Keesokan paginya, Jae terbangun dengan tubuh yang terasa sakit akibat nyaris dibunuh oleh makhluk menyeramkan tadi malam. Tak sengaja ia menyentuh sesuatu yang berada di samping tempat tidurnya dan menemukan sosok goblin tampan masih tertidur pulas, Jae hanya menatap datar kearah Ren sembari menepuk-nepuk kepalanya.

"Terima kasih sudah menyelamatkanku, maaf jika aku berlaku kasar kemarin" ucap Jae lirih kemudian beranjak dari tempat tidur dan keluar dari kamarnya, meninggalkan Ren yang tiba-tiba terbangun namun masih tetap dengan posisinya saat ini.

THUMP

THUMP

THUMP

         Entah mengapa jantungnya berdetak kencang sesaat setelah perlakuan Jae yang membuat Ren tak percaya, jika lelaki ketus tersebut memiliki sisi hangat dan lembut. Lelaki tampan itu berkali-kali mengerjapkan kedua matanya kaget dan saat itu juga ia menghilang dari sana. Di tempat lain, Jae yang hampir selesai memasak di dapur kembali mengingat bagaimana kejadian mengerikan yang hampir merenggut nyawanya. Baru pertama kali Jae merasakan takut untuk mati, takut akan meninggalkan adik kandungnya, dan takut akan semuanya jika ia tidak ada di dunia lagi. Dia mengeratkan pegangan di penggorengan untuk meredakan ketakutannya sekarang, Jae sudah berjanji tidak akan menunjukkan sisi lemahnya lagi. Setelah dirasa selesai, ia segera menyiapkan masakannya di meja makan lalu berjalan menuju kamar berniat membangunkan Ren untuk diajak sarapan bersama karena Jae merasa harus berbalas budi padanya.

CKLEK

"Kemana perginya dia? Padahal aku ingin mengajaknya sarapan" Jae bingung mendapati kamarnya kosong, tak ada tanda-tanda sosok goblin tampan tersebut.

@Taman Kota

      Ren masih memikirkan kejadian tadi hingga membuatnya bingung sendiri, mengapa reaksinya bisa seperti itu? Dan mengapa juga jantungnya berdegup cukup kencang dari biasanya? Itu semua sangat mengganggu pikirannya saat ini.

"Sial! Apa yang terjadi padaku? Tidak, ini pasti hanya kebetulan saja. Benar, hanya kebetulan..." gumam Ren meyakinkan dirinya jika semua ini hanya salah paham.

"Apanya yang kebetulan, hm?" Tanya M datang dari belakang Ren sembari berbisik padanya sampai sang goblin tampan itu terkejut bukan main.

"Oi M, bukankah sudah kubilang jangan datang tiba-tiba?! Kau ingin aku mati, ha?!"

"Jangan berlebihan, goblin tidak bisa mati, bodoh!"

"Itu hanya perumpamaan saja" jawabnya masih kesal tanpa menatap temannya tersebut, "Hei Ren, bagaimana dengan Jae? Apa kau menjaganya dengan baik?" Pertanyaan dari M mampu membungkam mulut Ren sejenak dan sedikit membuatnya gugup. Ia tak bisa mengatakan kejadian yang memalukan baginya pada M.

"Baik, semuanya... baik-baik saja..." M yang sedikit menaruh curiga dengan perkataan Ren langsung mengatakan sesuatu padanya.

"Apa ada sesuatu yang terjadi tadi pagi?"

DEG

"J-jangan menebak asal seperti itu, M. Aku sudah bilang jika-"

"Baguslah, aku sempat cemas jika ada sesuatu diantara kalian. Seperti yang sudah kukatakan kemarin jika goblin tidak boleh punya perasaan pada manusia" jelas M membuat Ren kembali terdiam sembari menatap lurus ke depan.

"Aku tahu, jadi jangan mengingatkan padaku tentang hal ini lagi" katanya dengan nada datar namun pandangan masih lurus ke depan, ia tak sadar jika M saat ini menatapnya sedikit iba. M teringat akan suatu hal yang membuatnya tak bisa mengatakannya pada Ren.

Flashback On

"Ketua, mengapa kau menyuruhku untuk memberikan alasan palsu pada Ren? Bukankah lebih baik jika aku mengatakan yang sebenarnya mengapa ia harus menjaga manusia yang bernama Jae ini?!" Sahut Ren pada sosok lelaki tinggi tegap yang sedang menatap kearah pantulan gambar Ren di genangan air.

My Handsome GoblinWhere stories live. Discover now