AKD - 30

344 20 0
                                    

-◎◎ Rean ◎◎-

Hari berjalan dengan baik di dunia manusia. Aku merasa, kalau aku adalah seorang manusia. Aku merasa sangat senang bisa tinggal di dunia ajaib seperti ini.

Di dunia manusia, aku bisa tidur seperti manusia. Rasanya nyaman sekali.

Kenapa aku tidak dilahirkan sebagai manusia saja?

Saat ini, aku sedang berada di tempat lain di dunia manusia. Namanya New Zealand. Kemarin malam, keadaan Vita menjadi buruk setelah berkeliling New Zealand. Mungkin cuacanya yang berbeda dengan Indonesia. Apalagi Vita tidak beristirahat dulu setelah kami tiba di tempat ini dan langsung pergi jalan-jalan.

Namun, aku senang sekali melihat Vita yang kembali ceria pagi ini. Dia tampak segar dan penuh semangat seperti biasanya.

Aku memberikan Twisy makanan berupa snack kucing. Beruntung sekali Vita diperbolehkan membawa kucing.

Aku mendengar suara berisik dari dapur. Sepertinya Vita sedang memasak untuk sarapan.

Apa dia benar-benar sedang memasak?

Namun, kedengarannya seperti para prajurit yang sedang mempersiapkan persenjataan untuk perang.

Karena khawatir, aku pun berlalu ke dapur dan melihat apa yang terjadi.

Ada banyak perabotan yang berserakan di lantai. Aku melihat Vita yang juga menoleh padaku. Dia tersenyum manis.

"Aku tidak bisa memasak."

Manis sekali.

Aku mendekat dan membantunya membereskan barang-barang ke tempat semula.

"Maafkan aku," kata Vita.

"Jangan meminta maaf. Ayo, kita masak bersama," kataku menghiburnya.

Kulihat ekspresi Vita jadi sedih. Mungkin dia merasa bersalah padaku.

"Kau bisa memasak?" Tanya Vita pelan.

Aku?

Tidak, aku tidak pernah memasak seumur hidupku.

"Kita coba saja," ujarku.

Kami perlu bertanya pada Google. Setelah menemukan salah satu resep, kami pun mulai memasak.

Bukan nasi goreng. Itu makanan yang sering dimasak di berbagai cerita. Kali ini kami ingin memasak sesuatu bernama perkedel kentang.

Aku rasa, bahan dan cara pembuatannya tidak terlalu sulit.

"Apa aku di masa lalu bisa memasak?" Tanya Vita.

Iya, Amethyst bisa memasak dengan baik. Makanannya sangat lezat.

Aku menjawab, "Begitulah."

Vita menoleh padaku. "Begitu bagaimana?"

"Ya... kau di masa lalu memang bisa memasak." Aku ragu menjawabnya. Aku tidak ingin melukai perasaan Vita.

Benar saja, ekspresi Vita menjadi murung. Sejurus kemudian, dia berkata, "Aku juga harus bisa membuat masakan yang lebih lezat!"

Aku terkekeh melihatnya.

Awalnya masakan kami gosong di percobaan pertama menggoreng. Namun, yang kedua kalinya masakan kami lumayan juga. Rasanya tidak terlalu buruk.

Kami pun sarapan jam 10 dengan perkedel buatan kami sendiri.

"Bukakah ini enak?" Tanyaku pada Vita.

Vita menjawab, "Jika dijual, aku jamin... tidak ada yang mau membeli. Bahkan hanya dengan melihat bentuknya."

Aku tertawa mendengarnya.

-

Sore hari di New Zealand.

Vita sedang sibuk mempersiapkan buku-buku dan peralatan lainnya untuk pergi ke kampus besok pagi.

Aku memperhatikannya.

Tiba-tiba, kepalaku terasa berat. Kedua mataku juga. Aku mengantuk. Pandanganku berkunang-kunang. Vita menoleh dan mengguncangkan tubuhku.

Gelap!

Semuanya menjadi gelap!

Di mana Vita?

Grbkkk!

Aku berada di dalam air? Tapi, kenapa? Bagaimana bisa?

Tubuhku ditarik oleh medan magnet dari belakang.

Aku berbalik dan terkejut melihat dua bundaran besar berwarna merah menyala di bawah sana.

Jadi, itu yang menarik tubuhku?

Aku mendengar suara perempuan yang berbicara dengan putus-putus. "Rean... putraku... kemarilah. Ibu merindukanmu."

Dewi Amiless?

Aku sedang berada di dalam sungai suci?

Aku segera mengubah warna mataku menjadi hitam dan berusaha melawan tarikan medan magnet yang terus-menerus menarik tubuhku.

Akhirnya aku berhasil dan melompat ke permukaan. Aku bisa berdiri di atas air, karena ayahku, Raja Adyatama yang memiliki kemampuan mengendalikan air, begitupun denganku.

Aku masih bisa melihat dua lingkaran berwarna merah menyala yang di bawah sana dari sini.

Terdengar suara misterius di sekelilingku. Aku mengedarkan pandanganku. Terdapat banyak bayangan gelap transparan yang berlalu lalang melayang di sekitarku. Mungkin itu suara mereka.

Meskipun sudah tinggal lama di dunia drucless, aku belum pernah bertemu secara langsung dengan mereka sebelumnya.

Mereka menuju ke arahku dan menubruk tubuhku seolah sengaja agar aku jatuh kembali ke bawah.

Dengan segera, aku mengendalikan air untuk melawan mereka. Cukup sulit melindungi tubuhku, karena tidak memakai jubah hitamku yang tertinggal di rumah ommanya Vita.

Namun, aku tidak selemah itu.

Mereka tertawa karena merasa sedang bermain-main denganku. Menyebalkan juga, mereka tidak akan merasa kesakitan, karena tidak memiliki raga.

Tiba-tiba muncul rumput berwarna hitam dari dalam air. Aku segera meloncat menghindari benda yang sudah aku ciptakan beberapa ratus tahun yang lalu untuk mengikat Dewi Amiless di dalam sana.

Bagaimana bisa mereka berkhianat dan malah ingin menyerangku?

Salah satu rumput itu berhasil meraih kaki kiriku dan menarikku jatuh ke dalam sungai lagi.

"Rean, berapa lama kau bersembunyi di dunia manusia yang penuh dosa itu?"

Dunia drucless juga penuh dengan dosa. Banyak keegoisan di sini, batinku menjawab pertanyaan itu. Aku yakin, Dewi Amiless mendengarnya.

"Tinggallah bersamaku di tempat ini."

-◎◎◎-

10.41 : 6 Oktober 2019
Ucu Irna Marhamah

AMETHYST : Kekasih DruclessOù les histoires vivent. Découvrez maintenant