AKD - 23

420 29 0
                                    

Rean bertarung dengan Dewi Amiless, ibu kandungnya sendiri.

Pertarungan itu terjadi selama beberapa tahun dan menyebabkan dunia drucless gelap gulita selama itu pula.

Beberapa drucless yang berkekuatan lemah mati satu per satu. Mereka tidak bisa hidup terlalu lama tanpa matahari dan api.

Rean merasa, jika pertarungan itu tidak ada artinya. Dia terlalu lama menutup matanya. Banyak drucless yang tak bersalah harus menderita karena keegoisannya.

Pada akhirnya, Rean kembali membuka matanya. Lingkaran hitam itu menghilang dari hadapan matahari. Sinar matahari kembali menerangi dunia drucless.

Semua drucless pun merasa aman. Namun, mereka terkejut melihat kuil-kuil Dewi Amiless di seluruh dunia drucless hancur berkeping-keping.

Semua bangunan itu hancur karena pertarungan Dewi Amiless dan Rean.

Mata biru Rean memancarkan rasa benci yang mendalam pada Dewi Amiless di hadapannya.

"Ayahku bilang, kau tetaplah ibuku. Aku sangat menyayangimu, meskipun kau tidak pernah memperlihatkan sisi keibuanmu." Kedua iris mata Rean kembali berubah menjadi hitam.

Dewi Amiless merasakan seluruh tubuhnya terikat rerumputan berwarna hitam yang tiba-tiba muncul dari dasar sungai suci.

"Apa yang kau lakukan!" Teriak Dewi Amiless.

"Maafkan aku, Ibu. Kau terlalu berbahaya untuk menjadi seorang Dewi di dunia drucless. Tapi, aku tidak mungkin membiarkanmu kembali ke neraka. Aku akan membuatmu berada di tempat yang lebih nyaman." Air mata Rean menetes membasahi pipinya.

Rerumputan hitam itu menarik tubuh Dewi Amiless dan membawanya ke dasar sungai.

Rean melihat kedua lingkaran merah yang menyala dari permukaan air.

"Maafkan aku, Bu. Rumput-rumput hitam itu akan menahanmu selamanya di dalam sana. Namun, kau masih bisa mengawasi drucless di malam hari lewat bulan merah."

Beberapa hewan-hewan kecil tiba-tiba muncul dan berlarian di sekitar hutan drucless. Mereka juga menghampiri Rean.

Selama ini, hewan-hewan itu bersembunyi di balik pohon-pohon besar di hutan. Mereka takut pada Dewi Amiless, terutama di malam hari.

Pohon-pohon dan rerumputan yang semula menakutkan berubah menjadi lebih indah di siang hari. Namun, pada malam hari, semuanya akan kembali berubah menakutkan.

Di malam hari, kekuatan Dewi Amiless akan meningkat dengan bantuan bulan untuk mengawasi drucless.

Pada malam hari, tidak ada drucless yang berani keluar, kecuali untuk berdo'a. Selain Dewi Amiless, banyak makhluk misterius yang berkelian malam-malam.

Semua drucless percaya, jika makhluk-makhluk itu adalah kekuatan jahat milik Dewi Amiless yang berusaha melepaskan diri dari belitan rumput hitam di dasar sungai suci.

Lalu bagaimana kabar Raja Rean?

Pria itu menghilang entah kemana. Kerajaan Gigarez menjadi kacau setelah ditinggalkan Rean. Seolah-olah kerajaan tersebut menjadi kehilangan arah.

Banyak yang memperebutkan singgasana milik Rean. Siapa saja yang memperebutkan posisi itu? Di antaranya adalah drucless-drucless kepercayaan Rean sewaktu masih menjadi Raja.

Pada akhirnya, kerajaan itu menjadi pecah belah dan tidak ada lagi kerajaan Gigarez, tidak ada lagi kerajaan terbesar di dunia drucless. Kerajaan besar tersebut telah musnah.

Lalu... apakah Rean benar-benar menghilang dari dunia drucless?

Tidak, pria itu menyembunyikan wajahnya. Dia berbaur dengan masyarakat drucless lainnya.

Dia menebus semua dosanya pada sang ibu dengan berkeliling dunia drucless untuk mencari kuil Dewi Amiless dan menuliskan, 'Dewi Amiless Sang Mata Bulan' di dinding kuil. Itu agar para drucless tetap mengingat keberadaan Dewi Amiless yang selalu mengawasi mereka lewat bulan merah.

Sebelum meninggalkan kerajaan Gigarez dan sebelum pergi keliling dunia, Rean menguburkan jenazah Amethyst di dalam kuil Dewi Amiless.

"Maafkan aku. Lain kali, aku tidak akan memaksamu untuk menjadi milikku. Aku akan menunggumu jatuh cinta padaku, kemudian kita akan bersama. Amethyst, aku akan menunggumu 100 tahun lagi sampai kau terlahir kembali. Nanti, kau harus lahir menjadi drucless, ya." Rean tersenyum sendu.

Pria itu pun pergi meninggalkan segalanya untuk menebus dosa pada sang ibu.

Rean telah mengunjungi seluruh kuil Dewi Amiless dan menuliskan kalimat yang sama. Dia pun kembali ke makam Amethyst, setelah sekian lamanya meninggalkan makam yang sudah tak terawat itu.

"Besok adalah hari di mana tepatnya 100 tahun setelah kematianmu. Kau akan bereinkarnasi dan aku akan menemuimu. Aku akan memperbaiki kesalahanku di masa lalu."

Malam telah tiba, Rean duduk di bawah pohon besar yang rindang. Pria itu menatap bulan merah yang berbentuk sabit. Perlahan kedua mata pria itu tertutup.

Setelah beberapa ratus tahun tidak tidur, pertahanan malam Rean goyah juga. Dia pun terlelap.

Rean melihat ke sekelilingnya. Terdapat banyak kendaraan bermesin yang lewat berlalu lalang. Suara terompet bersahutan di jalanan yang berlapis aspal halus.

Rean tidak tahu, di mana dia berada.

Pria itu berdiri di tengah jalan. Dia segera melompat keluar dari jalur jalanan.

Tempat itu sangat asing baginya. Rean melihat ada banyak orang di tempat itu. Dia nyaris tidak menemukan kelompok pepohonan.

Pohon di tempat itu terbuat dari besi dan berkelap-kelip. Rean memperhatikan sekitarnya dengan begitu teliti.

"Mereka berjalan kaki lambat sekali. Matahari di tempat ini bersinar terang. Suhunya juga sangat panas. Apa aku sedang berada di dunia manusia?"

Rean mengerjap. Dia melihat lingkaran hitam yang menutupi matahari di dunia drucless. Pria itu tampaknya terlalu lama tidur.

"Kenapa aku malah tidur?" Rean merutuki kesalahannya sendiri.

Lingkaran hitam itu menghilang, sehingga matahari bisa memancarkan sinar redupnya di dunia drucless.

Rean menghela napas panjang. Dia teringat dengan mimpinya barusan.

"Kenapa barusan aku bermimpi sedang berada di dunia manusia? Apa ini sebuah petunjuk? Apakah Amethyst sudah bereinkarnasi dan menjadi manusia lagi?"

-

12.44 : 5 Oktober 2019
Ucu Irna Marhamah

AMETHYST : Kekasih DruclessOù les histoires vivent. Découvrez maintenant