AKD - 28

361 25 0
                                    

Malam ini, Rean dan Vita makan malam di sebuah restoran. Mereka tampak begitu romantis. Tak sedikit pengunjung restoran tersebut yang menyempatkan diri melihat pasangan itu.

Vita mengeluarkan suaranya, "Bulan depan, aku akan berkuliah di New Zealand. Ada apartemen papa di sana. Kita akan tinggal berdua di sana. Aku juga mau membawa Twisy. Jika dia ditinggal di Indonesia, aku takut dia kenapa-napa."

Rean tersenyum menanggapinya.

Selama tinggal berdua pun, mereka tidak melakukan apa-apa. Rean sudah berjanji tidak akan memaksa Vita apalagi melukainya.

"Rean, katakan sesuatu," ucap Vita.

Pria itu mengangguk. "Iya, aku senang mendengarnya."

"Hanya itu?" Vita cemberut.

Rean tertawa melihat ekspresinya. Meskipun Vita sudah cukup dewasa, dia masih memiliki sifat kekanakan.

"Apa yang harus aku katakan? Kau mau aku bilang apa?" Tanya Rean.

"Apa saja."

"Baiklah, aku akan mengawasimu. Jika kau tidak belajar dengan sungguh-sungguh, aku akan menghukummu." Rean mengatakan itu dengan nada penuh ancaman.

Vita malah bergidik ngeri. "Itu terdengar seperti, 'I will kill you,' di telingaku."

Rean terkekeh.

Setelah selesai makan malam, mereka berdua akan memasuki mobil, tapi niat keduanya urung setelah melihat Angel bersama seorang pria.

"Itu temanmu, kan?" Tanya Rean.

"Iya, sepertinya mereka sedang mabuk." Vita melangkah ingin menghampiri mereka, tapi Rean menahannya.

"Kau mau apa? Biarkan saja."

"Kasihan mereka." Vita berlalu menghampiri Angel.

Rean menyusulnya.

"Angel? Kau baik-baik saja? Kenapa kau mabuk seperti ini?" Tanya Vita sambil membantu Angel berdiri.

Sementara Rean membantu pria yang bersama Angel.

"Kau siapa? Ooohh, kau Devitaa?" Tanya Angel sambil menatap wajah Vita dengan wajah memerah karena terlalu banyak minum.

"Kau mau pulang? Bagaimana bisa kau menyetir, jika kau mabuk berat seperti ini," gerutu Vita.

"Kau tidak perlu membantuku, sana pergi saja bersama pacarmu." Angel mendorong Vita.

Rean memasukkan pria itu ke mobil putih milik pasangan mabuk itu. Dia menoleh pada Vita dan Angel.

"Kau kenapa jadi begini?" Gerutu Vita.

Karena tidak ada yang menopang, Angel kehilangan keseimbangan dan jatuh terduduk.

"Apanya yang kenapa? Aku tidak suka diberikan pertanyaan! Aku sudah lulus SMA. Ini bukan sedang ujian. Sana pergi!" Angel kembali berdiri walaupun dalam keadaan sempoyongan.

Rean mengusap punggung Vita. "Biarkan saja, dia tidak membutuhkan bantuan kita. Lebih baik kita pergi dari sini."

Vita menoleh sesaat pada Rean. "Dia hanya sedang mabuk, otaknya sedang terbalik."

Gadis itu mengulurkan tangannya pada Angel. "Ibumu akan marah, kalau melihatmu dalam keadaan seperti ini."

Angel menatap Vita dengan tajam. "Vita, dari dulu aku tidak menyukaimu."

Ucapan Angel membuat Vita tercengang. Bagaimana bisa teman dekatnya mengatakan hal itu?

Rean melipat kedua tangannya di depan dada.

"Apa yang kau bicarakan?" Tanya Vita dengan suara bergetar.

Angel mendecih. "Kau itu terlalu beruntung dan kau sangat naif. Aku kesal, ketika melihatmu selalu selangkah lebih baik dariku. Aku benci melihatmu dekat dengan Gerald, Vino, Agung, dan Ashlan! Aku yang mengatakan pada mereka semua tentang keburukanmu. Jadi, mereka tidak mau lagi dekat-dekat denganmu, kan?"

Gadis mabuk itu tertawa sarkas. Rean menatap punggung Vita yang gemetar menahan emosi.

Vita mengepalkan tangannya. "Kau memfitnahku? Hanya karena kau iri padaku?"

"Aku tidak iri pada anak buangan sepertimu. Kau dibuang oleh orang tuamu, karena kau anak sial dan tidak berguna. Meskipun kau anak tunggal, mereka tidak memanjakanmu, kan?"

Perkataan Angel benar-benar melukai perasaan Vita.

Angel memiringkan kepalanya. "Mereka bercerai dan kenapa kau tidak dibawa oleh salah satu dari mereka? Karena mereka tidak menginginkanmu."

"Jangan didengar." Rean merangkul pinggang Vita agar segera pergi meninggalkan gadis mabuk itu.

Air mata Vita menetes membasahi pipinya.

"Ayo, kita tinggalkan saja manusia seperti itu." Rean menarik Vita ke mobil.

Di dalam mobil, Vita menangis meluapkan emosinya. Rean menghela napas berat lalu menarik tubuh mungil itu ke pelukannya.

"Dia hanya iri padamu. Dia bicara omong kosong."

"Jadi... selama ini aku tidak punya teman. Orang yang kuangap teman adalah ular berkepala dua," tangis Vita.

Rean mengecup puncak kepala gadis itu.

"Kau pernah bilang, kalau kau yang membuat Ashlan dan yang lainnya menjauhiku, itu tidak membuatku sakit hati. Tapi, ketika mendengar Angel yang melakukannya, aku benar-benar sakit. Dia temanku, tidak seharusnya dia seperti itu. Kalau kau wajar melakukannya, karena kau pacarku."

Rean mengangguk. "Sudahlah, kau tidak memerlukan teman semacam dia. Yang penting sekarang kau harus fokus dengan tujuanmu ke depannya."

Vita mulai tenang dan berhenti menangis. "Kita hidup di dunia ini membutuhkan teman, bukan?"

Rean menjawab, "Pada dasarnya, manusia memang makhluk sosial yang membutuhkan satu sama lain. Tapi, pada kenyataannya manusia sedang saling memanfaatkan dan saling berlomba-lomba untuk kemenangan mereka sendiri."

"Kurasa kau benar."

-

9.54 : 6 Oktober 2019
Ucu Irna Marhamah

AMETHYST : Kekasih DruclessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang