❝ 제 2 1 회 ❞

2.5K 359 66
                                    

-ΔΔΔ-

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

-ΔΔΔ-

Beberapa hari ini Pradipta selalu menunggu Aksara di depan kelasnya,  namun tetap sia - sia. Pemuda manis itu masih tidak menganggapnya,  walaupun sudah beberapa kali ia panggil.

Walaupun begitu,  tekad Pradipta untuk menjelaskannya pada Aksara tetap tak hilang. Seperti saat ini.  Ia melihat Aksara yang sedang melewati kelasnya, tentu Pradipta tidak melewati kesempatan itu.

" Aksara! Tolong, gue mohon sama lo. Please, biarin gue jelasin semuanya. Setelah itu, terserah lo mau nganggap gue ada atau nggak. " Ia menggenggam erat pergelangan Aksara, menatapnya dengan tatapan memohon.

Akan tetapi genggamannya ditepis begitu saja oleh pemuda manis itu.

" Buat apa kakak cape - cape jelasin ke aku? Semuanya udah jelas kok kak. Permisi ya, aku harus ke ruang osis. Banyak yang harus aku kerjain. "

Selalu saja begitu, jujur Pradipta lelah dengan sikap keras kepala Aksara. Bahkan bukan dia saja yang dijauhi,  kemarin ia bertemu dengan Prisscila yang termenung di teras perpustakaan.

Mereka saling berbagi cerita,  bagaimana Aksara memutuskan untuk tidak memilih antara mereka berdua. Gadis itu tampak sangat terpuruk disaat ia bercerita Aksara tak ingin bertemu dengannya untuk beberapa waktu.

Pemuda manis itu sudah sedikit keterlaluan, ini jelas - jelas bukan kesalahan Prisscila. Dan juga buka kesalahannya,  Aksara saja yang sudah salah paham tentang dirinya.

Tetapi, bagaimana caranya untuk bertemu dan mengajak pemuda itu berbicara? Apa ia harus kena hukuman dulu agar bertemu Aksara? Sepertinya memang itu cara yang bisa Pradipta pikirkan.




                                 -ΔΔΔ-


Dan benar saja, disinilah ia berada. Diruang detensi bersama Aksara yang sedang bertugas.

Pemuda manis itu menghela nafas panjang, ia masih enggan bertatap wajah dengan Pradipta.

" Pengurangan poin sepuluh,  karena telat masuk lalu memakai piercing dan baju yang dikeluarkan. " Aksara mengambil buku hitam didepannya. Menuliskan semua pelanggaran yang sudah Pradipta lakukan.

" Ku kira kakak sudah berubah jadi yang lebih baik,  tapi kenapa sekarang berulah lagi? "

" Biar ketemu sama kamu."

Aksara terdiam,  ia menghentikan tangannya untuk menulis. Ia menatap mata pemuda bersurai biru itu,  tampak jelas raut sedih dan lelahnya.

HOMOSAPHIENS!Where stories live. Discover now