Jae nampak setia menemani sang adik yang tengah tertidur dengan tenang di tempat tidur rumah sakit, sesekali lelaki berwajah manis tersebut mengusap lembut punggung tangan Jin sembari menatap sedih kearah adiknya. Bagaimanapun Jae sangat menyayangi satu-satunya anggota keluarganya yang masih tersisa, meskipun diawal ia sempat putus asa dengan kesembuhan Jin, dia tidak pernah berhenti berharap jika suatu saat nanti sang adik bisa sembuh dan menjalani kehidupannya dengan normal, layaknya seorang gadis remaja pada umumnya.

KREK

"Sebaiknya kau makan dulu, tadi pagi saja kau sudah tak makan. Kau akan sakit jika tak makan apapun, ini, aku membelikanmu makanan. Entah kau suka atau-"

"Terima kasih, tapi aku tidak lapar sekarang. Yang terpenting untukku saat ini adalah Jin" jawab Jae dengan tatapan kosong menatap adiknya yang masih tertidur lelap, tangannya masih menggenggam erat tangan milik Jin. Melihat hal itu, Ren hanya bisa menghela napas panjang kemudian menaruh kantung berisi makanan di meja.

"Jin akan baik-baik saja, Jae. Dia sudah berjanji padaku untuk menjadi lebih kuat, seharusnya pikirkan juga kondisimu. Apa kau mau ikut sakit? Berhentilah bersikap keras kepala dan makanlah meskipun sedikit" ucap Ren tak digubris sama sekali oleh Jae, lelaki manis itu diam saja, "Wah... tidak bisakah kau turuti-"

"Baik, aku akan makan. Dimana makanannya?"

"Huh? Oh iya... ini, makanlah dulu, baru kau bisa menjaga Jin lagi" Ren segera menyerahkan makanan yang ia beli tadi pada Jae. Setelah membukanya, Jae langsung melahap makanan tersebut dengan lahap, namun pikirannya masih pada sang adik.

"Nah... aku tahu jika kau kelaparan saat ini" sahutnya tersenyum melihat bagaimana tingkah Jae yang sedang makan, tatapan mata datar dengan mulut masih mengunyah makanan itu membuat Ren cukup gemas dibuatnya.

"Ren..." panggilnya lirih.

"Ya, ada apa? Apa kau butuh sesuatu? Kau butuh minum?!"

"Tidak, aku ingin bertanya padamu. Bisakah?" Mendadak wajah goblin tampan tersebut bingung, "Memangnya kau ingin bertanya tentang apa padaku?" Ujar Ren dan langsung mendapat tatapan datar dari Jae.

"Kenapa kau tiba-tiba muncul dan mengaku sebagai pelindungku? Mengapa tidak sedari dulu saja?" Tanya Jae membuat Ren terdiam, ia jelas tidak akan memberitahukan alasan yang sebenarnya mengapa ia harus melindunginya. Ren takut jika ia mengatakan bahwa melindungi Jae karena imbalan, lelaki berwajah imut tersebut akan menolaknya.

"A-ah itu... d-dari dulu aku sudah menjagamu kok. T-tapi waktu itu aku tak berani muncul langsung padamu, aku menjagamu dari jauh" itulah alasan yang dibuat-buat Ren yang akhirnya keluar begitu saja.

"Baiklah, itu sudah kuanggap jawaban atas rasa penasaranku selama kau muncul tiba-tiba di kehidupanku" jawabnya melanjutkan makannya kembali tanpa mempedulikan bagaimana wajah Ren yang nampak berkeringat karena bicara bohong pada Jae.

"H-hanya itu yang kau tanyakan?"

"Tentu saja, memangnya apalagi" lelaki tampan itu hanya mengangguk dengan kikuk, bersyukur jika Jae tak melihat wajahnya sekarang.

"Oh iya Jae... aku sudah menyampaikan pesanmu pada Mild untuk menutup kafe-"

"Terima kasih sekali lagi, Ren. Kalau begitu kau boleh pergi, aku tak ingin Jin menjadi terganggu jika kita terus berbicara".

"O-oh... kau benar, baiklah, aku akan menunggumu diluar kalau begitu. Jika terjadi sesuatu, kau bisa langsung katakan padaku"

"Hn" kalimat yang sangat singkat dari Jae membuat Ren tersenyum kecut kemudian melenggang pergi dari ruangan itu, "Huu... sabar Ren, sabar. Kau tidak sekali menghadapi sifat menyebalkannya, dan kau harus lebih peduli lagi pada Jae agar ia yakin padamu" gumam Ren mencoba menyemangati dirinya sendiri.

My Handsome GoblinWhere stories live. Discover now