O4: take

705 94 6
                                    

"Aku sudah membunuhnya." Ucap Yeji yang membuat Naeun tersenyum senang. "Bagus kalau begitu. Kau apakan mayatnya?" Tanya Naeun penasaran. "Aku membagikan potongan tubuhnya ke anjing jalanan dan kepalanya aku kirimkan ke ibunya. Aku tertawa saat mendengar jeritannya." Jawab Yeji yang membuat Naeun melongo tak percaya. "Kau mengirimkannya? Kau berani sekali." Ucap Naeun yang membuat Yeji tersenyum bangga. "Oh ya, tidak semuanya ku berikan ke anjing-anjing itu. Aku menyimpan bagian favoritnya untukmu." Ucap Yeji sembari mengeluarkan tak plastik hitam dari tasnya. Dia melemparnya ke arah Naeun dan langsung ditangkap.

Dengan buru-buru, Naeun langsung membukanya dan mencium bau yang menguar dari potongan lengan itu. "Baunya enak sekali, Yeji." Naeun berujar dengan senang. "Aku melepasnya langsung saat ia masih hidup. Aku tahu kau akan menyukainya." Ucap Yeji. Naeun tersenyum sembari berucap terima kasih yang di angguki oleh gadis itu. "Kalau begitu, aku izin ke kelas dulu. Lia pasti mencariku." Ucap Yeji yang di angguki oleh Naeun. Gadis itu berbalik dan berjalan keluar dari ruangan Naeun.

••••••

"Yeji ayo ke kantin." Ajak Lia yang di balas gelengan oleh Yeji. "Aku tidak lapar, Li." Tolak Yeji. "Kau temani aku saja ya? Aku sendirian." Ajak Lia lagi. Kali ini ia mengeluarkan aegyo nya yang membuat Yeji luluh. "Jangan lama-lama tapi." Ucapan itu berhasil membuat Lia tersenyum senang.

"Aku akan pesan makanannya dulu. Kau duduk saja di sana." Ucap Lia yang di angguki oleh Yeji. Ia langsung berjalan ke bangku yang di tunjuk Lia dan duduk disana. Netranya mengamati para penghuni kantin secara seksama. Yeji sedang tidak lapar. Dia hanya mengamati mereka yang tengah makan dengan wajah yang terbilang biasa atau malah menikmati.Sama seperti saat dia tengah menikmati 'makanan' nya. "Andai aku terlahir sebagai manusia. Pasti aku akan tidak merasakan semua ini." Monolognya tanpa sadar.

••••••

Yeji berjalan menyusuri jalanan kota sendirian. Ia harusnya pulang bersama Lia namun gadis itu bilang jika ia ada rapat dengan para anggota OSIS. Helaan nafasnya teredam oleh suara bising kendaraan di jalan. Rasa lapar tiba-tiba menyerangnya. Ia harus segera pulang jika tidak ingin membunuh orang-orang di sini. Dia mempercepat langkah kakinya namun tubuhnya agak limbung. Ia menggelengkan kepalanya dan langsung pergi sambil berlari. Mengabaikan tatapan aneh dari orang-orang.

••••••

Yeji bergegas membuka pintu apartemennya dan melempar tasnya begitu saja setelah menutup pintunya. Ia berlari ke dapur dan langsung membuka lemari es. Buru-buru dia mengambil kotak tupperware berlabelkan 'kaki' dan langsung membukanya. Ia mengigitnya dan menghela nafas lega. Di tengah kegiatannya itu, seseorang menepuk pundaknya dan membuat ia kaget. Yeji berbalik dan langsung bertemu tatap dengan seorang lelaki yang tidak Yeji kenal. "Kau siapa?" Tanya Yeji kaget. "Aku Hwang Hyunjin." Jawabnya memperkenalkan diri. "Bagaimana kau bisa masuk kemari?" Tanyanya lagi. "Tante Naeun memberiku password masuk kemari." Hyunjin menjawab. "Tante Naeun? Maksudmu Son Naeun?" Tanyanya memastikan. Hyunjin mengangguk dan itu membuat Yeji buru-buru mencari ponselnya.

Dia mencari kontak Naeun dan langsung mendialnya. "Halo." Sapa suara di seberang sana dengan ramah. "Apa tujuanmu mengirimkan seorang manusia ke apartemenku? Kau mau aku memakannya?" Tanya Yeji langsung to the point. Naeun terkekeh sebentar sebelum menjawab pertanyaan gadis itu. "Kau sudah bertemu Hyunjin rupanya. Aku ingin kau menjaganya Yeji." Yeji mengernyitkan dahinya bingung. Menjaganya? Memangnya dia ini bodyguard nya? "Menjaganya? Untuk apa aku harus menjaganya?" Terdengar tarikan nafas kecil dari seberang sana. "Dia adalah anak angkat Hwang Minhyun. Teman lamaku. Minhyun menitipkannya padaku tapi aku tidak yakin bisa menjaganya dengan baik. Karena itu dia kusuruh untuk tinggal bersamamu. Agar Hyunjin merasa aman." Jawab Naeun panjang lebar. "Baiklah. Namun, jika semisal aku kelaparan bagaimana? Aku tidak bisa mendapatkan 'makanan' dan aku memakannya. Bolehkah?" Tanya Yeji dengan jahil. Menjahili Naeun untuk sekali-kali bolehkan.

"Jika kau memakannya itu tak apa untukku. Namun, jika Minhyun mengamuk nantinya dan dia memakan dirimu hidup-hidup. Aku tidak akan membantumu." Jawab Naeun dengan santai. Yeji bergidik ngeri mendengar jawaban yang dilontarkan Naeun. "Oh ya, Eun. Aku hanya punya satu kamar tidur disini. Dia harus tidur di mana nantinya?" Naeun terdiam sebentar. "Kalian tidur bersama bisa kan?" Usulan dari Naeun membuat Yeji melototkan matanya kaget. "Tidak. Tidak. Tidak. Aku tidak mau."

"Ayolah Yeji. Jadilah tuan rumah yang baik. Kau tidak tega kan membiarkannya tidur kedinginan di sofa?" Yeji memutar bola matanya. "Aku tega Naeun." Naeun mendengus malas di sana. "Aku tak mau tahu. Pokoknya dia harus sekamar denganmu. Jangan lupa juga bawa dia ke ruanganku besok pagi." Naeun langsung mengakhiri panggilan dengan Yeji. Gadis itu menatap horor kearah ponselnya kemudian menyimpannya kembali.

"Di mana barang-barangmu?" Tanya Yeji kemudian. "Aku menaruhnya di ruang tengah." Jawab Hyunjin. Yeji bergegas ke ruang tengah dan melihat barang bawaan Hyunjin. Tidak banyak juga. Batinnya. Hyunjin hanya membawa satu koper besar dan satu ransel gunung. Yeji mengambil koper milik Hyunjin dan menatap lelaki bermarga Hwang itu. "Ambil ranselmu. Kita roommate mulai sekarang."

fancy you || hyunjin yeji (revisi)Where stories live. Discover now