terluka. Tapi untung saja, tidak. Kali ini stage tidak menarik Jimin secara posesif untuk terjatuh diatasnya.

.
.
.

Terinsipirasi oleh ini hehe.
666 kata doang. Dan gak yakin bagus. Tapi ya-

Makasih banyak dukungannya, huhu. Banyak yang baca dan vote loh, aku terharu. Ini pencapaian terbaik aku. Pernah nyentuh urutan ke-26 untuk kategori Kookmin. Huwee nangis akutuh.
Terimakasih❤

Eum, maafkan untuk chap ini:(

Eum, maafkan untuk chap ini:(

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ʜᴀᴘᴘʏ [ᴋᴍ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang