Jimin's enemy

2K 148 2
                                    

Malam jumat pukul delapan malam, dua pria berbeda porsi tubuh berjalan terhyung memasuki rumah. Menghela nafas di setiap langkah saking lelahnya.

"Aku lelah sekali" rengek pria tinggi. Pria berposter tubuh mungil terus berjalan gontai menuju lantai dua- kamarnya dan meninggalkan si pria tinggi yang terengah di sofa ruang keluarga.

"Aku masuk dan mandi dulu, Kook. Kau cepat mandi juga. Nanti aku akan teriak kalau sudah selesai" katanya. Pria tinggi yang di panggil Kook hanya membuat gesture 'oke' dengan jarinya. Jelas tak terlihat oleh pria mungilnya. Tapi pria mungil tak ambil pusing. Toh ucapannya barusan bukan lah sebuah negoisasi, tapi perintah. Jungkook mutlak harus menuruti.

Hampir tujuh menit, pria mungil yang tengah berjalan gontai mendengus. Rekor terlama dalam perjalanannya menuju kamar.

"Astaga, lain kali aku tidak akan menerima project yang diberikan Jin hyung. Membuatku gila" gerutunya penuh dongkol. "Oh astaga kaki ku, shh" rengeknya lagi.

Kakinya jelas pegal. Berpose dengan sepatu tinggi, walau bukan high heel melainkan sepatu boots jelas menyiksa- dan ia memakainya hampir satu hari satu malam. Ya hal gila yang baru saja ia dan Jungkook lakukan adalah- melakukan pemotretan dadakan dan harus extra cepat.

Salahkan Seokjin yang sok sokan menunda pekerjaannya.

"Lihat saja, aku akan mengomel pada mu hyung. Lihat saja" gerutunya lagi.

Cklek

Blar

Pria mungil itu- Jimin, baru saja sampai di kamar nya di lantai dua. Ia lalu menyalakan saklar lampu. "Waw, silau" ucapnya.

Krik

Krik

Krik

Jimin jelas mendengar. Dan itu jelas bukan hal bagus- setidaknya untuk Jimin.

Satu hal yang dipikirkan dan terbayang oleh Jimin, satu satunya benda atau apapun itu yang paling memungkin kan masuk kamar saat ini-

"AAAAAA"

Teriakan Jimin jelas membuat Jungkook terkejut. Lalu mendengus sebal. Pasalnya ia baru saja tidur sebentar dan prianya sudah teriak memintanya untuk mandi. Setidaknya itu yang Jungkook pahami.

"IYA IYA AKU MANDI SAYANG!" teriaknya- tak mau kalau tidak teriak. Ingin membalas Jimin.

"Hyung, kau harusnya membangun kan ku dengan lebih lembut. Kenapa berteri- apa yang kau lakukan hyung?" Tanyanya heran. Pasalnya pandangan pertama yang tertangkap oleh matanya adalah Jimin yang tengah berdiri kaku di tempat tidur dan memeluk bantal dengan erat.

"Tidak ada"

Jungkook menyeringit, "lalu kenapa kamu berdiri di kasur? dan memeluk bantal? dan kau belum mandi? hei, ada apa dengan mu hyung?"

Jimin mendengus. "Ini rumah ku, kamar ku jadi aku bebas melakukan apapun bukan?" Jimin mencoba terlihat lebih kalem, tidak berdiri sekaku tadi. "Lagipula- aku baru saja mau mandi"

"Haahh" Jungkook yang mendesah membuat Jimin merengut. Sebal dengan kejadian menyebalkan yang baru saja ia lalui setelah kegiatan beratnya.

"Jadi, dimana kecoaknya?" Kata Jungkook yang lalu mengambil sebuah semprotan anti serangga disudut kamar.

"Hehe, di bawah kasur" Jimin berucap dengan kekehan canggung. Jungkook hanya menahan tawa, jelas saja. Jimin dan serangga jelas bukan perpaduan yang bagus. Dan reaksi Jimin yang bertemu serangga seperti barusan adalah bukan reaksi yang langka. Jungkook jelas hafal dengan reaksinya.

