❝ 제 8 회 ❞

4K 589 104
                                    

-ΔΔΔ-

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

-ΔΔΔ-

Aksara menatap kertas yang ia genggam, berisi tentang himbauan acara sekolahnya yang akan diadakan sebentar lagi. Dan juga event pertama nya sebagai ketua osis, PERJUSAMI.

Seharusnya ia tak bingung, tapi isi kepala sekolah menyarankan osis untuk meminta bantuan tambahan dari siswa lain. Terlebih kelas dua belas.


" Sa, minta anggota tambahan ke anak IPS coba deh, biasanya kan banyak yang mau keluar. Buat nyibukin diri. Anak IPA susah kadang. " Bara mengetuk meja Liandra itu agar tetap fokus tak termenung.


" Apaan dah banyak mikir lu, gini aja. Lo minta bantuan kelas kak Syiffa gue minta bantuan kelas kak Alma, deal? "


" Ok deh, deal. Setelah ini gue ke kelas kak Syiffa. Lo ke kelas kak Alma. "


Kini, Aksa kembali menyesal. Ia jelas lupa jika orang yang ia hindari itu satu kelas dengan kakak senior nya. Dengan terpaksa Aksara mengetuk pintu kayu bewarna putih dengan papan pengenal kelas yang sedikit di dekorasi. Setelah ia mendapat persetujuan untuk masuk, Aksa melangkah masuk sambil menunduk mendekati guru yang sedang mengajar untuk meminta izin mengganggu pelajarannya.


" Permisi kakak - kakak dan abang - abang, saya dari perwakilan osis. Untuk meminta bantuan beberapa orang yang bersedia menjadi panitia tambahan buat PERJUSAMI yang akan diadakan. Bagi yang berminat, bisa mengisi formulir yang ada di tangan saya. "


Mendengar ucapan Aksara, kelas yang awalnya hening menjadi ribit dengan beberapa pertanyaan asal. Pemuda itu sadar, jika ia sedari tadi di perhatikan seseorang. Siapa lagi kalau bukan Kafka?


" Dek, mau ikut kalo dapat komisi. "

" Dek kakak daftar jadi pendamping hidup mu aja boleh gak? "

" Dek ketos, ganteng banget sih. "

" Dih dia tuh manis, gantengan dari mananya? Pengen tau siapa seme yang bakal dapetin dia. "


" Woi woi woi doi udah punya pacar, anak dance. Cewe, cantik lagi. Halu lo semua. "


Ingatkan pada Liandra, ia tak akan pernah ingin melangkahkan kakinya ke sini lagi. Cukup, ia tak kuat. Kini saja ia hanya tersenyum dan pamit untuk segera keluar.


Aksara melangkahkan kaki jenjang nya turun perlahan, tampak dibawah gadis yang ia sangat kenal. Prisscila tersenyum manis padanya.


HOMOSAPHIENS!Where stories live. Discover now