第十六集 Episode 16 [Busy Everywhere]

61 12 0
                                    

Now playing: Yi Yang Mei Li by Eric Chou

Seluruh kru BeLook memiliki jadwal kegiatan yang sangat padat di Paris. Para desainer dan penjahit berkunjung ke pabrik Anna Sui, melihat-lihat jenis kain, dan mempelajari cara penggunaan mesin jahit yang menjadi standar kualitas produksi Anna Sui. Wang Yi menemani para desainer dan penjahit untuk menerjemahkan di pabrik, sementara Nona Mariah menemani Li Cheng dan Chen Xin untuk membicarakan rancangan produksi bersama Tuan Hébert dan Nona Scarlett.

Ada lima hari tersisa bagi kru BeLook untuk tinggal di Paris. Namun, waktu sepanjang itu rasanya tak cukup karena kegiatan praproduksi yang benar-benar padat. Frekuensi komunikasi antarorang semakin berkurang dan interaksi menjadi semakin terbatas. Semuanya berfokus pada tugas dan pekerjaan masing-masing. Wisata ke Menara Eiffel di hari terakhir pun tak dinikmati dengan baik, lantaran semua orang sudah merasa suntuk. Entah di Paris atau di Shanghai, kehidupan kota metropolitan selalu sekeras itu.

🍷🍷🍷

"Tuan-tuan dan nona-nona, apakah Anda ingin naik ke puncak Menara Eiffel?" tanya Nona Mariah ketika semua orang sedang berjalan-jalan tak tentu arah di lapangan sekitar menara.

"Jangan bercanda! Aku sangat lelah," protes Chen Xin sambil menggerakkan mulutnya tanpa suara. Waktu itu pukul 08.00 a.m. waktu Prancis, tetapi semua orang sudah merasa sangat lelah.

"Tidak. Ini tidak akan terlalu melelahkan. Ada banyak lift di dalam menara. Ada beberapa perhentian juga. Jadi, kalau Anda ingin berhenti di ketinggian tertentu, Anda bisa keluar dari lift. Kalau ada yang ingin melihat seluruh kota Paris dan daerah-daerah lain di sekitarnya, Anda dapat naik hingga ke puncak. Tapi oksigen dan gravitasi di sana sudah agak aneh. Anda harus berhati-hati," jelas Nona Mariah.

"Sepertinya akan menimbulkan korban jiwa di situasi seperti ini," gumam Chen Xin pelan. Ia menguap sekali, lalu bersandar di salah satu tiang lampu. Nona Mariah pun tidak mengatakan apa-apa setelahnya.

Beberapa orang mengulum senyum dan tertawa kecil mendengar ucapan Chen Xin, termasuk Wang Yi dan Li Cheng. Li Cheng memandang Wang Yi yang sedang menahan tawa sembari tersenyum. Saat itu, tak ada orang yang tahu bahwa Li Cheng tersenyum bukan karena perkataan Chen Xin, namun karena tawa yang terukir di wajah Wang Yi. Ia sudah pernah memiliki percikan rasa terhadap Wang Yi empat tahun lalu, dan sepertinya percikan itu memanas kembali sekarang.

Chen Xin mengambil handphone dari dalam tas, lalu membuka kamera dan menangkap foto yang ia beri judul file "Tatapan Membara Bos Li kepada Penerjemah Wang". Ia akan menyimpannya untuk kenang-kenangan, atau untuk bahan godaan. Suatu saat nanti ini pasti akan berguna, pikir Chen Xin sambil tersenyum.

Supaya tidak dicurigai menangkap foto aneh, Chen Xin mengalihkan fokus. "Wang Yi, lihat ke sini!" seru Chen Xin.

Wang Yi yang sedang menyingkirkan rambutnya karena diterpa angin itu langsung menoleh. Ketika wajah Wang Yi terlihat sempurna, Chen Xin langsung menangkap foto.

"Hei, ini sangat manis. Aku akan menguploadnya di Weibo dan menandaimu." Chen Xin pun berkutat pada handphonenya lagi.

Wang Yi tersenyum tipis, lalu lanjut berjalan-jalan.

"Wang Yi," panggil Li Cheng tiba-tiba. Wang Yi spontan menoleh, lalu mengarahkan tatapan bertanya-tanya pada Li Cheng. "Kau tidak mau naik ke Menara Eiffel?"

Wang Yi menggeleng sekali. "Aku sudah pernah naik sekali, dan rasanya cukup mengerikan. Seolah-olah kau bisa jatuh ke bawah jika diterpa angin," jawabnya sambil tertawa kecil.

Li Cheng mengangguk. Ia mencoba memulai topik pembicaraan lain. "Kalau begitu, apa kau berbelanja pakaian di sini? Produk fashion di Paris tidak dikenai pajak, jadi pasti harganya lebih murah daripada yang sudah diimpor China," tutur Li Cheng lagi.

"Apa ada jatah belanja dari kantor?" canda Wang Yi sambil tertawa kecil.

"Tidak. Hanya ada jatah transportasi, hotel, dan makan dari kantor."