Jimin hanya terkekeh dan menatap Jungkook penuh minat ketika dengan tenang menyemprot cairan anti serangga di bawah kasur mereka. Lalu mengambil sapu dan membuang musuh bebuyutan Jimin di tempat sampah dapur.

Jimin sudah duduk dengan kaki menjuntai dan memeluk bantal yang sedari tadi belum di lepasnya.

Memandang kakinya yang bergoyang kedepan belakang dengan sendirinya, menunggu Jungkook.

Clek

"Sudah?" Jimin mendongak dan menatap Jungkook yang tengah berdiri di depannya. Tersenyum penuh arti, menggemaskan.

Jungkook mau tidak mau tersenyum, sesekali mendengus karena Jimin yang terlalu gemas. "Hmm"

Keduanya terdiam, menikmati keheningan. Jimin sudah melepaskan pelukan pada bantalnya, dan bahkan ia sekarang tengah memeluk perut Jungkook dengan erat. Mengusak wajahnya di perut kotak-kotak milik kekasihnya, mencari kenyamanan.

"Mau mandi sekarang?" tanya Jungkook yang tetap mengusak rambut Jimin dengan lembut. Dan tangan kirinya yang tengah membekap tubuh kesayangannya.

Jimin mengangguk, "Tapi aku masih ingin mengisi batrai" katanya. Ingin menolak tapi gerah, tapi ia bahkan tak punya tenaga.

"Ayo mandi, setelah mandi kita tidur"

Jimin mendongak dengan tatapan menggemaskan. "Gendong aku ya? aku tidak punya tenaga"

"Ayo"

Cup

Jimin yang tengah di gendong ala koala mengecup pipi sebelah kiri Jungkook. "Hehe terimakasih gendongannya. Ini salah mu, aku kan ingin isi batrai"

Jungkook yang mendengar hanya terkekeh, ia hanya menjawab dengan dehaman dan tetap mengusap punggung pria mungilnya lembut.

"Ayo kita cepat mandi. Kau bisa kedinginan, setelah itu kita tidur" ucap Jungkook lalu melepas pakaian.

Tak ada hal aneh yang mereka lakukan di dalam sana. Mandi dengan cepat namun bersih adalah kegiatan yang sangat cukup untuk dilakukan saat ini.

Mereka lelah, hampir dan nyaris kehilangan tenaga.

"Apa kau lapar sayang? kita bisa makan sebelum tidur" tanya Jungkook yang tengah mengeringkan rambut Jimin.

Jimin yang tengah duduk di kasur menggeleng. Sesekali menyibak anak rambutnya yang mengenai matanya. "Kokoo laper? kalau mau pesan, pesan saja koo. Tapi aku tidak lapar, hehe"

Jungkook hanya mengangguk. Setelah memastikan rambut miliknya dan Jimin sudah kering, ia segera membaringkan tubuhnya di samping tubuh mungil kekasihnya. "Tidak. Ayo kita tidur saja, aku ingin mengisi batrai"

"Isi batrai sampai besok, call?"

"Baiklah" Jimin terkekeh mendengar jawaban Jungkook. Lalu memeluk pria mudanya lebih erat lagi.

"Tapi aku tidak janji nantinya tidak akan lebih"

"Ha? GAMAU JUNGKOOK" Jungkook mendesis ketika Jimin berteriak di telinganya.

"Sakit sayang. Kan aku bilang nanti tidak sekarang. Sekarang kita tidur dulu. Selamat tidur sayangnya Jungkook"

Jimin mendengus main main, "hmm, selamat tidur juga. Sayang jungkook banyak banyak"

.
.
.

𝐇𝐚𝐥𝐥𝐨!

Apa kabar teman teman?

ʜᴀᴘᴘʏ [ᴋᴍ]Where stories live. Discover now