O3: dangerous

826 93 11
                                    

cw: gore
tw: blood

••••••

Preview chapter sebelumnya:

Ia menendang kursi yang tengah diduduki Siyeon dan membuat gadis itu jatuh terembab ke belakang. "Jangan salahkan aku jika kau tidak bisa melihat matahari esok lagi." Yang terdengar selanjutnya adalah pekik kesakitan dari Siyeon.

••••••

Tendangan dari Yeji sungguh tidak main-main. Gadis itu sekarang merasa sakit disekujur tubuhnya. "Sekarang, kau mau merasakan apa? Tendangan lagi atau pukulan dariku?" Siyeon yang mendengar pertanyaan dari Yeji menggelengkan wajahnya takut. "Aku ingin bebas. Aku ingin keluar dari sini." Yeji tertawa mendengar jawaban Siyeon. "Kau sungguh konyol heum. Aku tak akan melepasmu. Aku akan membunuhmu, Siyeon-ah." Siyeon menggelengkan kepalanya keras-keras. Ia harus keluar dari sini.

Yeji berjalan mendekati Siyeon. Ia berjongkok di depannya sembari memegang dagu gadis itu. "Aku akan memukulmu dulu saja, heung. Baru setelah itu mencincang habis tubuhmu." Mendengar ucapan Yeji, Siyeon bergidik ngeri. Ia mulai memegang kerah baju Siyeon dan langsung memukul wajahnya berkali-kali. Darah segar mengucur keluar dari hidung, pelipis, dan sudut bibirnya. "Kumohon....lepaskan aku..." Yeji tertawa mendengar rintihan kesakitan dari Siyeon. "Untuk apa aku melepasmu, heung? Tidak ada untungnya untukku." Ia mulai membenturkan kepala Siyeon kebagian belakang kursi. Siyeon merasa kesakitan sekarang. Ia yakin jika tempurung kepalanya pasti sudah retak. Lelah berjongkok, Yeji berdiri dan menginjak kaki Siyeon berulang kali.

"Akh," pekikan sakit itu hanya di anggap angin lalu oleh Yeji. "Aku ingin memakanmu sekarang namun aku tak sudi. Bau darahmu memang enak tapi lebih baik jika kau aku makan kan ke anjing jalanan, heumm." Mata Siyeon membulat takut mendengar ucapan Yeji. Dan setelahnya, ia dapat merasakan jika sesuatu menembus perut dan punggungnya. Sebuah benda hampir mirip seperti ekor keluar dari punggung Yeji dan menembus perutnya. Darah keluar dari mulut Siyeon dan ia tak bisa apa-apa. "Bagaimana? Kau jangan mati dulu. Aku maish ingin bermain-main denganmu." Yeji mengucapnya dengan sebuah seringaian di wajahnya.

Ia langsung menarik keluar ekornya itu dan berjalan kebelakang tubuh Siyeon. Ia melepas ikatan tali itu dan melempar jauh kursinya. Dia pun berjalan ke samping tubuh Siyeon dan langsung memutar tangan Siyeon. Bunyi 'krek' terdengar dan pekikan kesakitan Siyeon lah yang terdengar selanjutnya. "Heumm, mematahkan tanganmu saja sepertinya tidak cukup. Aku akan menariknya keluar darimu sekarang." Mendengar ucapan Yeji itu, Siyeon hanya dapat pasrah. Ia langsung menariknya dan membuat lengan itu terlepas dari tubuhnya. "Lihat, lihat. Aroma darahmu sangat enak." Ucap Yeji ketika melihat darah mengucur keluar dari tempat lengan itu berada. Ia pun menginjak paha Siyeon dan langsung menarik tungkainya hingga terlepas. "Nah, menarik tubuhmu itu sungguh sangat menyenangkan, Siyeon." Yeji tersenyum seperti seorang psikopat sekarang dan itu sukses membuat Siyeon ketakutan. Dia pun melemparkan tungkainya dan duduk di atas tubuh Siyeon. Yeji masih bisa mendengar deru nafas Siyeon yang agak melemah.

"Berbicaralah Siyeon. Jangan terus terdiam seperti ini." Ucap Yeji yang membuat Siyeon menatapnya. "Kau bajingan sialan Yeji. Aku bersumpah kau akan membayar semua ini." Umpat Siyeon yang membuat Yeji tertawa. "Terima kasih atas pujianmu, Siyeon." Ucap Yeji sembari tersenyum. Ia pun langsung memasukan tangannya ke bekas tusukan ekornya tadi. "Aaakkkkhhhh." Jerit Siyeon ketika Yeji mengoyok lambungnya dengan kedua tangan. Ia hanya dapat menjerit kesakitan.

"Selanjutnya ini." Ucapannya itu dibarengi dengan kedua tangannya yang sudah mulai merusak rusuk Siyeon. Yeji mendapat apa yang di carinya. Dan tanpa babibu lagi, langsung saja ia menarik jantungnya keluar dan tertawa puas. "Selamat berbahagia di sana, Siyeon. Semoga tuhan mengampuni dosamu." Ucapnya sembari tertawa.

Ia membuang jantungnya ke sembarang arah dan beralih menatap jeroannya. Ia mengoyak usus milik Siyeon hingga tak berbentuk lagi. "Pankreasmu terlihat loh Siyeon." Ia tertawa puas setelahnya. "Hatimu juga masih berwarna merah loh. Bahkan masih sangat hangat." Dia berujar dengan wajah yang sudah terciprat darah. "Au revoir, Siyeon."

••••••

Bunyi bel membuat perhatian Nyonya Park teralihkan. Ia berjalan ke pintu depan dan membukanya. Dia mengernyit heran ketika tidak menemukan siapapun di sana melainkan sebuah paket tanpa nama. Ia membawanya masuk tanpa rasa heran sedikitpun. Nyonya Park membuka paket itu ketika dia di ruang keluarga. Dia kaget setengah mati begitu melihat isinya dan langsung melemparnya begitu saja. Ia dapat melihat kepala puterinya menatap kosong kearahnya. "SIYEON!!!!!" Jeritnya ketakutan. Yeji dapat mendengar teriakan dari ibu Siyeon dan ia terkekeh senang. Besok ia akan memberitahu Naeun jika misinya berhasil.

fancy you || hyunjin yeji (revisi)Where stories live. Discover now