Baik Jae dan juga Ren hanya diam dan tak memandang satu sama lain hingga membuat sang adik, Jin, yang memerhatikan mereka aneh saat ia terbangun dari tidurnya. Bahkan posisi Ren jauh dari kakak adik tersebut dengan terus menunduk menyesali apa yang sudah dia perbuat pada lelaki manis itu sebelumnya.

"Paman Ren, mengapa paman berada disana? Duduklah di sofa-"

"Tidak Jin, paman tidak apa-apa. Sebentar lagi paman juga akan pergi" jawab Ren masih tak enak hati dengan sedikit melirik kearah Jae yang masih terdiam tak acuh.

"Mengapa buru-buru sekali? Kak Jae kan juga ada disini, bukankah kata paman lebih mengasyikkan jika ada kak Jae?!" Ucap Jin sontak membuat Jae dan juga Ren terkejut dengan membulatkan kedua mata mereka membuat gadis remaja itu semakin curiga melihat tingkah kedua orang dewasa tersebut.

"Jin, paman Ren ingin beristirahat dulu, lagipula kau kan sudah ada kakak. Biarkan paman Ren pulang" sahut Jae masih enggan untuk menatap Ren yang kini mengangguk membenarkan perkataan darinya.

"Kakakmu benar, sebaiknya paman pulang dulu, besok paman janji akan kembali kemari untuk menjengukmu" Ren dengan gelagapan sendiri berniat untuk pergi dari ruangan tersebut, namun lagi-lagi Jin mencegahnya pergi, "Tunggu dulu paman, kalau begitu biar kak Jae yang mengantar paman sampai ke depan rumah sakit" Jin melirik sang kakak tersenyum dengan penuh arti, sementara Jae menggelengkan kepala pelan.

"Tak usah Jin, sepertinya kakakmu kelelahan juga. Paman bisa pulang sendiri kok, kalau begitu paman pergi dulu, sampai ketemu besok, Jin" dengan tergesa-gesa, Ren berpamitan pada Jin dan juga Jae kemudian meninggalkan ruangan tersebut.

"Kak Jae" panggil Jin setelah Ren tidak ada disana, menatap curiga kearah kakak kandungnya itu.

"Ada apa Jin? Kenapa kau menatapku seperti itu?" Tanya Jae bingung.

"Apa yang sudah kakak lakukan pada paman Ren? Mengapa tingkahnya aneh begitu?"

"T-tidak ada. Kami baik-baik saja, memangnya mengapa kau bertanya seperti itu?"

"Aku tidak percaya pada kakak, sepertinya ada yang tidak beres dengan kalian berdua..." Jin semakin memojokkan Jae yang saat ini mendadak gugup dan terlihat tak tenang ketika mendengar ucapan adiknya, "Sudah jangan berpikiran yang aneh-aneh, cepat makan ini dan sehabis itu minumlah obatmu. Kakak keluar sebentar ke kamar mandi untuk membersihkan wajah" Jae yang tidak bisa menjawab perkataan Jin langsung membuat alasan lain dengan berpura-pura pergi ke toilet, "Ah iya, jika terjadi apa-apa, telpon kakak segera. Kau mengerti, Jin?!" Ujarnya menunjuk ponsel sang adik yang berada diatas nakas, Jin hanya membalas dengan senyuman jahil pada Jae.

"Baiklah kak, kau tenang saja. Cepat sana bersihkan wajahmu, terlalu kentara jika kakak gugup tadi, haha..." tawa Jin terus menggoda Jae hingga membuat kakaknya kembali salah tingkah, "Hah... kau benar-benar gadis menyebalkan!" Lelaki manis tersebut bergegas ke kamar mandi untuk menenangkan pikirannya. Saat sampai di kamar mandi, Jae langsung membasuh wajahnya kemudian menatap dirinya sendiri di kaca. Dia terdiam sesaat lalu tangan kanannya terulur menuju ke bibirnya yang telah dicium oleh sang goblin tampan tadi, sekali lagi Jae mengingat bagaimana bibir penuh miliknya berpagutan manis dengan bibir tipis nan menggoda milik Ren dan membuat jantungnya berdetak cukup kencang.

Flashback On

"Apa yang kau lakukan padaku?" Tanya Jae sarkastik dengan diikuti tatapan tajam menatap Ren yang tengah kesakitan akibat di dorong olehnya.

"O-oh... i-itu... aku... aku..." jawab Ren gelagapan untuk mencari alasan yang tepat pada lelaki yang telah ia cium sebelumnya.

"Aku apa? Apa maksudmu menciumku tadi? Dasar goblin mesum!"

My Handsome GoblinWhere stories live. Discover now