22.00 waktu Bangkok

"Terima kasih sudah mengantar saya, dokter" ucap Jae tersenyum saat mereka sudah sampai dirumahnya, ya... sudah dua hari ini Jae berada di rumah sakit untuk menjenguk sang adik dan pulang cukup malam. Namun kali ini berbeda, Jae diantar oleh Earth setelah kejadian tadi siang.

"Sama-sama, lain kali jika kau pulang bilang saja padaku. Aku akan dengan senang hati mengantarmu, dari pada kau harus naik taksi malam-malam, akan berbahaya nantinya" jawab Earth yang disambut kekehan dari Jae.

"Tidak perlu khawatir, dokter. Saya ini lelaki, jadi bisa menjaga diri. Lagipula sudah dua hari ini saya pulang jam segini dengan taksi, dan tidak terjadi apa-apa, kalau begitu saya pamit dahulu. Selamat malam dokter" Jae segera berpamitan dan keluar dari mobil mewah milik sang dokter itu.

"Haha, baiklah. Selamat malam juga, Jae. Sampai bertemu besok pagi" dan mobil mewah tersebut langsung melaju pergi, menyisakan lelaki manis tersebut seorang diri.

CKLEK

Begitu terkejutnya Jae saat menemukan sosok yang selama ini membuatnya kesal, bahkan ingin menghajarnya jika bertemu. Ya, sosok tampan dengan tinggi yang sama dengannya kini menatap sendu kearah Jae yang hanya dibalas tatapan kaget sekaligus sinis, namun jauh didalam lubuk hatinya dia sangat merindukan sosok tersebut.

"Jae... kau sudah-"

"Mengapa kau berada disini?" Tanya Jae sarkatis serta dingin pada Ren, sosok yang sudah menghilang selama dua hari ini.

"Setelah menghilang begitu saja dan melepas tugasmu dalam menjaga Jin?! Apa kau tidak punya rasa bersalah, Ren?"

"Maafkan aku Jae, sebenarnya aku tidak bermaksud melakukan ini. Kumohon dengarkan aku sebentar"

"Baik, aku akan mendengarkan alasanmu. Cepat katakan dengan jelas dan masuk akal" sahutnya memberikan kesempatan Ren untuk membicarakan alasannya, namun masih memasang wajah dingin.

"Aku... aku... hanya ingin memberikanmu waktu untuk-"

"Sudah, waktumu sudah habis. Aku tidak ingin mendengar alasan klise seperti itu, menggunakan aku sebagai alasanmu. Jika kau ingin pergi lagi silahkan, aku tidak punya urusan apapun denganmu lagi"

"Apa kau marah denganku?"

"Tidak, mengapa aku harus marah denganmu? Sudah kubilang aku tidak punya urusan-uumph" tiba-tiba Ren menghampiri Jae dan langsung menciumnya sebentar, kedua mata mereka bertemu satu sama lain. Entah mengapa Jae tak merasa kesal saat tahu sang goblin tampan itu menciumnya sekilas, "Kumohon maafkan aku, Jae..." maaf Ren kembali dan kali ini dengan tatapan memohon membuat Jae sedikit luluh, namun ia cepat bereaksi dengan memundurkan langkah menjauh darinya.

"Pernahkah kau berpikir bagaimana perasaan seseorang saat dengan tiba-tiba menghilang begitu saja tanpa ada kabar atau apapun, lalu kembali dengan wajah tak bersalah?! Ah aku lupa... kau ini bukan manusia, mana mungkin bisa memiliki perasaan itu. Dengar Ren, aku... sudah membuat keputusan. Aku sangat membencimu, sangat!"

BLAM

Jae menutup pintu kamarnya dengan keras, meninggalkan Ren yang menatapnya sedih tak bisa berbuat apa-apa. Dia mengakui jika ini semua salahnya, meninggalkan Jae dan Jin tanpa kabar.

"Untuk saat ini aku tidak bisa memberitahukan alasan sebenarnya padamu, Jae. Maafkan aku sekali lagi, maaf"

Flashback On

"Kau ingin tahu alasan sebenarnya mengapa ketua dan para malaikat pencabut nyawa berkumpul tadi?!" Ujar M yang duduk disebelah Ren, "Aku tahu, ini semua gara-gara perasaan bodoh yang kurasakan" jawab Ren asal menebak.

My Handsome GoblinWhere stories live. Discover now