"Tapi ada jatah oleh-oleh," tukas Chen Xin tiba-tiba.

Wang Yi dan Li Cheng menoleh ke arah Chen Xin yang tiba-tiba sudah berada di belakang mereka.

"Apa?" Li Cheng mengerutkan kening.

"Iya. Semua orang tahu itu. Hari ini rekan kita bertahan di sini untuk menunggu jatah oleh-oleh. Jika bukan karena itu, mereka pasti sudah banyak menggerutu menunggu delay pesawat di sini," ujar Chen Xin meyakinkan.

"Ooo ... semua orang tahu kecuali aku?"

Wang Yi dan Chen Xin tertawa setelah mnendengar perkataan Li Cheng. Di sela-sela tawa itu, tiba-tiba Wang Yi mengingat sesuatu.

"Soal oleh-oleh, omong-omong aku akan membeli wine Côte de Nuits dulu, ya. Aku akan mencarinya di ruko-ruko sekitar sini saja," ucap Wang Yi sembari mundur menjauh.

"Oleh-oleh seperti itu untuk siapa?" tanya Chen Xin penasaran.

"Untuk dituang di depan makam Papa Wang. Papa Wang sangat suka wine Prancis," jawab Wang Yi cepat. Setelah itu, ia langsung berlari dan menanyakan letak toko wine kepada Nona Mariah.

Li Cheng memperhatikan Wang Yi yang berjalan sendirian menyusuri tepi jalan. Ia sudah lama mengetahui bahwa Wang Yi bukan wanita lemah yang mudah menyerah. Di mata Li Cheng, Wang Yi selalu punya ambisi dan mimpi. Wang Yi selalu bangkit ketika jatuh dan berani menyelesaikan masalah. Namun, ia masih tidak percaya bahwa Wang Yi terlihat setegar itu ketika berpamitan hendak membeli wine untuk almarhum ayah angkatnya.

🍷🍷🍷

Etos kerja orang China berkata bahwa bahwa lelah tidak lelah harus bekerja. Sepulangnya dari Prancis pukul 05.00 pagi CST, semua kru yang baru pulang harus langsung bersiap untuk berangkat kerja pukul 10.00 pagi.

Sesampainya di apartemen, Wang Yi meletakkan barang-barangnya di ruang TV, lalu membersihkan diri sebentar. Pekerjaan sudah menumpuk sangat banyak. Tak hanya, terjemahan untuk dilaporkan kepada Li Cheng, nanti ia harus memberikan terjemahan konsep kriteria model dan potongan jahitan kepada para desainer. Belum lagi terjemahan prosedur produksi untuk para penjahit di pabrik. Jika dihitung, ada banyak sekali file. Maka, Wang Yi tidak mau menghitungnya. Ia memutuskan untuk tidur dulu selama tiga jam.

🍷🍷🍷

Siang itu, Wang Yi mengantarkan hasil terjemahan ke ruangan Li Cheng. Ya. Jika kau tak punya atasan atau bawahan, itu artinya kau harus mengumpulkan semua hasil kerja langsung ke direktur. Ini cukup melelahkan, tetapi sejujurnya Wang Yi suka sibuk.

Wang Yi mengetuk pintu depan ruang sekretaris, lalu mendorongnya perlahan. Ia tidak melihat Chen Xin ataupun Xiong Yi di ruangan sekretaris. Xiong Yi mungkin sedang mengurusi perjanjian dengan klien dan pengirim material produksi di luar. Kalau Chen Xin, kemungkinan besar wanita itu berada di kantor Li Cheng sedang memberikan laporan panjang lebar.

Wang Yi pun menutup pintu depan, lalu lanjut mengetuk pintu ruang direktur. Ia pun membuka pintu perlahan, kemudian melihat Li Cheng duduk di kursinya, sedang membaca sesuatu di laptop. Sementara itu, Chen Xin berada di tengah ruangan, duduk di sofa yang biasanya digunakan untuk menjamu tamu akrab, sedang menelepon seseorang.

"Permisi." Wang Yi melangkah masuk, lalu melempar senyum sekilas ke arah Chen Xin. Setelah itu, ia langsung menuju ke meja Li Cheng.

"Bos Li, ini terjemahannya," ujar Wang Yi sambil meletakkan setumpuk map di pinggir meja Li Cheng.

"Terima kasih, Wang Yi." Li Cheng mengalihkan pandangan dari laptop, lalu memandang Wang Yi dan menyunggingkan senyum singkat.

"Terima kasih kembali, Bos Li." Wang Yi menunduk singkat, lalu berjalan keluar dari ruangan.

Proses produksi yang sedang berlangsung saat ini mengingatkan Wang Yi pada detik-detik sebelum ia dipecat dari BeLook empat tahun lalu. Wang Yi harap, proses produksi kali ini berjalan dengan lancar.

🍷🍷🍷

Footnote:

Côte de Nuits= salah satu merek wine paling mahal di Paris

CST= singkatan dari China Standard Time (GMT+8). China adalah satu-satunya negara terluas yang hanya memiliki satu zona waktu.

Vow of Heart [DITERBITKAN]Where stories live. Discover now