HeeB : Pilihan

32.9K 1.5K 29
                                    

Hari persidangan semakin dekat. Pikiran ku penuh dengan materi Try Out dan pilihan antara Ibu atau Ayah. Meskipun aku sepenuhnya tidak dapat menemukan hal yang menarik menjadi anak di bawah naungan Ayah.

Kini tekad ibuku terlihat jelas saat beliau menjelaskan tentang tiga bento yang ia bawa untukku. Acara istirahat kami jadi  terganggu akan kehadirannya. Karena Jake, Fuma, Jay, dan Jungwon sekarang sudah sibuk memperhatikan ibuku.

Aku pun begitu. Melihat mereka yang menghentikan kegiatan makannya sejenak untuk menghormati  yang lebih tua, aku merasa tidak enak.

"Dua butir telur rebus, kesukaan kamu!" Ibuku secara semangat membuka kotak terakhir. "Heeseung sangat suka telur rebus daripada nasi."

Cerita beliau kepada empat temanku yang mendapat anggukan dari mereka. Aku akhirnya menghentikan dia.

"Ibu... ini jam istirahat, kami harus makan."

Senyum ibuku mengembang, ia mengangguk dan merebut nampan makanan ku. "Semenjak ibu tidak di rumah kamu pasti makan makanan yang tidak sehat ya?"

"Lusa sudah persidangan, jika kamu memilih ibu, ibu janji akan melindungi mu dari Ayah."

Aku menatap keempat temanku secara bergantian. Kenapa ibuku harus membahas ini sekarang? Sejujurnya aku ingin mengatakan jika diriku tidak mau ibuku membicarakan perihal penceraian di depan teman-temanku.

Namun, aku hanya bisa mengangguk agar dia cepat enyah dari sini. Sebelum beranjak beliau mencium kening ku. Lalu sosoknya mengembalikan nampan makanan kepada pekerja kantin sebelum sepenuhnya menghilang dari jarak padang ku.

Melihat makanan-makanan sehat yang memuakkan aku menghela nafas. Makanan kantin lebih menggugah selera daripada sayuran rebus atau telor rebus.

"Apakah Ayahmu melakukan kekerasan, kak?" Jungwon bertanya dan terdengar suara menendang di bawah meja. Sepertinya Jake memberi kode untuk tidak bertanya masalah ini.

Menyadari hal tersebut aku mulai gelisah. "Tidak, dia hanya peduli dengan nilai dan masa depan ku."

"Ibumu membahas persidangan-

"Hei!" Jake menegur saat pria berdarah jepang, Fuma menyinggung tentang perkataan ibuku yang lalu.

"Iya, Ibu dan Ayahku berpisah," suasana di meja ini terasa begitu sunyi saat pengakuan dariku tersampaikan.

Jay berdehem sebelum menyuapkan makanan pada Jungwon yang sibuk bermain game. Mereka berdua terlihat seperti Ayah dan Anak.

Tentunya bukan Ayah ku dan diriku.

"Jay berikan nasihat untuk Heeseung! Dia sedang dalam masa pendekatan dengan seorang gadis," Jake berhasil mengalihkan topik.

"Sebelum pendekatan lebih lanjut kamu harus paham dulu dia orangnya seperti apa. Kesukaannya apa dan hal paling dibencinya," ia berhenti karena mulut Jungwon sudah menganga minta di isi. "Jangan sampai salah langkah karena dia bisa saja merasa jijik."

"Karena target Heeseung adalah Kazuha, jadi dia orangnya seperti apa, Jay?"

Jay tidak menjawab sepersekian detik. Kemudian mengajak Jake untuk pergi menjauh dari sana, mereka berdua terlihat akan membicarakan sesuatu yang serius.

Sekitar tujuh menit mereka berdiri di sebelah pintu masuk utara kantin hingga terlihat wajah Jake melayu. Tidak seperti pertama kali dia menyinggung Kazuha dengan wajah yang bersemangat.

Aku penasaran, perihal apa yang Jay katakan hingga membuat semangat Jake luntur seketika.

[]

"Heeseung!" Teriakan Kazuha dari luar kelas membuatku bergegas membereskan peralatan belajar.

Di sela-sela kesibukan mengemas, Jake membalikan badannya. "Hee... Apakah kamu serius akan berkencan dengan Kazuha?"

Kedua alisku bertaut, mempertanyakan kata yang Jake ucapkan.

"Kau tahu? Kazuha mantan kekasihnya Jay. Seharusnya kamu dan dia tidak berkencan," penekanan tersebut membuat ku berfikir. Aku tidak baik dalam hubungan seperti pertemanan dan percintaan.

Tapi, mendengar perkataan Jake. Aku lebih takut kehilangan teman daripada Kazuha. Anggap saja jalinan pertemanan dengan Jake, Fuma, Jay, dan Jungwon telah membuatku menemukan tujuan hidup.

"Akan ku pikirkan," final ku sebelum pergi keluar kelas.

Di depan sana Kazuha terlihat berbincang dengan Jay sebelum akhirnya gadis itu menjauh darinya untuk memeluk lenganku. Mengajak ku pergi dari sana.

"Kamu dekat dengan Jay?" Kazuha bertanya saat berada di perjalanan. "Bukan kah dia teman yang sangat menganggu? Kita sudah berakhir enam bulan lalu, tapi dia terus menganggu ku. Apalagi saat tahu jika kamu dekat dengan ku."

"Dia mengatakan apa?" Tanyaku penasaran.

Sambil menggesek-gesek sepatunya di aspal. Kazuha mencibir. "Jay melarang ku dekat dengan mu."

Apakah keputusan ku menjadi penentu sesuatu? Lagi dan lagi aku harus memutuskan. Kenapa hidup ini penuh dengan pilihan?

tbc...

Kazuha x Heeseung

Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.

Kazuha x Heeseung

Je hebt het einde van de gepubliceerde delen bereikt.

⏰ Laatst bijgewerkt: Apr 05 ⏰

Voeg dit verhaal toe aan je bibliotheek om op de hoogte gebracht te worden van nieuwe delen!

Heebreath | HeeseungWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu