HeeB : Affinity

54.8K 2.2K 228
                                    

Aku merasa aneh dengan perlakuan penghuni SMA ini dengan Jake. Mereka seperti memperlakukan pria itu layaknya seorang pangeran.

Aku baru sadar usai melihat dia membuat Ni-Ki diam dengan satu kata saja, ketika sang bendahara sudah kalang kabut mengatasi serigala tersebut.

Sebelum hal tersebut aku juga merasa jika para guru me-anak emas kan dirinya. Jake tidak akan dicari saat dia izin ke kamar mandi dan tak kunjung kembali.

"Kau tahu? Aku memperhatikan mu, dan kamu tidak pernah ke kantin," terkejut memang saat ia tiba-tiba memulai pembicaraan sebagai teman yang duduk di depan ku.

Terakhir kali kita berbincang adalah saat hari pertama aku di sini, tepatnya di sebuah perpustakaan.

"Aku bawa bekal," jawab ku apa adanya.

"Siapa yang peduli? Kau hanya aneh, bung. Lebih mirip jadi entity daripada manusia," Jake tertawa kering dan berhenti tak lama kemudian. Ia berdehem, "Aku akan membawa mu ke kantin istirahat nanti."

"Kau tidak akan bisa, aku tidak ingin."

"Maka, akan ku buat dirimu ingin," dia tersenyum sebelum kembali duduk dengan benar.

Seorang pria bugil yang aku ketahui sebagai guru kimia tampak memasuki ruang kelas. Ciri khasnya yang mengajar tanpa membawa dan membaca buku membuatku kagum.

Ia memahami materinya secara penuh, mungkin itu penyebab utama mengapa pelajaran kimia menjadi lebih mudah dari biasanya.

"Sebelum memulai pembelajaran, minggu kemarin kita sudah sampai pada bab Reaksi Redoks dan Elektrokimia, bapa sudah menanyakan pertanyaan ini kepada lima kelas lainnya," beliau menghela nafas. "Jadi, tolong jelaskan apa itu Reaksi disproporsionasi."

Tanpa banyak berpikir aku mengangkat tangan. Aku merasakan jika penghuni di kelas ini sudah muak dengan diriku yang hobi mengangkat tangan.

Saking semangatnya aku sampai tidak melihat jika Jake juga ikut mengangkat tangan. Aku kecewa saat sang guru mempersilahkan pria puppy tersebut daripada diriku.

"Reaksi redoks yang oksidator dan reduktornya merupakan zat yang sama," wow... itu bukan jawaban yang ada di otak ku, dia terlalu terpaku pada buku. Kembali lagi aku mengangkat tangan, bukan untuk menjawab pertanyaan, tetapi untuk menyangkal pernyataan Jake.

"Aku rasa itu sebuah reaksi yang mengalami oksidasi dan reduksi bersamaan membentuk dua produk yang berbeda."

Guru itu menjentikkan jari dan berkata "Sama saja", sebelum menulis sederet ikatan kimia pada papan tulis. "Ini baru saja dibahas minggu kemarin, tidak ada alasan lupa."

Siapa sangka Jake yang biasanya tidak mengangkat tangan kini seperti berlomba dengan ku untuk menjawab pertanyaan. Sang guru menggeleng, "Ke-ter-la-lu-an, keterlauan cuma dua orang ya tau. Jawablah Jake."

"Heeseung saja dulu," aku gelagapan tatkala pria tersebut melemparkannya pada diriku.

"Ee," sial kenapa harus diawali keraguan begitu. "Maaf pak, tapi tembaga dua sulfidanya tidak dapat diionkan karena dia senyawa solid."

"Yup benar sekali, Heeseung, Jake ada tambahan?"

Jake berdiri dan mulai menulis beberapa deretan senyawa di papan tulis. Saat awal dia menuliskan sebuah simbol, aku berdecak karena tahu jawaban yang akan Jake tulis. Pria itu mengerjakan dengan rumus penambahan suhu.

"Ini adalah senyawa solid, kau benar temanku. Tapi, jangan lupakan jika senyawa solid dapat diionkan kalau mereka diberikan suhu tambahan."

Rasanya aku ingin menjambak rambutku secara frustasi ketika mendapatkan revisi dari Jake. Pria itu berjalan dengan dada yang dibusungkan, sebelum duduk ia sempat melemparkan kedipan sebelah mata.

Heebreath | HeeseungWhere stories live. Discover now